HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN INERSIA UTERI KALA I DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

HUBUNGAN PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN INERSIA UTERI PADA IBU BERSALIN DI RSUD PROF. dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011.

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

FAKTOR RISIKO IBU HAMIL KUNJUNGAN PERTAMA DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PAJANGAN KABUPATEN BANTUL Ayu Cahyaningtyas 1, Sujiyatini 2,Nur Djanah 3

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

III TAHUN Disusun Oleh WIWEN INDITA PROGRAM

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA 2015

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. hamil. Anemia pada ibu hamil yang disebut Potensial danger of mother and. intra partum maupun post partum (Manuaba, 2008).

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU BERSALIN DENGAN INPARTU KALA I LAMA DI RSUD Dr. M. ASHARI KOTA PEMALANG

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS UMBULHARJO II NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN 2010

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

BAB I PENDAHULUAN. hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

PENELITIAN ANEMIA DAN KONTRAKSI RAHIM DALAM PROSES PERSALINAN. Novita Rudiyanti*, Diana Metti*

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan salah satu masa penting di dalam kehidupan. seorang wanita, selama kehamilan akan terjadi proses alamiah berupa

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

HUBUNGAN KEPATUHAN DAN TATA CARA MINUM TABLET FE DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PERIODE Lestrina *, Eny **

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

HUBUNGAN UMUR DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. apabila seorang ibu hamil dapat mengatur makanan yang dikonsumsinya. secara sempurna. Kehamilan yang sehat dapat diwujudkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

HUBUNGAN KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI TABLET FE DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II KABUPATEN BANTUL

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

BAB I PENDAHULUAN. vitamin B12, yang kesemuanya berasal pada asupan yang tidak adekuat. Dari

Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG CARA KONSUMSI TABLET Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. kematian per kelahiran hidup. (Kemenkes RI 2015,h.104). Pada tahun

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN UMUR IBU DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III TAHUN

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan Indonesia sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan nasional

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET FE DI PUSKESMAS SIMO BOYOLALI

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 307 per kelahiran hidup (KH). Data AKI tahun 2009 sebesar

HUBUNGAN PARTUS LAMA DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUANG VK BERSALIN RSUD. DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. besi sering terjadi pada masa kehamilan (Cunningham, 2006; h.1465).

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

KEJADIAN ANEMIA DI UPTD PUSKESMAS SINDANGWANGI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.

HUBUNGAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN PERSALINAN LAMA DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR HB IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN SENEN TAHUN Nur Romdhona Putri Nabella.

Transkripsi:

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN INERSIA UTERI KALA I DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Suhartiningsih 1610104184 PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2017

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN INERSIA UTERI KALA I DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan Program Studi Bidan Pendidik Diploma IV Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas Aisyiyah Yogyakarta Disusun oleh : Suhartiningsih 1610104184 PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2017

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN INERSIA UTERI KALA I DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2016 1 Suhartiningsih, Retno Mawarti Latar Belakang: Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah kesehatan. Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami anemia salah satunya adalah gangguan his (inersia uteri).. Metode: Jenis penelitian adalah Survey Analitik dengan pendekatan waktu retrospektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional. Besar sampel diambil dari seluruh populasi inersia uteri dan anemia sebanyak 114 kasus. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. analisa datanya menggunakan uji Chi Square (X 2 ).Hasil: 76.3% responden mengalami anemia, 64.0% responden mengalami inersia. ada hubungan antara kejadian anemia dengan inersia uteri kala I dengan nilai p- Value= 0,015 dan keeratan hubungan adalah 0,222.Simpulan : Ada hubungan antara anemia pada ibu bersalin dengan kejadian inersia uteri kala I di RSU PKU Muhammadiyah bantul tahun 2016. Background: Anemia on pregnant women is one of health problems The complication that might appear on pregnant women with anemia is HIS (inersia uteri).. Method: The study employed analytical survey method with retrospective time approach. The study used cross sectional approach. The samples taken from all population of inersia uteri and anemia were 114 cases. Sample taking technique used total sampling. Chi Square (X 2 ) test was used as the data analysis. Result: 76.3% respondents had anemia; 64.0% respondents had inersia. There was correlation anemia labour mother and inersia uteri grade I occurrences with p-value = 0.015, and the closeness correlation was 0.222. Conclusion: There was correlation anemia on labour mother and inersia uteri grade I at PKU Muhammadiyah Hospital of Bantul in 2016. PENDAHULUAN Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2012, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu disembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. Indonesia masih merupakan negara tertinggi diantara Association of South East Asia Nations (ASEAN) dengan angka kejadian kematian sekitar 15 kali dari angka kematian di Malaysia 8. Menurut 4 angka kematian ibu dalam 4 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup baik. Hal tersebut ditandai dengan turunnya angka kematian Ibu, jika pada Tahun 2014 sebesar 104,7/100.000 Kelahiran Hidup yaitu sejumlah 14 kasus, sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 11 kasus sebesar 87,5/100.000. Target AKI tahun 2015 adalah 70/100.000 Kelahiran Hidup 5. Faktor penyebab kematian ibu diantaranya perdarahan 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%, abortus 5%, partus lama 5%, emboli 3% 2. Selain itu juga dapat disebabkan oleh faktor resiko yaitu paritas, peregangan uterus yang berlebih, partus lama, umur, jarak hamil kurang dari 2 tahun, persalinan yang dilakukan dengan tindakan, anemia, riwayat persalinan buruk sebelumnya dan status gizi ibu 8. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah kesehatan yang

berakibat fatal pada ibu ataupun janin yang akan dilahirkan. Prevalensi di dunia, terdapat 41, 8% ibu hamil dengan anemia. Di Indonesia sekitar 24,7% 13. Sebuah penelitian melaporkan dari 31 orang wanita hamil terdapat 23 orang (74 %) yang menderita anemia, dan 13 orang (42%) yang menderita kekurangan zat besi. Anemia pada ibu hamil sekitar 62,3% berupa anemia Defisiensi Besi (ADB). Anemia merupakan suatu keadaan berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Pada wanita tidak hamil, normal kadar Hb berkisar antara 12-16 gr/dl. Pada wanita hamil nilai Hb 11 gr/dl adalah batas terendah 6. Dalam proses persalinan, seorang ibu membutuhkan banyak energi, bila energi tidak adekuat, maka ibu cepat mengalami kelelahan sehingga tenaga/his pada otot-otot uterus dapat tiba-tiba melemah atau menghilang. Kelainan tenaga ini disebut dengan inersia uteri. Inersia uteri adalah keadaan di mana kontraksi uterus lebih lemah, singkat, dan lebih jarang apabila dibandingkan dengan his normal dengan angka kejadian 4% dari jumlah persalinan 12. Faktor yang mempengaruhi inersia uteri adalah kelainan his, faktor herediter, emosi, ketakutan, salah pimpinan mengejan, kelainan uterus, postmatur, disproporsi sevalopelvik. Kebijakan pemerintah yang terkait usaha dalam program pencegahan anemia pada ibu hamil adalah dengan memberikan suplemen zat besi sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan dan menekankan kepada para ibu hamil agar rutin melaksanakan pemeriksaan kehamilan pada petugas kesehatan minimal 4 kali selama hamil. Namun banyak ibu hamil yang menolak atau tidak mematuhi anjuran ini karena berbagai alasan 7. Penyebab anemia di Indonesia juga sering berkaitan dengan perilaku masyarakat seperti sebagian masyarakat masih memiliki kebiasaan menghindari jenis makanan tertentu selama kehamilan demi alasan tradisi atau pamali, misalnya ibu hamil tidak boleh mengkonsumsi ikan, telur, daging. Hal ini tentunya tidak benar. Pemenuhan kebutuhan protein semakin meningkat maka dapat meningkatkan pertahanan ibu dan bayi dalam kandungan. Selain itu penyebab ibu hamil mengalami anemia adalah alasan mual dan muntah setelah meminum tablet Fe sehingga banyak ibu hamil yang memilih tidak meminum tablet Fe yang diberikan tenaga kesehatan 14. Oleh sebab itu berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006, tentang pedoman pelaksanaan pengembangan Desa Siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya Berdasarkan uraian mengenai anemia dengan inersia uteri, dan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul pada Januari 2016 - Desember 2016 terdapat 881 ibu bersalin, dari hasil observasi awal pada rekam medik bulan Januari - Maret 2016 (3 bulan) didapatkan 9 orang pasien bersalin dengan kejadian inersia uteri, dan 8 orang diantaranya mengalami anemia, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Anemia pada Ibu Bersalin dengan Kejadian Inertia Uteri Di RSU PKU Muhamadiyah Bantul tahun 2016. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian Survey Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah anemia dan variabel terikat adalah kejadian inersia uteri kala 1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang

mengalami inersia uteri dan anemia yaitu sebanyak 114 kasus Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling dengan kriteria inklusi yaitu kelainan his pada ibu bersalin usia 20-35 tahun, ibu bersalin dengan presentasi belakang kepala, hamil aterm, Berat badan bayi lahir 2500- <4000 gr. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar / format observasi yang dibuat beberapa kolom berisi nomor urut, nomor rekam medik, inisial nama, umur, pendidikan, paritas, usia kehamilan, kadar Hb sebelum melahirkan, BBL, lama persalinan fase aktif. Metode yang digunakan adalah studi dokumentasi dengan mengambil data secara sekunder dari rekam medis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul bulan Januari Desember 2016 dengan cara memasukkan data ke kolom dalam lembar observasi.. Analisa data menggunakan uji Chi Square (X 2 ). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Tabel 1. Karakteristik Responden di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2016 Karakteristik (n) (%) Inersia Uteri n % Umur < 20 tahun 13 11.4 9 7.9 20-35 tahun 92 80.7 59 51.8 >35 tahun 9 7.9 5 4.4 Jumlah 114 100 73 64 Pendidikan Dasar 67 58.8 39 34.2 Menengah 31 27.2 23 20.2 Tinggi 16 14.0 11 9.6 Jumlah 114 100 73 64 Pekerjaan Bekerja 65 57.0 46 40.4 Tidak 49 43.0 27 23.7 Bekerja Jumlah 114 100 73 64 Paritas Primipara 55 48.2 31 27.2 Multipara 59 51.8 42 36.8 Jumlah 114 100 73 64 Jarak Kelahiran < 2 tahun 27 23.7 16 14 >2 tahun 87 76.3 57 50 Jumlah 114 100 73 64 Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur responden paling banyak adalah 20-35 tahun sebanyak 92 responden (80.7%) dan mengalami inersia uteri sebanyak 59 orang (51.8%), dan yang paling sedikit adalah umur > 35 tahun sebanyak 9 responden (7.9%) dan mengalami inersia uteri sebanyak 5 orang (4.4%). Tingkat pendidikan ibu didapatkan paling banyak dalam kategori pendidikan dasar (SD, SMP) sebanyak 67 orang (58.8%) dan mengalami inersia uteri sebanyak 39 orang (34.2%). Pekerjaan ibu mayoritas dalam kategori bekerja yaitu sebanyak 65 orang (57%) dan mengalami inersia uteri sebanyak 46 orang (40.4%). Paritas ibu sebagian besar adalah multipara sebanyak 59 responden (51.8%) dan mengalami inersia uteri sebanyak 42 responden (36.8%). Jarak kelahiran ibu paling banyak adalah > 2 tahun sebanyak 87 responden (76.3%) dan mengalami inersia uteri sebanyak 57 orang (50%). 2. Kejadian Anemia Tabel 2. Distribusi Frekuensi Anemia Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2016 Kategori Frekuensi % Anemia 87 76.3 Tidak 27 23.7 Anemia Jumlah 114 100 Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa kategori anemia di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2016 yang paling banyak adalah

kategori anemia yaitu sebesar 87 orang (76.3%). 3. Kejadian Inersia Uteri Tabel 3. Distribusi Frekuensi Inersia Uteri Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2016 Kategori Frekuensi % Inersia Uteri 73 64.0 Jumlah 114 100 Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa kategori inersia uteri di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2016 yang paling banyak adalah mengalami inersia uteri yaitu sebesar 73 orang (64.0%). Tidak Uteri Inersia 41 36.0 4. Analisis Bivariat Tabel 4. Hubungan Anemia Dengan Inersia Uteri di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2016 Inersia Inersia Tidak Inersia Total Uteri X 2 Ρ Anemia N % N % N % Anemia 61 53.5 26 22.8 87 76.3 0.222 0.015 Tidak 12 10.5 15 13.2 27 23.7 Anemia Jumlah 73 64.0 41 36.0 114 100 Tabel 4. menunjukkan bahwa mayoritas responden 61 orang (53.5%) anemia dan mengalami inersia uteri, responden dengan anemia dan tidak inersia sebanyak 26 orang (22.85), responden tidak anemia dan mengalami inersia sebanyak 12 orang (10.5%), dan responden yang tidak mengalami anemia dan tidak inersia sebanyak 15 orang (13.2%). Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square diperoleh nilai ρ = 0,015 yang lebih kecil dari α = 0,05 artinya ada hubungan antara kejadian anemia dengan inersia uteri kala I. Tingkat keeratan hubungan antara kejadian anemia dengan inersia uteri kala I pada kategori rendah yaitu 0.222. B. Pembahasan 1. Anemia Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis, diketahui bahwa responden yang mengalami anemia sebanyak 87 orang (76.3%), dan yang tidak anemia sebanyak 27 orang (23.7%). Anemia merupakan suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun. Sebagai akibatnya, ada penurunan transportasi oksigen dari paru kejaringan perifer. Anemia sendiri jarang menimbulkan krisis kedaruratan akut selama kehamilan, namun pada hakekatnya setiap masalah kegawatan dapat diperberat oleh anemia yang telah ada. Faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas, jarak kelahiran. Umur ibu sangat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan

serta pertumbuhan janin. Pada hasil analisis didapatkan umur ibu paling banyak adalah 20-35 tahun sebanyak 92 orang (80.7%), <20 tahun sebanyak 13 orang (11.4%) dan yang paling sedikit adalah umur > 35 tahun sebanyak 9 orang (7.9%). Menurut 1 Ibu hamil pada usia terlalu muda (<20 tahun) tidak atau belum siap memperhatikan lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan janin. Disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam pertumbuhan dan adanya pertumbuhan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan ibu hamil di atas 35 tahun cenderung mengalami anemia, hal ini disebabkan karena pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi. Anemia juga dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah. Dari hasil analisis didapatkan paling banyak responden dalam kategori pendidikan dasar (SD, SMP) sebanyak 67 orang (58.8%) dan yang paling sedikit adalah pendidikan tinggi yaitu 16 orang (14%). Menurut 8 orang yang berpendidikan menengah keatas cenderung berfikir obyektif dan berwawasan luas. Tingkat pendidikan keluarga bukan satu-satunya yang menentukan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan gizi, namun faktor pendidikan dapat menpengaruhi kemampuan menyerap pengetahuan gizi yang diperolehnya melalui informasi. Selain itu anemia dipengaruhi jenis pekerjaan, pekerjaan akan mempengaruhi beban kerja fisik seseorang. Pada hasil analisis didapatkan mayoritas responden bekerja yaitu sebanyak 65 orang (57%) dan yang tidak bekerja yaitu 49 orang (43%). Jenis pekerjaan dalam sektor informal dengan beban kerja fisik yang relatif lebih berat, menyebabkan seseorang mengeluarkan banyak keringat. Hal ini mengakibatkan peningkatan pengeluaran zat besi bersama keringat. Wanita hamil dan menyusui harus melakukan beban kerja berat, memerlukan banyak sekali makanan untuk kondisi kesehatan tubuhnya maupun untuk kebutuhan energinya, sehingga zat-zat gizi yang dibutuhkan harus tercukupi. Selain faktor di atas, yang mempengaruhi anemia adalah paritas ibu yaitu sebanyak 59 responden (51.8 %). Menurut 1 Paritas > 3 merupakan faktor terjadinya anemia, hal ini disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh ibu. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Dari hasil analisis didapatkan < 2 tahun sebanyak 27 responden (23.7%). Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung. 2. Inersia Uteri Pada hasil analisis didapatkan responden yang mengalami inersia uteri sebanyak 73 orang (64.0%). Hal ini sesuai dengan penelitian Rudiyanti (2014) yang mengatakan bahwa kontraksi rahim dalam kategori tidak adekuat sebanyak 85 orang (62.5%). Inersia uteri adalah keadaan di mana kontraksi uterus lebih lemah, singkat, dan lebih jarang apabila dibandingkan dengan his normal. Pada masa laten, diagnosis inersia uteri lebih sulit untuk ditegakkan. Kontraksi uterus yang disertai nyeri tidak cukup untuk menentukan diagnosis bahwa persalinan sudah mulai. Untuk mendapatkan simpulan ini, maka diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yaitu pendataran dan pembukaan 10. Umur ibu sangat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan

serta pertumbuhan janin. Pada hasil analisis didapatkan umur ibu paling banyak adalah 20-35 tahun sebanyak 92 orang (80.7%) dan yang paling sedikit adalah umur > 35 tahun sebanyak 9 orang (7.9%). Akibat yang akan timbul pada ibu hamil atau bersalin dengan usia lebih dari 35 tahun yaitu terjadi partus lama karena ibu sudah tidak kuat mengejan, otototot perineum telah kaku sehingga menghambat kelahiran serta mengakibatkan his kurang baik. Paritas juga merupakan faktor terjadinya inersia uteri. Pada hasil analisis didapatkan paritas ibu sebagian besar adalah multipara sebanyak 59 responden (51.8 %). Paritas pada multi para berpengaruh terhadap inersia uteri. Persalinan Pada multi para dan grande multipara sering terjadi inersia, hal tersebut akibat regangan uterus yang berulangulang karena kehamilan dan tidak kembali seperti semula dan longgarnya ligamentum yang memfiksasi uterus. Perut ibu yang gantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan his karena posisi uterus yang menggantung ke depan sehingga bagian bawah janin tidak dapat menekan dan berhubungan langsung serta dapat dengan segmen bawah rahim 12. Hal ini sesuai dengan penelitian 16 menyatakan bahwa ibu bersalin dengan paritas berisiko ( 3) memiliki risiko 5,032 kali lebih besar mengalami inersia uteri dibandingkan ibu bersalin dengan paritas tidak berisiko (< 3). Disamping faktor paritas, inersia dipengaruhi oleh jarak kelahiran. Dari hasil analisis didapatkan mayoritas jarak kelahiran > 2 tahun sebanyak 87 responden (76.3%) dan < 2 tahun sebanyak 27 responden (23.7%). Bila jarak kehamilan dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini perlu karena ada kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan yang lama, atau perdarahan 12. 3. Hubungan Anemia dan Inersia Uteri di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2016 Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square diperoleh nilai p-value= 0,015, dengan tingkat kesalahan α = 0,05 dan taraf signifikan 95%. P-Value < 0,05 (0,015 < 0,05) maka H0 ditolak sehingga ada hubungan antara kejadian anemia dengan inersia uteri kala I. Anemia adalah kondisi di mana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif. Anemia persalinan dapat menyebabkan inersia uteri atau his yang tidak adekuat sehingga akan berpengaruh terhadap kelemahan dan kelelahan ibu saat mengedan untuk melahirkan bayi 11. Hasil penelitian menunjukkan 61 orang (53.5%) mengalami anemia serta inersia uteri. Hal ini sesuai dengan teori bahwa ibu bersalin dengan anemia (<11 gr%) menjadi penyebab terjadinya inersia uteri pada ibu bersalin 11. Sejalan dengan penelitian Rudiyanti (2014) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara anemia dengan kontraksi rahim pada kala I, dengan nilai OR= 4,615, artinya ibu yang anemia beresiko 4,615 kali akan mengalami kontraksi rahim yang tidak adekuat pada kala I - IV dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.

Hasil penelitian menunjukan ada 12 orang (10.5%) ibu yang tidak anemia tapi mengalami inersia uteri. Pada ibu yang tidak anemia terdapat 3 ibu primipara dan 9 multipara. Pada primipara usia ibu < 20 tahun dan pada ibu multipara usia ibu berkisar > 35 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan his yang bersifat inersia uteri. Kontraksi ibu juga dipengaruhi oleh usia ibu, paritas, status gizi dan riwayat kehamilan 3. Hasil penelitian juga menunjukkan ada 26 orang (22.8%) ibu yang anemia tapi tidak inersia uteri. Hal ini sesuai dengan teori bahwa penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah keguguran (abortus), kelahiran prematur, syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin, serta anemia yang berat (<4 gr/dl) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan 15. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus adalah prematur, apgar score rendah, gawat janin 9. Tingkat keeratan hubungan antara kejadian anemia dengan inersia uteri kala I pada kategori rendah yaitu 0.222. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor pengganggu yang tidak dikendalikan antara lain kelainan his sering dijumpai pada primipara dengan umur ibu > 35 tahun, Faktor herediter, emosi dan ketakutan, Salah pimpinan persalinan, Obat-obat penenang, disproporsi sevalopelvik, dan kelainan uterus lama. karena Hal ini sesuai dengan kriteria ekslusi yaitu semua yang tidak termasuk kriteria inklusi dan rekam medis yang tidak lengkap. Inersia uteri dapat menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dengan akibat-akibat terhadap ibu dan janin (infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi, dll 12. PENUTUP 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa ada hubungan antara kejadian anemia dengan inersia uteri kala I dengan nilai p-value adalah 0.015 < 0.05 dengan tingkat keeratannya adalah rendah yaitu 0.222. 2. Saran Pentingnya peran tenaga kesehatan untuk melakukan kegiatan yang bersifat preventif dan promotif mengenai anemia dalam kehamilan dan komplikasi. DAFTAR PUSTAKA 1. Arisman. (2010). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2. Biro Pusat Statistik. (2012). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. BPS-BKKBN Depkes RI. 3. Cunningham FG, et all. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC. 4. Dinas Kesehatan Provinsi DIY. (2015). Profil Kesehatan Provinsi DIY. 5. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Bantul. 6. Iis Sinsin. (2008). Seri kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: Alex Media. 7. Kemenkes RI. (2012). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. 8. Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC. 9. Mansjoer, A. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. 10. Martohoesodo dan Sumampouw. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

11. Mochtar, D. (2011). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC. 12. Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka. 13. Riskesdas. (2007). Riset Kesehatan Dasar Nasional. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 14. Romana, T. (2013). Mitos Keliru Seputar Makanan Ibu Nifas Kompasiana Kesehatan. Health.Kompas.Com. Diakses tanggal 2 November 2016. 15. Saifuddin. (2006). Buku Acuan Pelayanan Kesehatan dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 16. Tri Anasari. (2011). Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian Inersia Uteri Pada Ibu Bersalin Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011. Skripsi. STIKes Muhammadiyah Klaten.