BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham yang berisi tentang informasi akuntansi yang dapat digunakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. informasi yang digunakan oleh beberapa pihak untuk mengambil keputusan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor. perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Makin banyaknya jumlah perusahaan yang go public menyebabkan arus

BAB I PENDAHULUAN. suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor independen (Nabila, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. manajemen suatu perusahaan dapat di tunjukkan melalui penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bisa dikatakan baik atau tidak. Menurut PSAK No. 1 (Revisi. yang digunakan untuk kelangsungan bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipercaya dan tidak menyesatkan sehingga kebutuhan masing-masing pihak

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan yang sudah Go public, perusahaan tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (Susan dan Trisnawati, 2011). Di dalam. mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan pada

BAB I PENDAHULUAN. (Bapepam). Namun semakin banyaknya Kantor Akuntan Publik ini juga. menimbulkan sebuah pilihan yang dilematis, karena Kantor Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak agen, yaitu manajer sebagai pengelola keuangan peruahaan. Untuk. opini audit yang berkualitas bagi masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi keuangan perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelola perusahaan go public sebagai manajemen yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. kinerja sebuah perusahaan. Penyampaian laporan keuangan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu keharusan bagi sebuah perusahaan, utamanya perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. disajikan oleh pihak manajemen perusahaan. Manajemen (dalam teori. keagenan disebut agen) dan pemegang saham (dalam teori keagenan

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN. Modal (BAPEPAM). Dengan semakin banyaknya perusahaan go public, pemakainya (Susan dan Trisnawati, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan adalah salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. Laporan ini sangat berpotensi dipengaruhi kepentingan pribadi, sedangkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pribadi, sementara pihak ketiga, yaitu pihak eksternal selaku pemakai

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban manajemen kepada stakeholder, terutama kepada pemilik

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan dalam mengungkapkan fakta-fakta yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan sebagai suatu gambaran prestasi kerja mereka. Laporan ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam. perusahaan, investor, kreditur, pemerintah, dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi, sehingga auditor akan melaporkan apa yang ditemukannya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. menjembatani benturan kepentingan antara pihak principal (pemegang saham)

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen kepada pemakai kepentingan laporan keuangan itu sendiri, baik

BAB I PENDAHULUAN. investor, kreditor dan pemerintah untuk menilai kinerja dan melihat kondisi

BAB I PENDAHULUAN. raksasa di Amerika Serikat pada tahun 2001 yaitu kasus Enron Corporation

PENDAHULUAN. Dengan dibentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun karena AEC mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan go public. Dalam kepemilikannya, perusahan go public

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan berguna tidak saja bagi dunia bisnis, tetapi juga masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pemakai dalam pembuatan keputusan akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akuntan publik adalah pihak independen yang dianggap mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini dengan semakin berkembangnya perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. gambaran atas kinerja mereka selama suatu periode waktu. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri sehingga diperlukan pihak yang independen, dalam hal ini akuntan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. No Peneliti Tema Hasil 1 Rasmini & Juliantari (2013) Auditor Switching dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang menunjang majunya suatu perusahaan,salah satu alat yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang keadaan perusahaan. Hassan & Ahmed (2012) menyatakan bahwa laporan

BAB I PENDAHULUAN. selaku pengelola atas sumber daya yang telah dipercayakan perusahaan. Maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin berkembangnya eknomi bertambah pula jumlah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi (IAI, 2012). Pengguna laporan keuangan dapat meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengaudit laporan keuangan yang di butuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan

BAB I PENDAHULUAN. mereka kepada pihak-pihak yang membutuhkan. SFAC No 2

BAB I PENDAHULUAN. pemakainya sehingga memungkinkan kebutuhan masing-masing pengguna. laporan kauangan tersebut dapat terpenuhi.

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS,UKURAN KAP,DAN OPINI AUDIT TERHADAP PERGANTIAN AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang telah listing di Bursa

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas yang dijanjikan KAP kepada publik. Quality Control yang buruk

BAB I PENDAHULUAN. saja bagi dunia bisnis tetapi juga masyarakat luas (Wibowo dan Hilda,2009).

BAB I PENDAHULUAN. gambaran atas kinerja mereka selama suatu periode waktu. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. manajemen kepada stakeholder terutama terhadap pemilik perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat mempengaruhi tingkat independensi seorang auditor karena auditor

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu, saat ini maupun masa depan perusahaan. terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. keharusan bagi sebuah perusahaan, utamanya perusahaan-perusahaan yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengambilan keputusan baik pihak internal. eksternal (Jensen dan Meckling, 1976) dalam (Arsih dan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Untuk memperoleh modal dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan alasan penggunaan judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kondisi keuangan dari suatu perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada umumnya perkembangan perusahaan publik berpengaruh terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan ekonomi saat ini, komunikasi data keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Auditor dituntut memiliki sikap independensi dalam melaksanakan pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perusahaan publik adalah perseroan terbatas seperti yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan yang go public mempunyai kewajiban untuk

% Transportasi 8 Lembaga Keuangan % 9 Perdagangan, Jasa, dan Investasi % Total % Sumber :Data sekunder yang diolah

BAB I PENDAHULUAN. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi oleh

keuangan suatu perusahaan akan meningkat jika diaudit oleh pihak ketiga yang independen dari Kantor Akuntan Publik (KAP). Dengan demikian, para

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kredibilitas yang berguna bagi pihak pihak pemakai laporan. serta kesesuaiannya dengan prinsip prinsip akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi dan aktivitas perusahaan yang dilakukan serta kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kebutuhan akan jasa akuntan publik disebabkan oleh keinginan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik.

BAB I PENDAHULUAN. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi

BAB V PENUTUP. Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh pergantian dewan komisaris,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui asumsi going concern (

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan faktor-faktor mengenai perusahaan dan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Menurut Robbitasari (2013), laporan keuangan suatu. pertimbangan dalam membuat keputusan yang tepat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari laporan keuangan adalah sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban perusahaan atas sumberdaya yang telah dipercayakan oleh pemegang saham yang berisi tentang informasi akuntansi yang dapat digunakan oleh pemegang saham untuk mengambil keputusan. Laporan keuangan harus disajikan sesuai dengan fakta atau biasa disebut dengan andal sehingga tidak menyesatkan para pengguna laporan keuangan. Sehingga dibutuhkan pihak ketiga yang independen untuk menilai kewajaran suatu laporan keuangan. pihak ketiga bertugas menilai kualitas atau kewajaran suatu laporan keuangan tersebut adalah akuntan publik atau biasa disebut dengan auditor. Akuntan Publik adalah seorang akuntan yang mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan guna memberikan layanan jasa akuntan publik di Indonesia. Ketentuan ini telah diatur Permenkeu No 17/PMK01/2008 mengenai Jasa Akuntan Publik. Dalam melaksanakan audit, auditor bukan hanya semata untuk kepentingan klien, namun juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan, seperti calon investor, investor, kreditor, badan pemerintah, masyarakat, dan pihak lain yang terkait untuk menilai dan mengambil keputusankeputusan strategik yang berhubungan dengan perusahaan. Dalam hal ini, akuntan publik bertanggung jawab untuk memberi keyakinan memadai dan opini tentang kewajaran laporan keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa selain 1

2 memiliki keahlian audit seorang auditor juga harus memiliki tingkat independensi yang tinggi. Kasus Enron dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen merupakan salah satu kasus yang disebabkan oleh adanya hubungan kerja yang panjang antara KAP dan klien yang memungkinkan timbulnya excessive similiarty (keakraban yang berlebihan) hingga dapat mempengaruhi independesi dan tingkat obyektivitas sebuah KAP, harga saham perusahaan enron menurun dan akhirnya mengalami kebangkrutan setelah diketahui bahwa laba yang diungkapkan selama ini merupakan manipulatif. KAP Arthur Andersen tidak mampu menjaga independensi yang dimilikinya sehingga menyebabkan KAP tersebut menjadi pihak yang menanggung akibatnya. Akibat dari peristiwa tersebut, KAP Arthur Andersen akhirnya ditutup. (Prastiwi & Wilsya, 2009). Oleh karena itu, perlu diadakannya auditor switching (pergantian auditor) untuk menghindari kasus seperti itu terjadi lagi. Menurut Sumarwoto (2006) pergantian KAP memiliki dua sifat, yaitu sukarela (voluntary) dan wajib (mandatory). Pergantian KAP yang bersifat sukarela (voluntary) terjadi karena inisiatif klien dan atau KAP akibat beberapa faktor sedangkan pergantian KAP yang bersifat wajib (mandatory) adalah kewajiban pergantian kantor akuntan publik dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah. Di Indonesia sendiri pergantian KAP wajib dilakukan secara berkala. Pemerintah telah mengatur kewajiban tentang pergantian auditor dalam

3 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang Jasa Akuntan Publik. Peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik) paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut lalu disempurnakan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik dengan kewajiban mengganti Kantor Akuntan Publik setelah melaksanakan audit selama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun berturut-turut (pasal 3 ayat 1). Pergantian auditor secara mandatory tidak akan menimbulkan pertanyaan seperti mengapa terjadi pergantian auditor? Apa penyebab digantinya auditor?. Akan tetapi apabila pergantian auditor terjadi secara voluntary pertanyaanpertanyaan tersebut akan timbul terutama untuk pihak-pihak yang mempunyai kepentingan seperti investor dan hal itu dapat menyebabkan munculnya kecurigaan. Sehingga dalam hal ini peneliti ingin meneliti tentang faktor-faktor yang menyebabkan auditor switching terutama secara voluntary. Beberapa peneliti telah melakukan pengujian faktor apa yang mempengaruhi auditor switching yaitu ( Rasmini & Juliantari, 2013; Ardianingsih, 2014; Astuti & Rahmantha, 2014, Ismiyaca et al, 2015 dan Wea & Murdiati (2015)) yang telah menguji pengaruh pergantian manajemen, opini audit, financial distress, dan ukuran KAP dan memiliki hasil yang berbeda-beda satu sama lain. Sehingga,

4 pada penelitian ini peneliti akan menguji kembali pengaruh pergantian manajemen, opini audit, financial distress, dan ukuran KAP terhadap auditor switching. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rasmini & Juliantari (2013), Ismiyaca et al. (2015) menyatakan bahwa pergantian manajemen tidak mempengaruhi adanya auditor switching karena pergantian CEO tidak selalu diikuti oleh perubahan kebijakan perusahaan sehingga perusahaan tetap menggunakan auditor yang lama, sedangkan penelitian Wea & Murdiawati (2015) menunjukkan bahwa pergantian manajemen memiliki pengaruh signifikan terhadap adanya auditor switching. Hal ini menunjukkan bahwa pergantian manajemen yang dilakukan oleh perusahaan akan menimbulkan adanya perubahan dalam kebijakan perusahaan termasuk kebijakan dalam pemilihan KAP. Jadi, jika terdapat pergantian manajemen yang dilakukan oleh perusahaan, akan mendorong terjadinya auditor switching karena manajemen perusahaan cenderung mencari KAP yang selaras dalam pelaporan dan kebijakan akuntansinya. Penelitian yang telah dilakukan oleh Rasmini & Juliantari (2013), Wea & Murdiawati (2015) menyatakan bahwa opini audit tidak mempunyai pengaruh terhadap auditor switching karena perusahaan yang menggunakan auditor baru akan menerima opini yang sama, atau opini yang tidak jauh berbeda dari opini yang diberikan auditor sebelumnya, karena auditor baru akan mencari informasi atas opini yang akan diberikan melalui auditor lama. Penelitian yang dilakukan

5 oleh Ismiyaca et al. (2015) memiliki hasil yang berbeda yaitu opini audit memiliki pengaruh terhadap auditor switching hal ini dikarenakan klien akan berpindah KAP karena opini yang diberikan KAP lama berbeda dengan apa yang diharapkan atas laporan keuangan perusahaan. Fenomena auditor switching yang dilakukan perusahaan pada tahun berikutnya diharapkan mampu memberikan opini audit yang diinginkan perusahaan. Penelitian yang telah dilakukan Astuti & Ramantha (2014) menunjukkan bahwa financial distress tidak mempunyai pengaruh terhadap auditor switching karena perusahaan yang mengalami fina.ncial d.istress, cen.derung untuk tidak mela.kukan perg.antian audi.tor, untuk menjaga kepercayaan pemegang saham dan kreditur, jika perusahaan sering melakukan pergantian auditor akan timbul anggapan yang negatif. Berbeda dengan penelitian lainnya penelitian Wea & Murdiawati (2015) yang menyatakan bahwa financial distress memiliki pengaruh terhadap auditor switching karena biaya audit yang tinggi dibebankan kepada perusahaan sementara kondisi perusahaan sedang tidak stabil pada saat mengami financial distress. Perusahaan lebih memilih untuk beralih ke Kantor Akuntan Publik baru yang bisa memberikan pelayanan audit dengan biaya yang tidak terlalu tinggi sehingga masih bisa dijangkau oleh perusahaan. Faktor selanjutnya yang memiliki pengaruh terhadap auditor switching adalah ukuran KAP yang didukung oleh penelitian Wea & Murdiawati (2015), Rasmini & Juliantari (2013) yang menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switching. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang menggunakan

6 jasa KAP yang tidak berafiliasi dengan the Big Four memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan auditor switching secara voluntary. Hal ini bisa dikarenakan bahwa perusahaan ingin mencari KAP yang memiliki kualitas audit yang lebih tinggi misalkan dalam hal pemberian opini. Penelitian Ardianingsih (2014) dan Ismiyaca et al. (2015) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap auditor switching hal ini didasarkan pada kode etik auditor dan system pengendalian mutu KAP menyebutkan bahwa KAP harus senantiasa menjaga integritas, obyektifitas dan independensinya. Artinya besar ataupun kecil ukuran KAP mereka harus secara professional dalam memberikan jasa audit kepada kliennya. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya serta adanya ketidakseragaman hasil penelitian, maka peneliti ingin meneliti kembali faktor apa yang mempengaruhi auditor switching. Pada penelitian ini peneliti akan menguji pengaruh 4 variabel independen yaitu pergantian manajemen, opini audit, financial distress, dan juga ukuran KAP terhadap variabel dependen yaitu auditor switching. Pergantian manajemen bisa saja mempengaruhi pergantian auditor. Hal ini dikarenakan adanya perubahan struktur organisasi yang ada dalam perusahaan tersebut akan mempengaruhi kebijakan akuntansi, pemilihan KAP, dll. Sehingga perusahaan akan lebih memilih KAP yang sesuai dengan kebijakan manajemen perusahaan yang baru.

7 Opini auditor mencerminkan bagaimana kualitas laporan keuangan perusahaan. Setiap perusahaan yang diaudit pasti menginginkan opini wajar tanpa pengecualian. Manajemen akan memberhentikan auditornya atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih lunak/more pliable (Carcello & Neal, 2003). Perusahaan yang terancam bangkrut atau mengalami kesulitan keuangan cenderung mempunyai kesempatan melakukan pergantian auditor yang besar. Kemungkinan terjadinya auditor switching disebabkan karena ketidakmampuan perusahaan untuk membayar biaya audit kepada KAP. Sehingga perusahaan akan mencari KAP dengan biaya audit yang lebih murah (Damayanti & Sudarma, 2007). Perusahaan tentunya menginginkan kualitas audit yang baik sehingga mendorong perusahaan untuk memilih KAP yang kredibilitasnya tinggi. Mardiyah (2002) berpendapat bahwa Expertise KAP merupakan salah satu atribut dalam servis KAP besar. Adanya faktor expertise itu akan menentukan perubahan auditor oleh perusahaan sehingga perusahaan lebih memilih KAP besar. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mengambil judul Pengaruh Pergantian Manajemen, Opini Audit, Financial Distress, dan Ukuran KAP terhadap Auditor Switching pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015.

8 B. Perumusan Masalah Setiap perusahaan go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan akan dijadikan dasar oleh investor untuk pengambilan keputusan. Independensi auditor merupakan kunci utama bagi profesi akuntan publik, termasuk untuk menilai kewajaran suatu laporan keuangan, setiap auditor diharuskan untuk memiliki independensi yang tinggi yang artinya tidak mudah terpengaruh dalam melaksanakaan pekerjaannya. Salah satu cara untuk menjaga independesi auditor dan menjaga kepercayaan publik adalah dengan melakukan pergantian auditor. Di Indonesia, pergantian auditor diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik dengan kewajiban mengganti Kantor Akuntan Publik setelah melaksanakan audit selama 6 (enam) tahun berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3 (tahun) berturut-turut (pasal 3 ayat 1). Pergantian auditor terjadi secara wajar apabila telah dilakukan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Namun apabila pergantian KAP dilakukam kurang dari 6 tahun maka akan timbul pertanyaan hal apa yang mendasari pergantian auditor tersebut?. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti faktor apa yang mempengaruhi auditor switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek

9 Indonesia) pada tahun 2011-2015. Faktor-faktor yang diuji pada penelitian ini adalah pergantian manajemen, opini audit, financial distress, dan ukuran KAP. Dari penjelasan diatas maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah pergantian manajemen, opini audit, financial distress, dan ukuran KAP mempengaruhi auditor switching?. C. Batasan Masalah Menurut Sumarwoto (2006), pergantian KAP memiliki dua sifat, yaitu sukarela (voluntary) dan wajib (mandatory). Pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 17/PMK.01/200 dijelaskan bahwa perusahaan diwajibkan untuk melakukan pergantian KAP setiap 6 tahun dan pergantian akuntan publik setiap 3 tahun. Jadi, dapat disimpulkan pergantian auditor dapat dikatakan secara wajar apabila telah dilakukan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Dari penjelasan tersebut maka peneliti akan berfokus pada voluntary auditor switching (masa penugasan KAP kurang dari 6 tahun). D. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji pengaruh pergantian manajemen, opini audit, financial distress, ukuran KAP terhadap auditor switching.

10 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1) Memberi kontribusi bagi literatur mengenai auditor switching yang berbasis pada pergantian manajemen, opini audit, financial distress, dan ukuran KAP. 2) Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang sama. b. Manfaat Praktis 1) Memberikan informasi kepada auditor dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi auditor switching, sehingga nantinya dapat menjadi salah satu sumber bagi pembuat regulasi yang berkenaan dengan praktik perpindahan KAP oleh perusahaan go public. 2) Memberikan informasi bagi investor mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap auditor switching secara empiris, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum melakukan investasi.

11