MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I TATA CARA PENYIAPAN KEGIATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I TATA CARA PENYIAPAN KEGIATAN

BAB I TATA CARA PENYIAPAN KEGIATAN

2 dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-undang Nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN, REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Deputi Bidang Pengembangan Kawasan. Dr. Hazaddin TS

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10 /PERMEN/M/2007

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2 Menteri Perumahan Rakyat tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 04 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Prasaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PERMEN/M/2010 TENTANG KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERUMHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 81 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Konsep Program Hibah Air Minum Perdesaan Sumber Dana APBN Murni TA 2016

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun Penggunaan. Petunjuk Teknis.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 040 TAHUN 2017

Mekanisme Pelaksanaan Program Hibah Air Minum APBN Tahun Anggaran 2015

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA. Tata Kelola Program Hibah Air Minum Perkotaan APBN Murni TA 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Dana Alokasi Khusus. Petunjuk Teknis.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KEISTIMEWAAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2011

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

Transkripsi:

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun Anggaran 2013; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003, Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 7. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 8. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5252); 9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5254); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, 2

Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 13. Keputusan Presiden Nomor 84/P tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; 14. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22/PERMEN/M/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus Di Daerah; 16. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 16 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Pembiayaan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota; 17. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 21 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perumahan Rakyat; 18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 126/PMK.07/2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 71 Tahun 2011 tentang Koordinasi Penyusunan Petunjuk Teknis DAK 20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.07/2012 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2013; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN TAHUN ANGGARAN 2013. 3

BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Ini yang dimaksud dengan : 1. Dana Alokasi Khusus Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang selanjutnya disebut DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman, adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan meningkatkan ketersediaan rumah yang layak huni dan terjangkau bagi Masyarakat Berpenghasilan Menengah dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBM/MBR) di perumahan dan kawasan permukiman yang didukung oleh Prasarana dan Sarana, serta Utilitas Umum(PSU) yang memadai. 2. Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Siteplan adalah peta rencana peletakan bangunan/kavling dengan segala unsur penunjangnya dalam skala batas-batas luas lahan tertentu. 4. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. 5. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. 6. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman. 7. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. 8. Pengembang adalah badan hukum yang kegiatan usahanya di bidang pengembangan perumahan dan kawasan permukiman yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. 9. Program adalah kegiatan yang menjadi prioritas nasional sebagaimana dimaksud dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun anggaran bersangkutan. 4

10. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/ pengguna barang. 11. Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang menampung rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD sebagai dasar penyusunan APBD. 12. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 13. Deputi adalah Deputi Bidang Pengembangan Kawasan 14. Kementerian adalah Kementerian Perumahan Rakyat. 15. Menteri adalah Menteri Perumahan Rakyat. Bagian Kedua Maksud, Tujuan dan Ruang Lingkup Pasal 2 Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Kementerian, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam pemanfaatan, pelaksanaan, pemantauan, dan pembinaan dari segi teknis terhadap kegiatan yang dibiayai melalui DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pasal 3 Tujuan Peraturan Menteri ini untuk : a. menjamin tertib pemanfaatan, pelaksanaan dan pengelolaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota; b. menjamin terlaksananya koordinasi antara Kementerian dengan Kementerian/Lembaga terkait, instansi di provinsi, dan instansi di kabupaten/kota dalam pelaksanaan, pengelolaan, dan pemantauan teknis kegiatan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman; c. meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman; d. menjamin berfungsinya PSU kawasan yang dibangun dengan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan 5

e. menjamin terbangunnya rumah baru sebagai outcome pembangunan PSU yang dibiayai dari DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pasal 4 Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi perencanaan dan pemrograman, kriteria teknis, persyaratan lokasi, pelaksanaan dan cakupan kegiatan, pelaksana kegiatan, pembinaan, pengawasan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan, serta penilaian kinerja. BAB II KOMPONEN DANA ALOKASI KHUSUS Pasal 5 (1) Komponen DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman meliputi : a. air minum, berupa penyediaan jaringan pipa air minum; b. air limbah, berupa septic tank komunal atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL); c. persampahan, berupa Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST); d. jaringan distribusi listrik, berupa trafo, tiang, dan kabel distribusi listrik dari sumber Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sumber alternatif; dan e. penerangan jalan umum, berupa trafo, tiang, lampu, dan kabel listrik dari sumber Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sumber alternatif. Pemerintah Kabupaten/ Kota agar mengutamakan komponen air minum, air limbah dan persampahan dalam pelaksanaan kegiatan sesuai amanat Presiden yang berpihak kepada lingkungan (pro environments) (2) Penyediaan PSU perumahan dan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk mendukung pembangunan rumah umum berupa rumah tapak. (3) Rumah umum sebagaimana dimaksud ayat (2) rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. (4) Rumah tapak sebagaimana dimaksud ayat (2) unit bangunan tidak bertingkat atau bertingkat, yang sebagian atau seluruhnya berada pada bidang permukaan tanah atau air dengan fungsi sebagai tempat tinggal atau hunian layak huni dan dimiliki oleh orang perorangan. 6

BAB III PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN Pasal 6 (1) Kementerian melalui Deputi Bidang Pengembangan Kawasan melakukan proses perencanaan kegiatan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman, yang meliputi sebagai berikut: a. merumuskan kriteria teknis pemanfaatan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman; b. melakukan pengumpulan data teknis DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman; c. memberikan rekomendasi alokasi dana DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman untuk masing-masing kabupaten/kota; d. melakukan pembinaan teknis dalam proses penyusunan Rencana Kegiatan (RK) dalam bentuk pendampingan dan pelatihan; dan e. melakukan evaluasi dan sinkronisasi atas usulan Rencana Kegiatan dan perubahannya, terkait kesesuaiannya dengan prioritas nasional. (2) Alokasi DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. (3) Bupati/walikota penerima DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman membuat Rencana Anggaran SKPD (RKA-SKPD) melalui koordinasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan. (4) Penyusunan Rencana Kegiatan harus memperhatikan tahapan penyusunan program, penyaringan, penyusunan pembiayaan, penentuan lokasi, dan jenis kegiatan serta metoda pelaksanaan yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan. (5) RKA-SKPD dan perubahannya disampaikan ke Kementerian melalui Deputi Bidang Pengembangan Kawasan untuk dilakukan evaluasi tentang kesesuaiannya dengan prioritas nasional. BAB IV KRITERIA TEKNIS Pasal 7 Kriteria teknis DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman, meliputi : a. angka jumlah kekurangan rumah atau backlog pada kabupaten/kota; b. angka APBD sektor perumahan dan kawasan permukiman Tahun 2011 dan tahun 2012 pada kabupaten/kota; c. rencana pembangunan rumah per kabupaten/kota pada tahun 2013; 7

d. kesiapan lokasi perumahan pada kabupaten/kota berdasarkan legalitas RTRW; e. Kinerja pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman tahun 2011 bagi kabupaten/kota yang sudah mendapatkan bantuan. BAB V PERSYARATAN LOKASI Pasal 8 Persyaratan lokasi pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman, meliputi : a. lokasi telah disetujui untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dengan diterbitkannya izin lokasi oleh bupati/walikota; b. lokasi sesuai dengan rencana tata ruang kabupaten/kota; c. lokasi sudah memiliki Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan (RRTR) dan/atau siteplan yang disahkan oleh dinas teknis terkait; d. pada lokasi harus ada jaminan bahwa rumah akan terbangun dan dihuni, dibuktikan dengan tersedianya data calon konsumen rumah; e. lahan untuk pembangunan PSU harus jelas lokasi, luasan, maupun batasan fisik tanah, dan tidak dalam sengketa; f. tersedianya sumber dan pasokan jaringan distribusi listrik sampai ke lokasi pembangunan perumahan. g. tersedianya sumber dan pasokan air minum sampai ke lokasi pembangunan perumahan. BAB VI PELAKSANAAN Pasal 9 (1) Pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman dilakukan oleh SKPD. (2) SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan SKPD yang menangani urusan perumahan dan kawasan permukiman yang ditunjuk oleh bupati/walikota. (3) SKPD bertugas melaksanakan kegiatan yang dananya bersumber dari DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman sebagaimana telah diatur oleh Menteri Keuangan. (4) Kepala SKPD bertanggung jawab secara teknis dan keuangan terhadap pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman. 8

Pasal 10 (1) Dana DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman digunakan untuk mendanai seluruh atau sebagian komponen DAK dengan memperhatikan dana DAK dan kontribusi dana dari sumber-sumber pendanaan lainnya. (2) Ketentuan mengenai pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman serta persyaratan teknis komponen DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman tercantum dalam lampiran yang merupakan kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini. BAB VII PEMBINAAN Pasal 11 (1) Kementerian melakukan pembinaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. melakukan sosialisasi DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman; b. melakukan sosialisasi petunjuk teknis DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman kepada daerah yang mendapatkan DAK; c. mengoordinasi dan memfasilitasi pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan instansi terkait; dan d. memberikan masukan dan saran terhadap permasalahan dalam pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman. (3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim Koordinasi sebagai organisasi pelaksana DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang terdiri atas: a. tingkat Kementerian; b. tingkat provinsi; dan c. tingkat kabupaten/kota. (4) Tim Koordinasi Tingkat Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a ditetapkan dengan Keputusan Menteri. (5) Tim Koordinasi Tingkat Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. (6) Tim Koordinasi Tingkat Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. 9

BAB VIII PENGAWASAN Pasal 12 Pengawasan pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman dilakukan terhadap pengelolaan keuangan dan tanggung jawab keuangan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IX PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 13 (1) Deputi Bidang Pengembangan Kawasan atas nama Menteri melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman. (2) Gubernur melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai tugas dan kewenangannya. (3) Bupati/walikota melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai tugas dan kewenangannya. (4) Kepala SKPD melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman sesuai tugas dan kewenangannya. (5) Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) disusun dalam bentuk laporan triwulan. Pasal 14 Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) melakukan pemantauan dan evaluasi sesuai dengan kewenangannya. Pasal 15 (1) Pemantauan pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman dilakukan melalui: a. aspek teknis; dan b. aspek keuangan. (2) Pemantauan aspek teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: 10

a. kesesuaian kegiatan DAK dengan usulan kegiatan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD); b. kesesuaian pemanfaatan DAK dalam dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dengan petunjuk teknis pelaksanaan; dan c. realisasi waktu pelaksanaan, lokasi, dan sasaran pelaksanaan dengan perencanaan. (3) Pemantauan aspek keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. penyediaan dana pendamping; b. realisasi penyerapan; dan c. realisasi pembayaran. Pasal 16 (1) Evaluasi dilakukan terhadap pemanfaatan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman. (2) Evaluasi pemanfaatan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman meliputi: a. pencapaian sasaran DAK berdasarkan masukan, proses, keluaran, dan hasil; b. pencapaian manfaat dari pelaksanaan DAK; dan c. dampak dari pelaksanaan DAK. Pasal 17 (1) Pelaporan pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman meliputi: a. laporan triwulanan; b. laporan penyerapan DAK; dan c. laporan akhir. (2) Kepala SKPD kabupaten/kota menyampaikan laporan triwulanan pelaksanaan DAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah paling lama 5 hari kerja. (3) Bupati/walikota menyampaikan laporan triwulanan kepada pelaksanaan DAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui Deputi Bidang Pengembangan Kawasan paling lama 14 hari kerja dengan tembusan gubernur. 11

BAB X PENILAIAN KINERJA Pasal 18 (1) Penggunaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang akan dinilai, meliputi: a. kesesuaian Rencana Kegiatan (RK) dengan arahan pemanfaatan dan lingkup kegiatan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman; b. kesesuaian pelaksanaan dengan Rencana Kegiatan; c. kesesuaian hasil pelaksanaan fisik kegiatan dengan dokumen kontrak/ spesifikasi teknis yang ditetapkan; d. pencapaian sasaran kegiatan yang dilaksanakan; e. dampak dan manfaat pelaksanaan kegiatan; dan f. kepatuhan dan ketertiban pelaporan. (2) Penggunaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berakibat pada penilaian kinerja yang negatif, akan disampaikan dalam laporan Menteri kepada Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS, dan Menteri Dalam Negeri. (3) Kinerja penggunaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman akan dijadikan salah satu pertimbangan dalam usulan pengalokasian DAK oleh Kementerian pada tahun anggaran berikutnya. (4) Penyimpangan dalam penggunaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 30 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Perumahan Dan Kawasan Permukiman dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 12

Pasal 20 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 2012 MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ttd DJAN FARIDZ Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA ttd AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian Agus Sumargiarto NIP. 195708051979031002 13

Lampiran Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun Anggaran 2013 Nomor : 43 Tahun 2012 BAB I TATA CARA PENYIAPAN KEGIATAN A. Tata Cara Pemilihan Lokasi 1. Tata cara pemilihan lokasi pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman sebagai berikut: a. mengumpulkan data sekunder terkait dengan perumahan dan kawasan permukiman di wilayah kabupaten/kota. Data sekunder yang dikumpulkan merupakan bahan masukan dalam melakukan verifikasi calon lokasi pelaksanaan DAK; b. mengidentifikasi calon lokasi pelaksanaan DAK berupa rumah tapak, meliputi rumah tapak bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), c. program DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman diprioritaskan pada lokasi perumahan yang kredit/pembiayaan pemilikan rumah sejahtera dilaksanakan dengan memanfaatkan dukungan bantuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), dinyatakan dengan Surat Pernyataan Pengembang Perumahan (Format D). d. mengidentifikasi calon lokasi pelaksanaan DAK berupa lokasi perumahan baru yang merupakan perumahan baru atau pengembangan/ perluasan perumahan yang telah ada. e. melakukan verifikasi calon lokasi pelaksanaan DAK dengan menilai kesesuaian lokasi berdasarkan persyaratan: 1) telah diterbitkannya izin lokasi oleh bupati/walikota; 2) lokasi sesuai dengan rencana tata ruang kabupaten/kota; 3) lokasi sudah memiliki Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan (RRTR) dan/atau siteplan; 4) pada lokasi harus ada jaminan bahwa rumah akan terbangun dan dihuni dengan dibuktikan data calon konsumen rumah; 5) lahan untuk pembangunan PSU harus jelas lokasi, luasan, maupun batasan fisik tanah, dan tidak dalam sengketa; dan 6) tersedia sumber atau pasokan air minum dan/atau pasokan dan jaringan distribusi listrik sampai ke lokasi pembangunan perumahan. f. mengidentifikasi kebutuhan PSU yang akan dilaksanakan pada calon lokasi DAK. g. lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai lokasi terpilih pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. 14

2. Bagan Alir Pemilihan Lokasi tercantum pada Gambar 1. GAMBAR 1. BAGAN ALIR PEMILIHAN LOKASI VERIFIKASI DATA PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN RTRW RRTR Siteplan Izin Lokasi TERSEDIA TIDAK STOP YA Adanya rencana pembangunan rumah dan calon konsumen pada tahun pelaksanaan DAK MEMENUHI SYARAT TIDAK STOP YA Verifikasi PSU Eksisting dan Identifikasi Kebutuhan PSU Sumber Air Minum/Alternatif Sumber Tenaga Listrik PLN/Alternatif MEMENUHI SYARAT TIDAK STOP YA LOKASI TERPILIH Ditetapkan dengan SK Bupati/ Walikota 15

B. Tata Cara Pemilihan Kegiatan 3. Tata cara pemilihan kegiatan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah sebagai berikut: a. Lokasi pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang sudah terpilih, selanjutnya dilakukan identifikasi kebutuhan PSU di lokasi tersebut. Jenis PSU yang diidentifikasi meliputi: 1) komponen air minum, berupa penyediaan jaringan pipa air minum; 2) komponen air limbah, berupa septic tank komunal atau IPAL; 3) komponen persampahan, berupa tempat pengolahan sampah terpadu (TPST); 4) komponen jaringan distribusi listrik, berupa trafo, tiang, dan kabel distribusi listrik dari sumber PLN dan sumber alternatif; 5) komponen penerangan jalan umum, berupa trafo, tiang, lampu, kabel listrik dari sumber PLN dan sumber alternatif. b. Jenis PSU yang akan dibiayai dengan DAK, dilakukan identifikasi kegiatan PSU yang dapat atau perlu dibiayai dari sumber pendanaan lainnya (pengembang, pemda, Kementerian/Lembaga, bantuan stimulan PSU Kemenpera, masyarakat), selanjutnya dilakukan sinkronisasi dengan hasil identifikasi kebutuhan PSU di lokasi terpilih. c. Seluruh jenis kegiatan PSU yang telah diidentifikasi dan disinkronisasi, selanjutnya diurutkan berdasarkan skala prioritas untuk dijadikan kegiatan yang akan dibiayai DAK berdasarkan ketentuan persyaratan umum maupun persyaratan khusus yang tercantum dalam Bab 2, Bab 3, Bab 4, Bab 5, dan Bab 6. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan seluruh komponen PSU yang diidentifikasi menjadi prioritas kegiatan yang dibiayai DAK. d. Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan tapak atau perumahan tidak bersusun mengikuti ketentuan: 1) SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Perumahan di Perkotaan; 2) SNI 03-6981-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun di Daerah Perkotaan; 4. Bagan alir pemilihan jenis kegiatan tercantum pada Gambar 2. 16

GAMBAR 2. PEMILIHAN JENIS KEGIATAN PENYEDIAAN JARINGAN PIPA AIR MINUM C. Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan 5. Tata cara pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut: a. Penyusunan rencana kegiatan Rencana Kegiatan (RK) adalah rincian kegiatan pembangunan PSU yang dibiayai DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun anggaran. Dalam penyusunan RK, SKPD melakukan asistensi kepada Kementerian Perumahan Rakyat. Salinan RK yang telah disusun dikirimkan ke 17

Kementerian Perumahan Rakyat sebagai bahan untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Dokumen rencana kegiatan berisi materi berikut : 1) Deskripsi Rencana Kegiatan, meliputi : a) gambaran umum lokasi pekerjaan, antara lain luas kawasan, rencana dan realisasi pembangunan rumah, dan identifikasi PSU eksisting; b) hasil sinkronisasi PSU, meliputi : komponen air minum; komponen air limbah; komponen persampahan; komponen jaringan distribusi listrik; dan komponen penerangan jalan umum. c) hasil perencanaan teknis; d) jenis kegiatan dan kebutuhan pembiayaan. 2) Tabel Rencana Kegiatan (Tabel 1) 3) Tabel Jadwal Pelaksanaan Kegiatan (Tabel 2) 4) Tabel Rekapitulasi Usulan Pelaksanaan Kegiatan (Tabel 3) 5) Lampiran-lampiran, meliputi: a) dokumentasi lokasi pekerjaan; dan b) dokumen perizinan. b. Persiapan pelaksanaan kegiatan, meliputi : 1) menyiapkan dokumen pengadaan barang dan jasa; 2) melaksanakan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3) melakukan penandatanganan kontrak atau Surat Perintah Pelaksanaan Pekerjaan (SP3). c. Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan kegiatan sebagai berikut : 1) pekerjaan fisik konstruksi dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan merujuk kepada Dokumen Kontrak; 2) pekerjaan supervisi / manajemen konstruksi dilaksanakan SKPD; dan 3) penyedia barang dan jasa konstruksi melakukan manajemen mutu untuk menghasilkan kualitas konstruksi yang baik, umur teknis yang sesuai serta dapat mendukung pelaksanaan kegiatan. d. Pembiayaan Pendanaan untuk pembiayaan penyelenggaraan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman, meliputi : 18

1) pekerjaan fisik, meliputi penyediaan jaringan pipa air minum, dan/atau septic tank komunal/ipal, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu (TPST), dan/atau jaringan distribusi listrik, dan/atau penerangan jalan umum; 2) jumlah biaya yang diusulkan harus disinkronkan dengan usulan biaya kegiatan pada seluruh komponen (komponen air minum, air limbah, persampahan, jaringan distribusi listrik, dan penerangan jalan umum), sehingga diperoleh hasil perhitungan bantuan pembiayaan dari DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman maksimal sebesar Rp. 6.500.000,00 (enam juta lima ratus ribu rupiah) per-unit rumah; dan 3) harga satuan kegiatan memperhitungkan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). 19

TABEL 1 FORM RENCANA KEGIATAN DAK BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI : KAB/KOTA : TAHUN ANGGARAN : PAGU DANA (Rp. X 1.000) NO LOKASI DAN JENIS KEGIATAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN NAMA PERUMAHAN (Rp) DAK PENDAMPING TOTAL (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)= (7) + (8) JUMLAH Keterangan:..., 20... Kolom (1) disi nomor urut mulai dari 1 Kepala Dinas... Kolom (2) diisi lokasi perumahan yaitu Kecamatan dan Desa/Kelurahan serta Nama Perumahan Kolom (3) diisi Jenis kegiatan PSU/Komponen PSU - DAK Bidang Perumahan yang akan dibangun di lokasi perumahan baru untuk MBR Kolom (4) diisi dengan satuan yang sesuai untuk masing-masing komp[onen PSU - DAK Kolom (5) diisi dengan Volume atau besaran komponen PSU - DAK yang akan dibangun/dikerjakan Kolom (6) diisi dengan besaran harga satuan pekerjaan komponen PSU DAK yang akan dibangun dan dikerjakan (...) Kolom (7) diisi dengan besaran dana DAK yang dibutukan untuk membangun PSU - DAK NIP Kolom (8) diisi dengan Besaran Dana Pendamping yang berasal dari APBD Kab/Kota untuk membangun PSU - DAK Kolom (9) diisi dengan jum lah dana keseluruhan untuk membangun Komponen PSU - DAK yaitu Kolom (7) ditambah Kolom (8) 20

CONTOH PENGISIAN TABEL 1 FORM RENCANA KEGIATAN DAK BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI : KAB/KOTA : TAHUN ANGGARAN : PAGU DANA (Rp. X 1.000) NO LOKASI DAN JENIS KEGIATAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN NAMA PERUMAHAN (Rp x 1.000) DAK PENDAMPING TOTAL (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)= (7) + (8) 1 Kec. Sukajadi 1 Pengadaan dan pemasangan pipa Meter 400 550 200.000 20.000 220.000 PVC Dia 4 Inc. Kel. Sukasenang 2 Pembangunan Reservoir 10 M3 Unit 1 165.000 150.000 15.000 165.000 Perumahan Pondok Mertua 3 Pembuatan Sumur Bor Unit 1 110.000 100.000 10.000 110.000 Indah 4 Pembangunan IPAL Unit 1 330.000 300.000 30.000 330.000 2 Kec. Sukajadi 1 Pengadaan dan pemasangan pipa PVC Dia 4 Inc. Meter 400 550 200.000 20.000 220.000 Kel. Sukaramai 2 Pembangunan Reservoir 10 M3 Unit 1 165.000 150.000 15.000 165.000 Perumahan Sehat Sejahtera 3 Pembuatan Sumur Bor Unit 1 110.000 100.000 10.000 110.000 4 Pembangunan IPAL Unit 1 330.000 300.000 30.000 330.000 3 Kec. Sukajadi 1 Pembangunan IPAL Unit 1 330.000 300.000 30.000 330.000 Kel. Sabar Menanti JUMLAH 1.800.000 180.000 1.980.000 Keterangan:..., 20... Kolom (1) disi nomor urut mulai dari 1 Kepala Dinas... Kolom (2) diisi lokasi perumahan yaitu Kecamatan dan Desa/Kelurahan serta Nama Perumahan Kolom (3) diisi Jenis kegiatan PSU/Komponen PSU - DAK Bidang Perumahan yang akan dibangun di lokasi perumahan baru untuk MBR Kolom (4) diisi dengan satuan yang sesuai untuk masing-masing komp[onen PSU - DAK Kolom (5) diisi dengan Volume atau besaran komponen PSU - DAK yang akan dibangun/dikerjakan Kolom (6) diisi dengan besaran harga satuan pekerjaan komponen PSU DAK yang akan dibangun dan dikerjakan (...) Kolom (7) diisi dengan besaran dana DAK yang dibutukan untuk membangun PSU - DAK NIP Kolom (8) diisi dengan Besaran Dana Pendamping yang berasal dari APBD Kab/Kota untuk membangun PSU - DAK Kolom (9) diisi dengan jum lah dana keseluruhan untuk membangun Komponen PSU - DAK yaitu Kolom (7) ditambah Kolom (8) 21

TABEL 2 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PROVINSI : KAB/KOTA : TAHUN ANGGARAN : BULAN KE/MINGGU KE NO Uraian Kegiatan Jan 2013 Feb 2013 Mar 2013 Apr 2013 Mei 2013 Jun 2013 Jul 2013 Ags 2013 Sep 2013 Okt 2013 Nov 2013 Des 2013 Jan 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 I PERENCANAAN 1 Inventarisasi dan sinkronisasi data perumahan 2 Penyusunan Rencana Kegiatan II PERSIAPAN 1 Persiapan Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa a. Perencanaan DED b. Kegiatan Fisik Konstruksi 2 Pengadaan Barang dan Jasa a. Perencanaan DED b. Kegiatan Fisik Konstruksi 3 Penandatanganan Kontrak a. Perencanaan DED b. Kegiatan Fisik Konstruksi III PELAKSANAAN KEGIATAN 1 Perencanaan DED 2 Pelaksanaan Kontruksi Fisik 3 Monitoring dan Evaluasi IV PELAPORAN 1 Laporan Triwulan 2 Laporan Akhir KET..., 20... Kepala Dinas... (...) NIP 22

CONTOH PENGISIAN TABEL 2 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PROVINSI : KAB/KOTA : TAHUN ANGGARAN : BULAN KE/MINGGU KE NO Uraian Kegiatan Jan 2013 Feb 2013 Mar 2013 Apr 2013 Mei 2013 Jun 2013 Jul 2013 Ags 2013 Sep 2013 Okt 2013 Nov 2013 Des 2013 Jan 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 I PERENCANAAN 1 Inventarisasi dan sinkronisasi data perumahan 2 Penyusunan Rencana Kegiatan II PERSIAPAN 1 Persiapan Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa a. Perencanaan DED b. Kegiatan Fisik Konstruksi 2 Pengadaan Barang dan Jasa a. Perencanaan DED b. Kegiatan Fisik Konstruksi 3 Penandatanganan Kontrak a. Perencanaan DED b. Kegiatan Fisik Konstruksi III PELAKSANAAN KEGIATAN 1 Perencanaan DED 2 Pelaksanaan Kontruksi Fisik 3 Monitoring dan Evaluasi IV PELAPORAN 1 Laporan Triwulan 2 Laporan Akhir KET..., 20... Kepala Dinas... (...) NIP 23

TABEL 3 REKAPITULASI USULAN PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2013 Nama Perumahan :... Kab/Kota :... PELAKSANA Lain-Lain PEMDA NO KOMPONEN PENGEMBANG APBN DAK PDAM,PLN, TOTAL PROVINSI KAB/KOTA Masyarakat VOL (Rp.1000) VOL (Rp.1000) VOL (Rp.1000) VOL (Rp.1000) VOL (Rp.1000) VOL (Rp.1000) (Rp.1000) I RUMAH II III PRASARANA UTILITAS Prasarana Jalan Sistem Drainase Pengelolaan Air Limbah Penglolaan Sampah Prasarana dan Sarana Air minum Jaringan Listrik Penerangan Jalan umum (PJU) JUMLAH Kepala Dinas......,..., 20... Pengembang... (...) (...) NIP 24

CONTOH PENGISIAN TABEL 3 REKAPITULASI USULAN PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2013 Nama Perumahan : Perumahan Pondok Mertua Indah Kab/Kota :... PELAKSANA Lain-Lain PEMDA NO KOMPONEN PENGEMBANG APBN DAK PDAM,PLN, TOTAL PROVINSI KAB/KOTA Masyarakat VOL (Rp.1000) VOL (Rp) VOL (Rp) VOL (Rp) VOL (Rp) VOL (Rp) (Rp.1000) I RUMAH 127 Unit 6.350.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6.350.000 II III PRASARANA UTILITAS Prasarana Jalan 500 M 250.000 250.000 Sistem Drainase 1000 M 125.000 125.000 Pengelolaan Air Limbah 0 0 1 unit 30.000 - - 300.000 - - 330.000 Penglolaan Sampah 1 Unit 125.000 125.000 Prasarana dan Sarana Air minum *) 45.000 450.000 127.000 622.000 Jaringan Listrik 1 LS 425.000 425.000 Penerangan Jalan umum (PJU) 1 Ls 100.000 100.000 JUMLAH 6.725.000-75.000 125.000 750.000 652.000 8.327.000 Kepala Dinas......,..., 20... Pengembang... (...) (...) NIP Ket. *) adalah Pengadaan dan pemasangan pipa dia 4 Inc sepanjang 400 Meter, Pembangunan Reservoir 10 M3 sebanyak 1 Unit dan Pembuatan Sumur Bor 1 Unit 25

BAB II KOMPONEN AIR MINUM A. Persyaratan Kegiatan 1. Persyaratan kegiatan diperlukan untuk mengetahui kesiapan/kemampuan sistem penyediaan air minum eksisting untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi penduduk di lokasi perumahan baru. 2. Komponen Penyediaan Jaringan Pipa Air Minum adalah Prasarana dan Sarana Air Minum yang terdiri atas 2 (dua) skema, yaitu : a. Skema jaringan distribusi air minum tapping dari sumber PDAM, dan b. Skema Sistem Instalasi Pengolahan Air Sederhana (SIPAS) 3. Persyaratan Umum a. Tersedia jaringan air minum yang dapat melayani/tersambung dengan lokasi perumahan baru atau lokasi pengembangan perumahan (tapping dari pipa PDAM). b. Dalam hal tidak tersedia jaringan air minum, maka dapat dibangun sistem penyediaan air minum dengan IPAS disebut Sistem Instalasi Pengolahan Air Sederhana (SiPAS), dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Dipilih jika pelayanan berada sekitar 10 Km dari jaringan distribusi PDAM dan atau PDAM tidak mampu menyediakan air minum dari sistem perpipaan yang ada (kapasitas dan tekanan tidak tersedia). 2) Lokasi tersebut memiliki potensi air tanah dalam dan atau sumber air lainnya yang layak digunakan, yaitu : a) SiPAS-Mata Air (Broncaptering), atau b) SiPAS-Sumur Dalam (Deep Well), atau c) SiPAS-Instalasi Penjernihan Air Sederhana (IPAS) IPAS dipilih jika SiPAS-Mata Air dan SiPAS sumur dalam tidak layak dilaksanakan dan terdapat sumber air baku dengan tingkat kekeruhan rendah yang dapat diolah secara sederhana, misal dengan menggunakan sistem Saringan Pasir Lambat (SPL) dan atau sistem infiltration galleries. c. Air yang dihasilkan dari IPAS dapat ditampung dalam reservoir air yang berfungsi untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dengan kebutuhan, sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi darurat, dan sebagai penyediaan kebutuhan air untuk keperluan instalasi. Reservoir air dibangun dalam bentuk reservoir tanah yang umumnya untuk menampung produksi air dari sistem IPAS, atau dalam bentuk menara air yang umumnya untuk mengantisipasi kebutuhan puncak di daerah distribusi. Reservoir air dibangun baik dengan konstruksi baja maupun konstruksi beton bertulang. 26

d. Jaringan pipa distribusi dapat berupa jaringan perpipaan yang terkoneksi satu dengan lainnya membentuk jaringan tertutup (loop), sistem jaringan distribusi bercabang (dead-end distribution system), atau kombinasi dari kedua sistem tersebut (grade system). Bentuk jaringan pipa distribusi ditentukan oleh kondisi topografi, lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan, jumlah pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang. e. Pelaksanaan pemasangan jaringan pipa distribusi air minum dilakukan secara terpadu dengan pelaksanaan pembangunan rumah dan kegiatan lainnya, sehingga jaringan pipa tersebut bisa fungsional dan dapat segera dimanfaatkan oleh konsumen. 4. Persyaratan Khusus a. Konstruksi fisik yang didanai oleh DAK berupa Sistem Instalasi Pengolahan Air Sederhana (SiPAS), reservoir atau menara air, jaringan pipa distribusi, tidak termasuk instalasi sambungan rumah (SR); b. Kebutuhan air minum yang dibutuhkan untuk suatu daerah pelayanan ditentukan berdasarkan 2 (dua) parameter, yaitu: - Jumlah penduduk; dan - Tingkat konsumsi air. Perencanaan dan pelaksanaan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. c. Kapasitas pelayanan air minum di perumahan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/ Kota; d. Penentuan jenis, dimensi pipa dan penempatan pipa, dilakukan dengan: 1) memperhatikan jenis tanah dimana pipa dipasang, 2) pertimbangan kemudahan pemasangan dan pemeliharaan, 3) tekanan kerja, 4) ketersediaan di pasaran lokal, serta 5) harga. Contoh untuk tanah berbatu dan curam digunakan pipa GIP yang dipasang di atas permukaan tanah. Pipa PVC digunakan untuk jalur pipa yang ditanam bukan yang diekspos (di atas permukaan tanah). e. Penempatan jalur pipa pada lokasi milik umum (misal: pada bahu jalan atau di atas tanah milik umum lainnya dimana tidak akan didirikan bangunan diatasnya), diamankan dari kerusakan akibat aktifitas manusia (kebakaran, pecah karena terlindas kendaraan, terkena cangkul dan lainlain). f. Untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan dan untuk memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan adalah kecepatan dalam pipa dan sisa tekanan air. g. Perhitungan-perhitungan, pemilihan jenis konstruksi dan penggunaan material sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 27

5. Ketentuan Lainnya Agar pelaksanaan operasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana air minum yang dibangun dengan DAK dapat berjalan lancar dan berkelanjutan, maka perlu dilakukan langkah tindak lanjut sebagai berikut: a. Untuk Sistem Instalasi Pengolahan Air Sederhana (SiPAS), perlu dibentuk lembaga pengelola SiPAS atau diatur melalui mekanisme hibah dari pemerintah kabupaten/kota kepada PDAM. b. Untuk konstruksi jaringan distribusi air minum dari sumber PDAM, perlu diatur mekanisme hibah dari pemerintah kabupaten/kota kepada PDAM. B. Skema Sistem Penyediaan Air Minum Pembangunan persediaan jaringan pipa air minum di perumahan baru yang akan didanai melalui DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman digambarkan pada skema berikut. GAMBAR 3. SKEMA PRASARANA DAN SARANA AIR MINUM a) b) Skema Jaringan Distribusi Air Minum Tapping Dari Sumber PDAM 1 2 3 SUMBER AIR BAKU INSTALASI PRODUKSI (IPA) JARINGAN PIPA DISTRIBUSI PDAM (EKSISTING) JENIS KEGIATAN DAK BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN JARINGAN PIPA DISTRIBUSI AIR MINUM (RENCANA) 4 SASARAN PELAYANAN DAK 1. Merupakan perumahan baru atau pengembangan perumahan yang telah ada 2. Komponen yang dibiayai adalah pipa distribusi air minum dan kelengkapannya (tapping dari pipa PDAM) PERUMAHAN BARU atau PENGEMBANGAN PERUMAHAN YANG TELAH ADA 28

b) a) Skema Sistem Instalasi Pengolahan Air Sederhana (SiPAS) Sistem Instalasi Pengolahan Air Sederhana (SiPAS) Jaringan Pipa Distribusi Air Minum JENIS KEGIATAN DAK BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN SASARAN PELAYANAN DAK 1. Merupakan perumahan baru atau pengembangan perumahan yang telah ada 2. Komponen yang dibiayai adalah : a. Sistem Instalasi Pengolahan Air Sederhana (SiPAS) b. Pipa distribusi air minum dan kelengkapannya PERUMAHAN BARU atau PENGEMBANGAN PERUMAHAN YANG TELAH ADA 29

BAB III KOMPONEN AIR LIMBAH A. Persyaratan Kegiatan 1. Persyaratan kegiatan diperlukan untuk mengetahui kesiapan/kemampuan sistem pembuangan air limbah eksisting untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pembuangan air limbah rumah tangga bagi penduduk di lokasi perumahan baru. 2. Persyaratan Umum a. Tersedianya lahan yang cukup untuk membangun sistem pembuangan air limbah komunal di lokasi perumahan baru, berupa septictank komunal atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). b. Penempatan septictank dapat ditempatkan pada lokasi yang telah direncanakan untuk septictank, atau pada lokasi ruang terbuka hijau (RTH), atau pada badan jalan, dengan memperhatikan kekuatan dan keamanan konstruksi. c. Pelaksanaan pembangunan septictank atau IPAL dan sambungan pipa air limbah dari rumah-rumah, dilakukan secara terpadu dengan pelaksanaan pembangunan rumah dan kegiatan lainnya, sehingga sarana septictank komunal atau IPAL tersebut bisa fungsional dan dapat segera dimanfaatkan oleh konsumen. 3. Persyaratan Khusus a. konstruksi fisik berupa septictank komunal dengan kapasitas untuk melayani minimal 5 10 KK atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dapat dimanfaatkan untuk melayani 100-200 KK, dengan asumsi air limbah 10 liter/ orang/hari. b. fungsi septic tank komunal hanya untuk pengolahan air limbah yang dibuang dari Water Closet (WC), tidak termasuk air limbah dari dapur dan kamar mandi. c. material septictank harus kedap air. Untuk itu material yang bisa digunakan adalah sebagai berikut: 1) pasangan batu bata dengan campuran spesi 1 : 2 (semen : pasir). Material ini sesuai untuk daerah dengan ketinggian air tanah yang tidak tinggi dan tanah yang relatif stabil sehingga saat pelaksanaan pembuatannya tidak sulit untuk menghasilkan konstruksi yang kedap air. 2) beton bertulang. Material dari beton bertulang relatif sesuai untuk semua kondisi. Pada lokasi dengan muka air tanah tinggi bisa digunakan beton pracetak. 3) plastik atau fiberglas material plastik atau fiberglass sangat baik dari segi karakteristik kedap airnya, namun rendah dalam kemampuan menahan tekanan samping tanah dan yang perlu diperhatikan adalah ketinggian muka air tanah 30

yang yang bisa memberikan tekanan apung yang besar pada tangki jenis ini pada saat tangki kosong. d. pipa penyalur air limbah dari rumah menuju septictank komunal atau IPAL harus kedap air, terbuat dari bahan PVC, keramik atau beton. Pemasangan pipa dengan kemiringan minimum 2 %, belokan lebih besar 45 % dipasang clean out atau pengontrol pipa dan belokan 90 % sebaiknya dihindari atau dengan dua kali belokan atau memakai bak kontrol. e. septictank dilengkapi dengan pipa aliran masuk dan keluar. Pipa aliran masuk dan keluar dapat berupa sambungan T atau sekat, pipa aliran keluar harus 5-10 cm lebih rendah dari pipa aliran masuk. f. jarak septictank dan bidang resapan ke bangunan = 1,5 m, ke sumur air bersih = 11 m dan sumur resapan air hujan 5 m. Tangki dengan bidang resapan lebih dari 1 jalur, perlu dilengkapi dengan kotak distribusi. g. perhitungan-perhitungan, kriteria, pemilihan jenis konstruksi dan material merujuk kepada standar perhitungan yang berlaku berdasarkan SNI-03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Septictank dengan Sistem Resapan, serta pedoman tentang pengelolaan air limbah secara komunal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Ketentuan Lainnya Agar pelaksanaan operasional dan pemeliharaan septictank komunal atau IPAL dapat berjalan lancar, maka perlu diatur mekanisme pembentukan pengelola septictank komunal atau IPAL berbasis masyarakat. B. Skema Pelayanan Sistem Septictank Komunal atau IPAL Pelayanan sistem septic tank komunal atau IPAL di perumahan baru yang akan didanai melalui DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman digambarkan pada skema berikut : GAMBAR 4. SKEMA SEPTICTANK KOMUNAL atau IPAL SEPTICTANK KOMUNAL atau IPAL JENIS KEGIATAN DAK BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN SASARAN PELAYANAN DAK 1. Merupakan perumahan baru atau pengembangan perumahan yang telah ada 2. Septictank Komunal minimal untuk 5-10 KK atau Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk melayani 100-200 KK 31

BAB IV KOMPONEN PERSAMPAHAN A. Persyaratan Kegiatan 1. Persyaratan kegiatan diperlukan untuk mengetahui kesiapan/kemampuan sistem pembuangan dan pengolahan sampah eksisting untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pembuangan sampah rumah tangga bagi penduduk di lokasi perumahan baru atau pengembangan perumahan yang telah ada. 2. Persyaratan Umum a. Pengolahan sampah dilakukan dengan metode yang ramah lingkungan, terpadu dengan mempertimbangkan karakteristik sampah, keselamatan kerja, dan kondisi sosial masyarakat. b. Tersedianya lahan yang cukup untuk membangun tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di lokasi perumahan baru atau disekitar wilayah perumahan. c. Pembangunan TPST harus mempertimbangkan kriteria perencanaan, yang meliputi: 1) tingkat pelayanan sampah di kawasan permukiman baru ditetapkan 100%; 2) timbulan sampah yang dihasilkan masyarakat diasumsikan sebesar 2,75 liter per orang per hari; 3) pengelolaan sampah skala kawasan, yaitu pengelolaan sampah yang dilakukan untuk melayani kelompok masyarakat yang terdiri atas sekurang-kurangnya 100 Kepala Keluarga, tetapi tidak lebih dari 1 wilayah kecamatan. 3. Persyaratan Khusus a. prasarana dan sarana persampahan dalam rangka pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di lokasi perumahan baru meliputi: 1) sarana pengumpul, berupa gerobak sampah atau becak sampah atau motor sampah. Sampah dari setiap rumah dikumpulkan oleh petugas pengumpul dengan menggunakan sarana pengumpul. Kapasitas sarana pengumpul sebesar 1 m3, dilengkapi dengan sekat untuk memisahkan sampah organik dan sampah non organik. Jumlah sarana pengumpul sampah disesuaikan dengan wilayah pelayanan. 2) pengolahan, berupa pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST). TPST dibedakan luas dan kelengkapan sarananya sesuai dengan kapasitas pengelolaan, yaitu untuk melayani 200 rumah, atau 500 rumah, atau 1.000 rumah, atau 2.000 rumah. b. kriteria fisik lingkungan TPST: 1) permukaan air tanah di TPST > 10 m. 32

2) berada di dalam area yang memang direncanakan diperuntukkan sebagai lokasi TPS sampah atau rencana pemanfaatan rendah untuk fasilitas umum/ taman. 3) bebas banjir dan berada di lahan datar. 4) jalan keluar/masuk menuju dan dari TPST datar dengan kondisi baik dan lebar jalan yang cukup untuk mobilisasi keluar/masuk motor/gerobak sampah. c. Perhitungan-perhitungan, pemilihan jenis konstruksi dan penggunaan material sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Ketentuan Lainnya Agar pelaksanaan pengelolaan sampah di kawasan perumahan dapat berjalan lancar, maka perlu diatur mekanisme pembentukan pengelola persampahan di lingkungan perumahan. B. Skema Sistem Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sistem tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di perumahan baru yang akan didanai melalui DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman digambarkan pada skema berikut : GAMBAR 5. SKEMA SISTEM TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) TPST Perumahan Kompos Pengumpulan Daur Ulang Residu Pengangkutan PERUMAHAN BARU atau PENGEMBANGAN PERUMAHAN YANG TELAH ADA JENIS KEGIATAN DAK BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN TPA SASARAN PELAYANAN DAK Merupakan perumahan baru atau pengembangan dari perumahan yang telah ada 33

BAB V KOMPONEN JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK A. Persyaratan Kegiatan 1. Persyaratan kegiatan diperlukan untuk mengetahui kesiapan/kemampuan jaringan distribusi listrik dalam memenuhi kebutuhan pelayanan listrik rumah tangga bagi Masyarakat Berpenghasilan Menengah dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBM/MBR). 2. Komponen Jaringan Distribusi Listrik hanya dapat dilaksanakan di wilayah yang tidak termasuk dalam wilayah pelayanan PT. PLN (Persero) atau pada wilayah yang tidak dapat dilayani PT. PLN pada tahun pelaksanaan DAK. 3. Persyaratan Umum a. tersedia sumber listrik, yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM), dan lainnya; b. daya listrik terpasang setiap rumah 450 900 Watt; c. pemerintah daerah melakukan koordinasi dengan PLN wilayah setempat terkait komponen jaringan listrik yang menggunakan dana DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman; d. lokasi pelaksanaan DAK belum dapat segera terlayani oleh jaringan listrik PLN pada tahun 2012. e. surat perjanjian serah terima operasional antara pemerintah daerah dengan PLN wilayah setempat (Format E) f. pelaksanaan pembangunan jaringan distribusi listrik dilakukan secara terpadu dengan pelaksanaan pembangunan rumah dan komponen kegiatan lainnya, sehingga jaringan distribusi listrik tersebut bisa fungsional dan dapat dimanfaatkan oleh konsumen. 4. Persyaratan Khusus a. konstruksi jaringan distribusi listrik di perumahan baru meliputi trafo, tiang, dan kabel distribusi listrik bersumber PLN maupun sumber alternatif. b. kelengkapan dan spesifikasi teknis kelistrikan harus memenuhi pada: 1) SNI 04-0225-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000); 2) SNI 04-6267.601-2002 tentang Istilah kelistrikan (Bab 601: Pembangkitan, Penyaluran dan Pendistribusian Tenaga Listrik Umum); 3) SNI 04-8287.602-2002 tentang Istilah kelistrikan (Bab 602: Pembangkitan) 34

4) SNI 04-8287.603-2002 tentang Istilah kelistrikan (Bab 603: Pembangkitan, Penyaluran dan Pendistribusian Tenaga Listrik Perencanaan dan Manajemen Sistem Tenaga Listrik), dan 5) Peraturan yang berlaku di PLN wilayah setempat. 5. Ketentuan lainnya Konstruksi jaringan distribusi listrik yang dibiayai DAK, selanjutnya perlu diatur mengenai mekanisme hibah dari pemerintah kabupaten/kota kepada perusahaan penyediaan tenaga listrik untuk memudahkan proses pemeliharaan. B. Skema Sistem Distribusi Listrik Pelayanan listrik di perumahan baru yang akan didanai DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman digambarkan pada skema berikut: GAMBAR 6. 1 SUMBER TENAGA LISTRIK SKEMA SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK 2 LISTRIK TEGANGAN MENENGAH GARDU INDUK TRANSMISI/ DISTRIBUSI GARDU TRANSFORMASI JARINGAN LISTRIK RENCANA 3 LISTRIK TEGANGAN RENDAH JENIS KEGIATAN DAK BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN SASARAN PELAYANAN DAK 1. Merupakan perumahan baru atau pengembangan dari perumahan yang telah ada 2. 1 tiang listrik untuk 6-10 rumah; 3. Komponen yang dibiayai meliputi trafo, tiang, kabel, dan kelengkapannya PERUMAHAN BARU atau PENGEMBANGAN DARI PERUMAHAN YANG TELAH ADA 35