BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Biasanya Kejang Demam terjadi akibat adanya Infeksi ekstrakranial, misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Lumbantobing, 1995). Dari. tubuh yang disebabkan oleh karena proses ekstrakranial.

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.1

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

KELOMPOK E DEPERTEMEN ANAK SRIYANTI B. MATHILDIS TAMONOB RANI LEKSI NDOLU HARRYMAN ABDULLAH

BAB III ANALISA KASUS

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

BAB I KONSEP DASAR. dengan peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses. ekstrakranium (Staf Pengajar IKA FKUI, 1997: 847).

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM PADA ANAK Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Anak. Pembimbing Klinik :

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

A. Bagian-Bagian Otak

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf


BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF)

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

Pusat Hiperked dan KK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mempunyai dua faktor yang berpengaruh besar terhadap

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

BAB II KONSEP DASAR. disebabkan oleh malforasi otak kongenital, faktor genetis seperti adanya penyakit

HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

A. SEL-SEL PADA SISTEM SARAF

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

KEDARURATAN LINGKUNGAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

PENGUKURAN TANDA VITAL Oleh: Akhmadi, SKp

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.2

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA. Nur Hasanah* dan Heti Latifah** ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Pengertian. Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir yang berat badannya pada saat kelahiran <2.500 gram [ sampai dengan 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB III TINJAUAN KASUS

Sistem Saraf. Sumsum. Sumsum Lanjutan

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB III TINJAUAN KASUS

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Clinical Science Session Pain

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38 0 C) yang disebebkan oleh proses ektrakranium. Kejang demam merupakan kelainan nuerologis yang paling sering dijumpai oleh anak,terutama pada golongan anak umur 6 sampai 4 tahun. Hampir 3% pada anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Pada percobaan binatang, suhu yang paling tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang (Ngastiyah, 2005). Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (betz & Sowden, 2002). Kejang demam (Febrile Convulsion) adalah kejang pada bayi atau anak-anak yang terjadi akibat demam, tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat maupun kelainan saraf lainnya (Aden R, 2010). Kejang demam adalah bangkitan kejang yang dapat terjadi karena peningkatan suhu akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antara usia 6 bulan sampai 4 tahun, lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam (Aziz Alimul, 2008). 5

Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang yang biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 4 tahun B. Anatomi Otak & Fisiologi 1. Anatomi 6

Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak (Kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat computer dari semua alat tubuh. Berat otak orang dewasa kira-kira 1400 gram (Setiadi, 2007). Bagian-bagian otak : a. Cerebral Hemisphere (cerebrum: otak besar) Berpasangan (kanan dan kiri) bagian atas dari otak yang mengisi lebih dari setengah masa otak. Permukaannya berasal dari bagian yang menonjol (gyri) dan lekukan (sulci). Cerebrum dibagi dalam 4 lobur yaitu: 1) Lobus frontalis, menstimuli pergerakan otot, yang bertanggung jawab untuk proses berpikir. 2) Lobus parietalis, merupakan area sensoris dari otak yang merupakan sensasi perabaan, tekanan, dan sedikit menerima perubahan temperature. 3) Lobus occipitalis, mengandung area visual yang menerima sensasi dari mata. 4) Lobus temporalis, mengandung area auditori yang menerima sensasi dari telinga. 7

Area khusus otak besar (cerebrum) adalah: 1) Somatic sensory area yang menerima impuls dari reseptor sensori tubuh 2) Primary motor area yang mengirim impuls ke otot sketetal 3) Broca s area yang terlibat dalam kemampuan bicara. b. Cerebelum (otak kecil) Terletak dalam fosa cranial posterior, di bawah tentorium celebrum bagian posterior dari pons varoli dan medulla oblongata. Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungakan oleh fermis.berat cerebelum lebih kurang 150 gram (85-9%) dari berat otak seluruhnya. Fungsi cerebellum mengembalikan tonus otot diluar kesadaran yang merupakan suatu mekanisme saraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian terhadap: 1) Perubahan ketegangan dalam otot untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh 2) Terjadinya kontraksi denagn lancar dan teratur pada pergerakan dibawah pengendalian kemauan dan mempunyai aspek keterampilan. Setiap pergerakan memerlukan koordinasi dalam kegiatan sejumlah otot. Otot anatagonis harus mengalami relaksasi secara teratur dan otot sinergis berusaha memfiksasi sendi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh bermacam pergerakan. 8

c. Ventrikel otak Yaitu beberapa rongga yang saling berhubungan di dalam otak dan berisi cairan serebrospinalis. Fungsi dari cairan serebrospinalis adalah: 1) Sebagai buffer 2) Melindungi otak dan sumsum tulang belakang dari goncangan dan trauma 3) Menghantar makanan kesistem syaraf pusat. Ada tiga jenis kelompok syaraf yang dibentuk oleh syaraf cerebrospinalis yaitu: 1) Syaraf sensorik, (syaraf afferent), yaitu membawa impuls dari otak dan medulla spinalis ke perifer. 2) Syaraf motorik (syaraf efferent), menghantarkan impuls dari otak dan medulla spinalis ke perifer. 3) Syaraf campuran, yang mengandung serabut motorik dan sensorik, sehingga dapat menghantar impuls dalam dua jurusan. d. Hipotalamus merupakan bagian ujung depan diesenfalon yang terletak di bawah sulkus hipotalamik dan di depan nucleus interpundenkuler hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan daerah inti. Terletak pada anterior dan inferior thalamus berfungsi mengontrol dan mengatur sistem syaraf autonom juga bekerja dengan hipofisis untuk mempertahankan keeimbangan cairan, 9

mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokontriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis, juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan, sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat respon emosional. e. Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan aktivitas primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima semua impuls memori, sensasi dan nyeri melalui bagian ini. f. Traktus Spinotalamus (serabut-serabut segera menyilang kesisi yang berlawanan dan masuk ke medulla spinulis dan naik). Bagian ini bertugas mengirim impuls nyeri dan temperatur ke talamus dan kortek serebri. g. Kelenjar Hipofisis dianggap sebagai masker kelenjar karena sejumlah hormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. Hipofisis merupakan bagian otak yang tiga kali lebih sering timbul tumor pada orang dewasa. h. Hipotesis Termostatik : mengajukan bahwa suhu tubuh diatas titik tersebut akan menghambat nafsu makan. i. Mekanisme Aferen : empat hipotesis utama tentang mekanisme aferen yang terlibat dalam pengaturan masukan makanan telah diajukan, dan keempat hipotesis itu tidak ada hubunganya satu dengan yang lain. 10

2. Fisiologi Hipotalamus mempunyai fungsi sebagai pengaturan suhu tubuh dan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh. a. Pirogen Endogen Demam yang ditimbulkan oleh Sitokin mungkin disebabkan oleh pelepasan prostaglandin lokal di hipotalamus. Penyuntikan prostaglandin kedalam hipotalamus menyebabkan demam. Selain itu efek antipiretik aspirin bekerja langsung pada hipotalamus, dan aspirin menghambat sintesis prostaglandin. b. Pengaturan Suhu Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi makanan, dan oleh semua proses vital yang berperan dalam metabolisme basal. Panas dikeluarkan dari tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran) dan penguapan air disaluran nafas dan kulit. Keseimbangan pembentukan pengeluaran panas menentukan suhu tubuh, karena kecepatan reaksi-reaksi kimia bervariasi sesuai dengan suhu dank arena sistem enzim dalam tubuh memiliki rentang suhu normal yang sempit agar berfungsi optimal, fungsi tubuh normal bergantung pada suhu yang relatif konstan (Price Sylvia A : 1995). 11

C. Etiologi Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang demam biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam. Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam disebabkan oleh penyakit lain, seperti keracunan, meningitis atau ensefalitis. Roseola atau infeksi oleh virus herpes manusia juga sering menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Disentri karena Shigella juga sering menyebabkan demam tinggi dan kejang demam pada anak (Aden R, 2010). Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain: infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial seperti tonsillitis, otitis media akut, bronkhitis (Sujono R,Sukarmin, 2009). D. Patofisiologi Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan peraataraan fungsi paru dan diteruskan ke otak melalui system kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak 12

adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh adanya : 1. perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. 2. rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. 3. perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadaan demam kenaikan suhu 10 0 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi 13

perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada suhu 38 0 C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 0 C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya 14

kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.(ngastiyah, 2005). E. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik yang muncul pada penderita kejang demam: 1. Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38 0 C. 2. Timbulnya kejang yang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun tetapi beberapa saat kemudian anak akan tersadar kembali tanpa ada kelainan persarafan. 3. Saat kejang anak tidak berespon terhadap rangsangan seperti panggilan, cahaya (penurunan kesadaran). Selain itu pedoman mendiagnosis kejang demam menurut livingstone juga dapat kita jadikan pedoman untuk menentukan manifestasi klinik kejang demam. Ada 7 (tujuh) criteria lain antara lain: 1. Umur anak saat kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun. 15

2. Kejang hanya berlangsung tidak lebih dari 15 menit. 3. Kejang bersifat umum (tidak pada satu bagian tubuh seperti pada otot rahang saja). 4. Kejang timbul setelah 16 jam pertama setelah timbulnya demam. 5. Pemeriksaan system persarafan sebelum dan setelah kejang tidak ada kelainan. 6. Pemeriksaan Elektro Enchepaloghrapy dalam kurun waktu satu minggu atau lebih setelah suhu normal tidak dijumpai kelainan. 7. Frekwensi kejang dalam waktu 1 tahun tidak lebih dari 4 kali (Sujono R, Sukarmin, 2009). F. Penatalaksanaan 1. Pencegahan Sebagai upaya pencegahan, saat anak mengalami demam dapat dilakukan: a. Memberikan obat turun panas jika suhu badan > 38ºC b. Memberikan kompres air hangat c. Menggunakan pakaian tipis dan mudah menyerap keringat d. Memberikan cairan (minum air putih semampu anak meminumnya) 16

2. Perawatan Jika Anak kejang demam, lakukan langkah-langkah berikut ini: a. Baringkan anak secara miring di tempat yang aman (supaya tidak terjatuh). b. Temani, awasi dan tenangkan anak c. Longgarkan pakaian d. Jangan menahan gerakan anak e. Jangan memasukkan apapun di mulut anak 3. Penatalaksanaan Medis Saat kejang diberikan antikonvulsan/diazepam secara intravena dengan dosis untuk berat badan yang kurang dari 10 kg dosisnya 0,5-0,75 mg/kg BB, diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Dosis rata-rata yang diberikan adalah 0,3 mg pada anak kurang dari 5 tahun dan maksimal 10 mg pada anak yang berumur lebih dari 5 tahun. Pemberian tidak boleh melebihi 50 mg persuntikan. jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke-3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena. 17

G. Komplikasi 1. Kejang berulang 2. Aspirasi 3. Asfiksia 4. Kerusakan jaringan otak yang dapat mempengaruhi fungsi otak 5. Retardasi mental 6. Epilepsi 7. Injuri H. Pemeriksaan Penunjang 1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang. 2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan. 3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah daerah otak yang tidak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT. 4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran darah dalam otak. 5. Uji laboratorium a. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler 18

b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit c. Panel elektrolit d. Skrining toksik dari serum dan urin e. GDA f. Kadar kalsium darah g. Kadar natrium darah h. Kadar magnesium darah I. Pengkajian 1. Pengkajian Fokus: a. Aktifitas dan istirahat Gejala : keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas atau bekerja yang di timbulkan oleh diri sendiri atau orang terdekat atau pemberi asuhan kesehatan atau orang lain. Tanda : perubahan tonus atau kekuatan otot, gerakan involunter atau kontraksi otot ataupun sekelompok otot. b. Sirkulasi Gejala : Iktal, hipertensi, peningkatan nadi, sianosis Postiktal : tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan. c. Eliminasi Gejala : inkontinensia episodik Tanda : 19

1) Iktal adalah peningkatan tekanan kandung kemih tonus spingfer. 2) postiktal adalah otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia ( baik urin atau Fekal ). d. Makanan dan Cairan Gejala : sensivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan efektifitas kejang. Tanda : kerusakan jaringan atau gigi ( cidera selama kejang) e. Nyeri atau kenyamanan Gejala : sakit kepala, nyeri otot, atau punggung, nyeri abdominal Tanda : tingkah laku yang berhati-hati, perubahan pada tonus otot, tingkah laku distraksi atau gelisah. f. Pernafasan Gejala : iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat peningkatan sekresi mukus. g. keamanan Gejala : riwayat terjatuh atau trauma, fraktur Tanda : trauma pada jaringan lunak atau ekimosis penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh. 2. Tumbuh Kembang Anak: 1. Perkembangan Motorik Halus dan Kasar a) Perkembangan Motorik Halus 20

Perkembangan motorik halus adalah keadaan anak yang sadar mampu mengontrol dan mengendalikan diri serta tubuhnya, sehingga memungkinkan untuk melakukan gerakangerakan yang lebih halus dengan otot-otot yang kecil. Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan hal-hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi, mencoba memegang dan memasukkan benda ke dalam mulut, memegang benda tapi terlepas, memerhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, serta menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar. b) Perkembangan Motorik Kasar Perkembangan motorik kasar adalah kemampuan anak menggerakan otot-otot besar untuk melakukan sebuah gerakan kasar. Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring telentang, berguling dari telentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi, dan berusaha merangkak. 21

2. Perkembangan Kognitif (Kecerdasan) Dalam periode perkembangan otak ada istilah yang dikenal sebagai fase cepat tumbuh otak, yaitu fase pada saat otak berkembang sangat cepat. Pada fase ini otak harus mendapat prioritas utama dalam hal pemenuhan zat gizi sebagai bahan-bahan pembentuknya. Kurangnya gizi pada fase cepat tumbuh otak anak dibawah usia 18 bulan akan bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Artinya, kecerdasan anak tersebut tidak bisa lagi berkembang secara optimal pada tahun-tahun kedepannya. 3. Perkembangan Sosial dan Emosi Salah satu bagian perkembangan sosial dan emosi yang terjadi pada anak usia 1-2 tahun adalah perubahan mood. Pada usia tersebut, anak mulai belajar untuk merespon segala sesuatu yang diterima atau keadaan yang dihadapi sesuai dengan perasaan hatinya. Misalnya anak akan menggelengkan kepala sebagai tanda tidak mau makan atau akan tersenyum gembira untuk menandakan hatinya senang saat diajak bercanda dengan orang-orang disekitarnya. 4. Perkembangan Berbahasa dan berbicara Kemampuan ini akan senantiasa berkembang sehingga memungkinkannya untuk memahami sekaligus menggunakan 22

bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Umumnya, kemampuan ini akan muncul ketika anak sudah berusia sekitar satu tahun. Pada usia ini, anak mulai belajar berbicara dari kata-kata sederhana yang hanya terdiri dari satu dua suku kata. Umumnya, kata pertama yang dapat diucapkan adalah kata-kata yang sering kali didengar setiap hari dari orang-orang di selitarnya. Misalnya adalah mama,papa, mamam, dan sebagainya (Ali, 2008). J. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul: 1. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kejang. 2. Risiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan kejang. 3. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan. 4. Devisit volume cairan berhubungan dengan output berlebihan (dehidrasi). 5. Risiko kurang nutrisi berhubungan dengan anoreksia. 6. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi. 23

K. Fokus Intervensi dan Rasional 1. Risiko injuri berhubungan dengan kejang. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan risiko injuri tidak terjadi. Kriteria hasil: Faktor penyebab diketahui, mempertahankan aturan pengobatan, meningkatkan keamanan lingkungan. Intervensi : a. Hindarkan anak dari benda-benda yang membahayakan. R/ Tindakan ini dapat membantu menurunkan injuri. b. Gunakan alat pengaman. R/Dapat melindungi klien dari bahaya injuri. c. Bila terjadi kejang, pasang sudip lidah. R/ Agar lidah tidak tergigit atau lidah menutup jalan napas. d. Kolaborasi pemberian obat anti kejang. R/ Diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan dan juga dengan memantau efek sampingsecara dini jika timbul efek samping. 2. Risiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan kejang. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan sel otak, tidak terjadi komplikasi. Kriteria hasil: Tidak ada tanda-tanda kejang, peredaran darah lancar, suplai oksigen lancar, tidak ada tanda-tanda apneu. Intervensi : 24

a. Bila terjadi kejang, tidurkan pasien ditempat yang rata, miringkan kepala. R/ Diharapkan sistem pernpasan tidak terjadi gangguan ataupun sumbatan. b. Pasang sudip lidah. R/ Agar lidah tidak tergigit atau lidah menutup jalan napas. c. Longgarkan pakaian yang mengikat. R/ Proses inspirasi dan ekspirasi dapat maksimal dan dapat memberikan rasa nyaman pada pasien. d. Isap lendir sesuai indikasi. R/ Melonggarkan pernapasan dan mencegah terjadinya aspirasi. e. Berikan oksigen. R/ Diharapkan dapat memenuhi kebutuhan oksigen diseluruh jaringan. f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti kejang. R/ Diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan dan juga dengan memantau efek samping secara dini jika timbul efek samping. 3. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan. Tujuan : Yang diharapkan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan hipertermi tidak terjadi. Kriteria Hasil : Suhu tubuh normal ( 36 0 C 37 0 C), klien bebas dari demam. 25

Interverensi : a. Beri kompres hangat. R/ Dapat membantu mengurangi demam. b. Beri dan anjurkan klien banyak minum. R/ Semakin banyak minum akan dapat membantu menurunkan demam. c. anjurkan klien istirahat dengan tirah. R/ Istirahat yang baik akan dapat sedikit membantu penyembuhan. d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat. R/ Pakaian yang tipis akan memudahkan sirkulasi dalam dan luar tubuh. e. Ciptakan suasana yang nyaman (atur ventilasi). R/ Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal. f. Awasi suhu tubuh. R/ Suhu tubuh 38,9 0 C -41,1 o C menunjukkan proses penyakit infeksius akut, pada demam dapat membantu dalam diagnosis. g. Kolaborasi pemberian obat anti mikroba, antipiretik dan pemberian cairan perenteral. R/Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam 26

membatasi pertumbuhan organisme dan meningkatkan autodestruksi dari sel sel yang terinfeksi. 4. Devisit volume cairan berhubungan dengan output berlebihan (dehidrasi). Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan devisit voleme cairan tidak terjadi. Kriteria Hasil : menunjukkan keseimbangan cairan, tanda-tanda vital dalam batas normal. Interverensi : a. Kaji perubahan tanda-tanda vital. R/ peningkatan suhu atau memanjangnya demam meningkatnya laju metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi. b. Kaji turgor kelembaban membran mukosa (bibir dan lidah). R/ Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan. c. Catat laporan mual atau muntah. R/ adanya gejala ini menurunkan masukan oral. d. Pantau masukan dan haluaran. R/ memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan pengganti. e. Tekankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari atau sesuai kondisi individual. 27

R/ pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi. 5. Risiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan anoreksia. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kekurangan nutrisi tidak terjadi. Kriteria hasil : menunjukkan peningkatan nafsu makan, mempertahankan atau meningkatkan berat badan. Intervensi : a. Identifikasi faktor penyebab anoreksia. R/ Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah. b. Auskultasi bunyi usus. R/ Bunyi usus mungkin menurun atau tidak ada bila proses infeksi berat atau memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara. c. Pertahankan atau tingkatkan kebersihan oral. R/ Kondisi mulut yang baik dapat meningkatkan nafsu makan. d. Berikan porsi kecil tapi sering. R/ tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali. 28

6. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi (Doenges,1999). Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan, pengetahuan keluarga meningkat. Kriteria hasil : a. Keluarga mengerti proses penyakit kejang demam. b. Keluarga kooperatif. c. Keluarga berperan serta dalam proses perawatan klien. Intervensi : a. Kaji tingkat pendidikan klien/keluarga. R/ Mempengaruhi proses terhadap penerimaan materi pengetahuan. b. Kaji tingkat pengetahuan keluarga/klien. R/ Menentukan pilihan intervensi yang tepat dalam penyampaian. c. Lakukan pendidikan kesehatan tentang kejang demam pada keluarga klien. R/ Memberikan informasi yang adekuat, meningkatkan peran serta keluarga dalam perawatan klien. d. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya. R/ Mengetahui sejauh mana intervensi berhasil dilakukan. e. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien. R/ Masalah kesehatan kesehatan pada anak melibatkan peranan orangtua mempersiapkan perawatan klien ketika dirumah. 29