BAB II TINJUAN PUSTAKA. saudara laki-laki dan perempuan, serta pemelihara kebudayaan bersama.

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA. OLEH Ns.HENNY PERMATASARI, M.Kep. Sp. Kom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pendapatan seseorang. Tingkat pendidikan seseorang juga akan

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI. Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Membangun dan Membina Keluarga Sejahtera Mandiri

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3. Seluruh ayggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian. 6. Paling kurang satu orang aggota keluarga berumur 15 tahun ke atas

Konsep Keluarga Sejahterah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

Asuhan Kebidanan Komunitas I. Mata Kuliah DODIET ADITYA SETYAWAN NIP

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA PEDAGANG DI OBYEK WISATA DESA WINDUAJI KECAMATAN PAGUYANGAN

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA

5. Menggambarkan hubungan implementasi perawat terhadap respon pasien dengan masalahnya.

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 92

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber

Perilaku Kesehatan Individu dan Keluarga

BAB II LANDASAN TEORI. menggunakan teknik-teknik dan alat tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang ditulis Hernawati tentang Upaya Meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketergantungan (Sudiharto, 2007). (Sudiharto, 2007) Bentuk keluarga Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut:

B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian keluarga sebagaimana yang didefinisikan oleh Sekretariat. Menteri Negara Kependudukan BKKBN Jakarta (1994:5) adalah unit terkecil dari

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pewarisan nilai-nilai sosial dari satu individu ke individu lain. Keluarga

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga, Jakarta: Kencana, 2012, hlm Ibid, hlm. 6-7.

BAB II SEJARAH DAN KONDISI UMUM DESA PAMIRITAN

POTRET KELUARGA, DARI MASA KE MASA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

Asuhan Kebidanan Komunitas I. Mata Kuliah DODIET ADITYA SETYAWAN NIP

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

KELUARGA SEBAGAI UNIT PELAYANAN KESEHATAN. Dr. H. Fahrurazi, M. Kes

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. PENELITIAN YANG PENELITI LAKUKAN INI ADALAH KAJIAN MENGENAI KESEJAHTERAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Visi Program Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas 2015

Konsep Keluarga. Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan. Pendapatan merupakan balas jasa bekerja setelah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apalagi jika hanya

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social

I. PENDAHULUAN. 1937, Murdok menemukan tiga Tipe keluarga yaitu; keluarga inti (Nurclear

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan gizi tetapi juga masalah perlakuan seksual terhadap anak (sexual abuse),

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

MANAJEMEN SUMBER DAYA KELUARGADALAM LINGKARAN HIDUP KELUARGA. Oleh: As-as Setiawati

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

Mei Vita Cahya Ningsih, S.Kep.,Ns.

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai suatu kelompok kecil yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah,

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN. Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian. No. Variabel Penelitian Indikator Nomer Butir 1. Karakteristik tenaga kerja

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah kajian mengenai kesejahteraan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB II LANDASAN TEORI A. REMAJA. Menurut Hurlock (2003), masa remaja adalah masa peralihan dimana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perjanjian yang sakral (mitsaqan ghalidha) antara suami dan istri.

MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA

MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA, URGENSI DAN UPAYANYA

Transkripsi:

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Keluarga Keluarga juga dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi, merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan, serta pemelihara kebudayaan bersama. Ali (2010) mengatakan keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dlam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Menurut BKKBN (1995) dalam Sudiharto (2007) keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. 4

B. Bentuk Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung (Departemen Kesehatan RI (1988) dalam Ali (2010)). Ada beberapa bentuk keluarga Menurut Sudiharto (2007) adalah sebagai berikut: 1. Keluarga Inti ( nuclear family ), adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak- anak baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi. 2. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan. 3. Keluarga Besar ( extended family ), keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families). 4. Keluarga Berantai, keluarga yang terbentuk karena perceraiandan/atau kematian pasangan yang dicintai dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti. 5. Keluarga duda atau janda ( single family ), keluarga yang terjadi karena perceraian dan/atau kematian pasangan yang dicintai. 6. Keluarga komposit ( composite family ), keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.

7. Keluarga kohabitasis ( Cohabitation ), dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertebtangan budaya timur. Namun, lambat laun, keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima. 8. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, paman menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar. Halini dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik. 9. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak hasil dari perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang tinggal di sebuah asrama. C. Ciri-ciri Keluarga Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Menurut Ali (2010) ciri-ciri keluarga di Indonesia adalah:

1. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi oleh semangat kegotongroyongan. 2. Merupakan satu kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya ketimuran yang kental yang mempunyai tanggung jawab besar. 3. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang dominan dalam mengambil keputusan walaupun prosesnya melalui musyawarah dan mufakat. 4. Sedikit berbeda antara yang tinggal di pedesaan dan di perkotaan keluarga di pedesaan masih bersifat tradisional, sederhana, saling menghormati satu sama lain dan sedikit sulit menerima inovasi baru. D. Fungsi Keluaraga Keluarga dengan sistem konjungal, menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan (antara suami dan istri), ikatan dengan suami atau istri cenderung dianggap lebih penting daripada ikatan dengan orangtua. Menurut Friedman (1999) dalam Sudiharto (2007), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut: 1. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih serta, saling menerima dan mendukung 2. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di lingkungan social

3. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia 4. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan 5. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kekampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. E. Kesejahteraan Keluarga Keluarga sebagai unit pembangunan yang mampu membangun setiap anggotanya, sehingga menjadi kekuatan pembangunan yang handal, semua itu dapat terwujud keluarga yang sejahtera. Pertumbuha masyarakat ditentukan oleh pembentukan keluarga sehat dan sejahtera. Perkembangan dan pertumbuhan masyarakat untuk memberikan kontribusinya di dalam pembangunan bangsa dan Negara. Terciptanya keluarga sejahtera sebagai landasan pokok terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Kesejahteraan keluarga merupakan salah satu tujuan pokok yang ingin dicapai dan diidamkan oleh semua anggota keluarga. Setiap orang berkeinginan agar setiap keluarganya dapat hidup dengan sejahtera. Konsep keluarga sejahtera diantaranya meliputi suatu keadaan keluarga yang aman, penuh keharmonisan, sehat, dan berkecukupan secara ekonomis, serta adanya sling pengertian yang baik dalam kehidupan keluarga. Konsep ini dapat terealisir bila terdapat saling pengertian dan kepercayaan yang cukup dalam di antara anggota

keluarga, baik itu antara anak dan orang tua ataupun antara orang tua sendiri dan antara anak-anak yang ada dalam lingkungan keluarga ( BKKBN, 1995 ). Idealisme kehidupan keluarga yang sejahtera dapat dimanifestasikan dalam bentuk kehidupan sehari-hari. Dua factor atau unsur yang tampak berperan di dalam usaha untuk memanifestasikan idealisme keluarga yang sejahtera adalah tercapainya suatu keadaan keluarga yang sehat dan adanya stabilitas perekonomian keluarga. Menurut konsepnya keluarga sejahtera dapat didefinisikan menurut undangundang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, menyatakan bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup yang layak, bertaqwakepada Tuhan YME, dan memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungan (BKKBN,1995). Materi pokok pembangunan keluarga sejahtera bertitik dari pelaksanaan 8 fungsi keluarga yang terdiri dari: a. Fungsi keagamaan Untuk mendorong keluarga sebagai wahana penanaman kaedah-kaedah ajaran agama agar tercipta insan-insan pembangunan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. b. Fungsi sosial Budaya

Untuk mendorong keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai luhur budaya masyarakat/bangsa yang mulia dan beradab berdasarkan pancasila dan UUD 1945. c. Fungsi Cinta Kasih Untuk mendorong keluarga sebagai wahana pembinaan rasa cinta dan kasih sayang serta jiwa kesetiakawanan sosial antar anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat lingkungannya. d. Fungsi perlindungan Untuk mendorong keluarga sebagai wahana pembinaan untuk menciptakan rasa aman, damai, nyaman, dan tenteram serta keadilan sebagai cermin hidup yang sejahtera lahir batin. e. Fungsi Reproduksi Untuk mendorong keluarga sebagai wahana pelaksanaan kesadaran akan pentingnyaperanan reproduksi sehat dalam upaya mewujudkan keluaarga yang sehat sejahtera. f. Fungsi sosial Untuk mendorong keluarga sebagai wahanasosialisasi dan pendidikan anak yang sangat penting (pertama dan utama)bagi seluruh anggota keluarganya. g. Fungsi Ekonomi Untuk mendorong keluarga sebagai wahana pembentukan sikap hidup ekonomis, efisien, profesional dan pembinaan produktivitas serta kemandirian dalam memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. h. Fungsi pembinaan lingkungan

Untuk mendorong keluarga sebagai wahana pembinaan kesadran hidup yang harmonis dengan masyarakat dilingkungan sosial dan alam sekitarnya (BKKBN,1995) Dilihat dari segi pencapaiannya tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokan menjadi lima ( BKKBN, 1995) yaitu : 1. Keluarga Pra Sejahtera Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang papan dan kesehatan. 2. Keluarga Sejahtera I Yaitu keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dalam hal sandang, papan, pangan dan pelayanan kesehatan yang sangat dasar. Indikator yang diperlukan adalah sebagai berikut: a. Pada umumnya seluruh keluarga makan dua kali sehari atau lebih. b. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian. c. Bagian yang terluas dari lantai rumah tidak dari tanah. d. Apabila anak sakit maka diberi pengobatan yang modern atau dibawa ke lembaga pengobatan.

3. Keluarga Sejahtera II Yaitu apabila keluarga itu selain dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dapat pula memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, tetapai belum dapat memenuhi kebutuhan pengembanganya. Indikator yang dipergunakan adalah empat indikator pada keluarga sejahtera II dan keluarga tersebut harus pula memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Paling kurang seminggu sekali keluarga menyediakan daging atau ikan atau telur untuk lauk pauk. b. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru setahun sekali. c. Luas lantai paling kurang 8 m 2 untuk tiap penghuni rumah. d. Seluruh anggota keluarga yang berumur dibawah 60 tahun bisa membaca tulisan latin. e. Seluruh anak yang berusia 6 sampai 12 tahun bersekolah saat ini. f. Paling kurang satu anggot keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai pekerjaan tetap. g. Seluruh anggota keluarga dalam satu bulan terahir dalam keadaan sehat, sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsi dari masing-masing. h. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianutnya masing-masing.

4. Keluarga Sejahtera III Yaitu keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum, kebutuhan sosial psikologinya, dan sekaligus dapat memenuhi kebutuhan pengembangan tetapi belum aktif dalam usaha kemasyarakatan dalam lingkungan desa atau wilayahnya. Keluarga ini harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada keluarga sejahtera I dan keluarga sejahtera II dan juga harus memenuhi syarat-syarat di bawah ini: a. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga. b. Keluarga biasanya makan bersama paling kurang satu kali sehari. c. Keluarga biasanya ikut serta dalam kegiatan masyarakat dalam llingkungan tempat tinggal. d. Keluarga melakukan rekreasi keluar wilayah paling tidak tiga bulan sekali. e. Keluarga dapat memperoleh kabar atau berita dari surat kabar atau radio atau majalah. f. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang disesuaikan dengan daerah setempat. 5. Keluarga Sejahtera III Plus Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum, kebutuhan dasar psikologis, kebutuhan sosial psikologis, kebutuhan pengembangan, dan sekaligus secara teratur ikut menyumbang kegiatan sosial dan ikut aktif dalam kegiatan semacam itu.apabila keluarga-keluarga ini

memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada keluarga sejahtera I dan keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III dan juga memenuhi syarat-syarat di bawah ini, maka keluarga ini dimasukan dalam tingkat keluarga sejahtera III Plus. Adapun syarat-syarat tambahan yang harus di penuhi untuk mencapai tingkat keluarga sejahtera III Plus: a. Keluarga atau anggota keluarga secara teratur memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi. b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan, yayasan, atau institusi masyarakat lainya. Pada umumnya keluarga pra sejahtera dan sejahtera I terdiri dari dua jenis kelompok keluarga. Kelompok pertama yaitu keluarga-keluarga yang miskin dan sangat miskin yang disebabkan karena bodoh atau buta huruf atau bertubi-tubi terkena musibah dan tidak bekerja, rentan dan cacat, janda miskin dengan anak banyak, serta sebab-sebab lain yang tidak mungkin bagi yang bersangkutan untuk bangkit dengan kekuatan sendirri. Mereka itu pada umumnya tidak mampu mempunyai pendapatan yang cukup untuk menutup belanja pokok untuk hidup selayaknya manusia dan keluarga yang layak.kelompok dua yaiyu keluarga-keluarga yang tidak perduli terhadap pembangunan yang sedang perjalan. Umumnya kelompok dua ini tidak mengikuti gerakan pembangunan yang sedang berlangsung, tidak menjadi anggota PKK, tidak ikut keluarga berencana (KB), tidak mengikuti anjuran

tantang syarat-syarat kesehatan yang baik, tidak mendengarkan anjuran melalui radio, televise, maupun surat kabar tentang pembangunan mauppun mengikuti dirinya sendiri atau yersisih dari berbagai informasi dan ajakan pembangunan tersebut. Sebagian tidak miskin tetapi karena miskin informasi, maka tidak terlihat adanya usaha-usaha keluarga yang sejalan dengan arah pembangunan yang sekarang. Untuk kelompok keluarga yang pertama perlu uluran tangan dan bantuan agar bisa dientaskan dari lembah kemiskinannya. Sedangkan untuk kelompok yang kedua perlu diberikan bantuan informasi dan ajakan untuk meningkatkan tekad dan motivasinya agar mau menyatu dan mendengarkan informasi pembangunan yang cocok dengan keadaan dirinya. G. Kerangka berfikr Kesejahteraan keluarga adalah terpenuhinya kebutuhan pokok keluarga seperti sandang, pangan, dan papan serta kesehatan dan pendidikan anakanak.masalah yang dihadapi masyarakat pada umumnya dihadapkan pada keterbatasan lapangan pekerjaan. Sehingga dengan adanya pembangunan sektor wisata Waduk Penjalin ini dapat membantu perekonomian masyarakat khususnya Desa Winduaji. Adanya waduk ini dapat di manfaatkan masyarakat untuk pengairan pertanian, perikanan dan juga dimanfaatkan untuk tempat rekreasi/obyek wisata dan juga dapat di manfaatkan untuk suatu usaha yaitu usaha dagang/pedagang.

Kehidupan manusia sangat tergantung darisumber daya alam yang tersedia di lingkungan sekitar.salah satu contoh di Desa Winduaji Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes, sumber penghasilan dari alam yaitu salah satunya obyek wisata waduk penjalin.kegiatan kepariwisataan merupakan salah satu kegiatan yang dapat menciptkan suatu usaha untuk memeroleh pendapatan demi tercukupnya kebutuhan hidup agar tercapai kesejahteraan di dalam keluarga. Setiap kesejahteraan masyarakat merupakan jaringan kerjasama atau sistem sosial.kesatuan kenyataan realitas sosial yang paling kecil terdiri dari perananperanan sosial yang terdapat dalam masyarakat. Aktivitas manusia yang paling berkomunikasi, bekerjasama menggunakan berbagai sarana dan prasarana yang melahirkan berbagai bentuk karya berupa kebudayaan fisikal dan keluarga sebagai salah satu tempat untuk mengembangkan kemampuandan melahirkan berbagai bentuk karya sekaligus mempersiapkan generasi baru yang lebih baik. H. Hipotesis Dengan berdasarkan pada latar belakang masalah dan kerangka teoritis yang dipaparkan di atas, maka hipotesis yang diajukan peneliti sebagai berikut: kesejahteraan keluarga pedagang di Desa Windujai Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes tergolong dalam keluarga sejahtera II. (BKKBN,1995)