BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, sesuai Pasal 1 ayat (3)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

TINJAUAN YURIDIS PEMBUKTIAN TURUT SERTA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No. 51/Pid.B/2009 /PN.PL) MOH. HARYONO / D

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas kejahatan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup

I. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

1. PENDAHULUAN. Tindak Pidana pembunuhan termasuk dalam tindak pidana materiil ( Materiale

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. umumnya maksud tersebut dapat dicapai dengan menentukan beberapa elemen,

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGEROYOKAN

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

KAJIAN PEMBUKTIAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. pembunuhan. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah kasus. pembunuhan, dan tahun 2015 menjadi 48 kasus pembunuhan.

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu, pleger, doen pleger, medepleger, uitlokker. Suatu penyertaan. dilakukan secara psikis maupun pisik, sehingga harus dicari

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB 1 PENDAHULUAN. secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

METODE PENELITIAN. dengan seksama dan lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

Toddy Anggasakti dan Amanda Pati Kawa. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. METODE PENELITIAN. perundang-undangan, teori-teori dan konsep-konsep yang ada dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma pergaulan. tingkat kejahatan atau tindak pidana pembunuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. komponen yaitu Struktur, substansi dan kultur hukum. 2 Ketiga komponen tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KARENA KELALAIANNYA MENYEBABKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA PADA KECELAKAAN LALU-LINTAS.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan untuk mencari kebenaran dengan mengkaji dan menelaah beberapa

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pidana yang bersifat khusus ini akan menunjukan ciri-ciri dan sifatnya yang khas

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum, sesuai Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945), maka merupakan suatu kewajiban tiap-tiap perbuatan harus berdasarkan pada hukum yang berlaku. Salah satu hukum yang berlaku di Indonesia adalah Hukum Pidana dimana aturan-aturannya telah dikodifikasi dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Hukum pidana merupakan salah satu bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di masyarakat atau dalam suatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan perbuatanperbuatan mana yang dilarang yang disertai ancaman berupa nestapa atau penderitaan bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut. 1 Secara doktrin tindak pidana di bedakan secara kualitatif maupun kuantitatif kedalam kejahatan dan pelanggaran. Pembedaan ini dilakukan oleh Menteri Mod deran ketika membentuk Wetboek van Strafrecht (WvS) Nasional di Belanda. 2 Kejahatan diatur dalam buku II KUHP tentang misdriif dan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP tentang overtredingen. 3 Kejahatan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu kejahatan 1 Moeljatno. 2008. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta:Rineka Cipta. Hlm 1 2 Roeslan Saleh. 1983. Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban Pidana. Jakarta:Aksara Baru. Hlm 104 3 Martiman Prodjihamidjojo. 1997. Memahami Dasar-Dasar Pidana Indonesia 2. Jakarta:Pradya Paramitha. Hlm 2

2 terhadap harta benda, kejahatan terhadap subyek hukum, kejahatan terhadap kesusilaan, kejahatan terhadap ketertiban umum, kekerasan dalam rumah tangga, kejahatan luar biasa dan kejahatan politik. Salah satu bentuk kejahatan yang banyak terjadi di masyarakat adalah kejahatan terhadap subyek hukum, yaitu pembunuhan. Menurut Poerwadarminta pembunuhan berarti perkosa, membunuh atau perbuatan bunuh. 4 Dalam peristiwa pembunuhan minimal ada 2 (dua) orang yang terlibat, orang yang dengan sengaja mematikan atau menghilangkan nyawa disebut pembunuh (pelaku), sedangkan orang yang dimatikan atau orang yang dihilangkan nyawanya disebut sebagai pihak terbunuh (korban). Tindak pidana pembunuhan telah diatur di dalam KUHP, salah satunya terdapat dalam Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun. Yang menjadi pembeda antara pembunuhan biasa (doodslag) dengan pembunuhan berencana (moord) terletak pada unsur direncakannnya pembunuhan tersebut. Direncanakan terlebih dahulu (voorbedachte rade) suatu tindak pidana haruslah ada jeda atau tempo 4 W.J.S Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Hlm 169

3 waktu antara timbulnya niat dengan pelaksanaannya bagi si pembuat untuk dengan tenang memikirkan cara dilakukannya pembunuhan tersebut. 5 Dalam tindak pidana dikenal adanya penyertaan tindak pidana, yaitu turut sertanya seseorang mengambil bagian dalam hubungannya dengan orang lain untuk mewujudkan suatu tindak pidana. 6 Penyertaan dapat berupa merencanakan, menyuruh atau menggerakan untuk melakukan, memberi keterangan, turut serta bersama-sama melakukan, dan menyembunyikan pelaku atau hasil tindak pidana. Penyertaan dalam tindak pidana diatur di dalam Pasal 55 dan 56 KUHP. Salah satu contoh dari penyertaan dalam tindak pidana pembunuhan berencana terdapat di dalam Putusan Pengadilan Negeri Nomor 138/Pid.B/2015/PN.Pti. Dalam Putusan Pengadilan Negeri Nomor 138/Pid.B/2015/PN.Pti Terdakwa yang bernama Mardikun alias Pak Joko berusia 44 tahun di dakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan alternatif subsidiaritas (primair Pasal 340 KUHP jo pasal 55 ayat (1) ke-1, subsidiair Pasal 339 KUHP jo pasal 55 ayat (1) ke-1, lebih subsidiar Pasal 338 KUHP jo pasal 55 ayat (1) ke-1 atau kedua primair Pasal 340 KUHP jo pasal 56 ke-2, subsidiair Pasal 339 KUHP jo pasal 56 ke-2, lebih subsidiar Pasal 338 KUHP jo pasal 56 ke-2 karena telah melakukan tindak pidana turut serta 5 R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-undang Hukum Pidana Serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bandung:Politeia. Hlm 241 6 Erdianto Effendi. 2011. Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar. Bandung:Refika Aditama. Hlm 174-175

4 melakukan pembunuhan berencana terhadap Korban Sugiyanto, Sukarman, dan istrinya yaitu Suparni. Berawal ketika Terdakwa dimintai tolong oleh Saksi Muhammad Julpa untuk menjualkan mobilnya, namun uang hasil penjualan tidak kunjung Terdakwa serahkan sehingga Saksi Muhammad Julpa memberi kuasa kepada Korban Sugiyanto untuk menagihkan uang penjualan mobil tersebut. Pada tanggal 1 April 2016 Saksi Saksi Eko alias Pak Eko dan Saksi Sumarno alias Mbah To menghubungi Terdakwa meminta bantuan untuk membunuh Korban Sugiyanto, Sukarman dan Suparni yang disanggupi oleh Terdakwa. Singkat cerita Terdakwa pada tanggal 3 April 2015 pukul 14.30 WIB memberikan 1 (satu) botol aqua ukuran 600 ml, 1 (satu) botol aqua yang berisi 2/3 air putih bening yang sudah di campur terdakwa dengan Sianida dan 1 botol kaca 6ml Sianida kepada Saksi Eko alias Pak Eko dan Saksi Sumarno alias Mbah To untuk membunuh Korban Sugiyanto, Sukarman dan Suparni. Racun tersebut di gunakan sendiri oleh Saksi Eko alias Pak Eko dan Saksi Sumarno alias Mbah To untuk membunuh Korban Sugiyanto, Sukarman dan Suparni tanpa bantuan lagi dari Terdakwa. Saksi Eko alias Pak Eko dan Saksi Sumarno alias Mbah To menuangkan racun tersebut kedalam gelas dan menyuruh Korban Sugiyanto, Sukarman dan Suparni untuk meminumnya dengan dalih sebagai ritual menggandakan uang.

5 Setelah meminum racun tersebut, Korban Sugiyanto, Sukarman dan Suparni jatuh dan meninggal seketika. Berdasarkan visum et repertum Nomor: VER/13/IV/2015/Biddokkes, visum et repertum Nomor: VER/14/IV/2015/Biddokkes, dan visum et repertum Nomor: VER/15/IV/2015/Biddokkes tertanggal 6 April 2015 diketahui bahwa Korban Sugiyanto, Sukarman dan Suparni meninggal karena mati lemas yang disebabkan keracunan. Di dalam dakwaan kesatu primair, tuntutan, serta pertimbangan hukum hakim dalam Putusan Pengadlilan Negeri Nomor: 138/Pid.B/2015/PN.Pti diuraikan bahwa Terdakwa memenuhi unsur-unsur Pasal 340 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Dalam hal ini penulis menemukan adanya unsur yang tidak terpenuhi oleh terdakwa yaitu unsur dengan sengaja, direncanakan terlebih dahulu, merampas nyawa orang lain, dan unsur turut serta melakukan tindak pidana pembunuhan berencana. Maka dari itu penulis akan melakukan penelitian hukum pidana materiil dalam Putusan Pengadlilan Negeri Nomor: 138/Pid.B/2015/PN.Pti telah diterapkan secara tepat. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian hukum yang berjudul: ANALISIS YURIDIS PENYERTAAN DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA. (Studi Kasus Putusan Pengadlilan Negeri Nomor: 138/Pid.B/2015/PN.Pti).

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalah yang akan diteliti oleh penulis adalah bagaimanakah penerapan hukum pidana materiil dalam Putusan Pengadilan Negeri Nomor: 138/Pid.B/2015/PN.Pti.? C. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan hukum pidana materiil dalam Putusan Pengadilan Negeri Nomor: 138/Pid.B/2015/PN.Pti. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini berguna bagi penulis sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman terhadap hukum pidana, serta sebagai syarat untuk penulisan Tugas Akhir dalam menyelesaikan studi S-1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. E. Kegunaan Penelitian Bagi perguruan tinggi hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa sumbangan pemikiran, memperkaya teori-teori serta asasasas hukum pidana yang dapat di pergunakan di dalam proses belajar mengajar maupun penelitian hukum. Bagi penegak hukum hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan penegak hukum yang berkaitan dengan penyertaan dalam tindak pidana pembunuhan berencana sehingga dapat membantu proses penyelidikan, penyidikan, dan pembuktian di persidangan.

7 Bagi masyarakat hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat memahami bentuk-bentuk penyertaan dalam tindak pidana pembunuhan berencana. Sehingga meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap lingkungan sekitar. F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif yang dikenal pula sebagai pendekatan kepustakaan. Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan yang menggunakan konsepsi legis positivis. Konsep ini memandang hukum identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang. 7 Penelitian ini menggunakan pendekatan perudang-undangan (statue approach), dan pendekatan kasus (case approach). 8 2. Sumber Data Jenis bahan hukum yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer 9 : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Putusan Pengadilan Negeri Nomor: 138/Pid.B/2015/PN.Pti, serta 7 Ronny Hanitijo Soemitro. 1998. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta:Ghalia Indonesia. Hlm 13-14 8 Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Surabaya:Kencana. Hlm 133 9 Ibid. Hlm 14. Peter Mahmud mengemukakan bahwa bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoratif artinya mempunyai otoritas, yaitu: perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan.

8 peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi 10, yaitu: buku, kamus, jurnal, komentar-komentar atas putusan pengadilan yang berhubungan dengan penyertaan dalam tindak pidana pembunuhan berencana. c. Bahan Non Hukum Bahan non hukum adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, Black s Law Dictionary, dan lain-lain. 3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Bahan hukum dikumpulkan melalui prosedur inventarisasi dan identifikasi peraturan perundang-undangan, serta klasifikasi dan sistematisasi bahan hukum sesuai permasalahan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi kepustakaan. 11 Studi kepustakaan (library research) dalam penelitian ini dilakukan dengan membaca serta mengolah bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan penyertaan dalam tindak pidana pembunuhan berencana. 10 Ibid. Hlm 141 11 Digital Library Unila. http://digilib.unila.ac.id/5169/15/bab%20iii.pdf Hlm 33. Diakses 16 September 2016

9 4. Teknik Analisa Bahan Hukum Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data dilakukan dengan cara mesistematika terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarati membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi. 12 Data dalam penelitian ini akan di analisa secara deskriptif kualitatif, 13 yakni bahanbahan hukum baik yang berupa peraturan perundang-undangan, teoriteori hukum, asas-asas hukum, akan di kelompokan ke dalam bagianbagian tertentu untuk di olah sehingga menjadi data berupa hasil penelitian terhadap analisis putusan pengadilan negeri mengenai penyertaan dalam tindak pidana pembunuhan berencana. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan hukum ini penulis bagi kedalam 4 (empat) bab guna mempermudah pembaca untuk memahaminya, yaitu: BAB I: PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode penulisan, dan sistematika penulisan yang akan digunakan dalam penelitian ini. 12 Soejono Sukanto dan Sri Mamuji dalam Digital Library Unila. Ibid. Hlm 34 13 Jimly Asshiddiqie. 1997. Teori & Aliran Penafsiran Hukum Tata Negara. Jakarta: Ind. Hill.Co. Hal. 17-18 dalam Digital Library Unila. Ibid. Jimly mengemukakan bahwa Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data penelitian hukum normatif dengan cara data yang diperoleh di analisis secara deskriptif kualitatif yaitu analisa terhadap data yang tidak bisa dihitung. Bahan hukum yang diperoleh selanjutnya dilakukan pembahasan, pemeriksaan dan pengelompokan ke dalam bagian-bagian tertentu untuk diolah menjadi data informasi.

10 BAB II: KAJIAN PUSTAKA Dalam bab kajian pustaka akan diuraikan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penulisan, antara lain adalah: tindak pidana, pembunuhan, pembunuhan berencana, pidana dan pemidanaan, turut serta dalam tindak pidana, peringanan pidana, dan tinjauan mengenai putusan hakim. BAB III: PEMBAHASAN Dalam bab hasil penelitian dan pembahasan akan diuraikan mengenai penerapan hukum pidana materiil dalam menjatuhkan hukuman bagi pelaku penyertaan dalam tindak pidana pembunuhan berencana dalam Putusan Pengadilan Negeri Nomor: 138/Pid.B/2015/PN.Pti. BAB IV: PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dalam penelitian yang berisikan kesimpulan dari permasalahan yang diteliti oleh penulis serta saran penulis dalam menaggapi permasalahan yang diteliti.