LATAR BELAKANG KEBIJAKAN PERDAGANGAN ANTARPULAU (PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 29 TAHUN 2017) KEMENTERIAN PERDAGANGAN DALAM RANGKA BIMBINGAN TEKNIS APLIKASI PELAPORAN MANIFEST DOMESTIK PERDAGANGAN ANTARPULAU JAKARTA, 17 Oktober 2017
LATAR BELAKANG KONDISI GEOGRAFI INDONESIA TERDIRI DARI > 17.000 pulau, dengan 2/3 dari luas Indonesia terdiri dari Perairan (3.2 juta km2) DIPERLUKAN KEBIJAKAN DAN SISTEM LOGISTIK YANG TERINTEGRASI MENINGKATNYA PERDAGANGAN ANTAR PULAU SEHINGGA KETERSEDIAAN PRODUK/KOMODITAS YANG MERATA DAN HARGA YANG STABIL SERTA TERJANGKAU DAN AMAN BAGI MASYARAKAT INDONESIA TERWUJUD
KOMODITI TERBANYAK DIANTARPULAUKAN TAHUN 2016 PELABUHAN DI INDONESIA Komoditi Paling Banyak di Muat 2.500.000.000 2.000.000.000 1.500.000.000 1.000.000.000 500.000.000 M3 MTON 0
KOMODITI TERBANYAK DIANTARPULAUKAN TAHUN 2016 (SEMUA PELABUHAN INDONESIA)
KOMODITI TERBANYAK DIANTARPULAUKAN TAHUN 2016 PELABUHAN DI INDONESIA Komoditi Paling Banyak di Bongkar 2.500.000.000 2.000.000.000 1.500.000.000 1.000.000.000 M3 MTON 500.000.000 0
KOMODITI TERBANYAK DIANTARPULAUKAN TAHUN 2016 (SEMUA PELABUHAN DI INDONESIA)
KEBIJAKAN PERDAGANGAN ANTAR PULAU
Pengaturan Kegiatan Perdagangan Antar Pulau bertujuan Untuk Integrasi Pasar di Dalam Negeri Pengaturan antar pulau diarahkan untuk : a. Menjaga keseimbangan antar daerah yang surplus dan daerah yang minus b. Memperkecil kesenjangan harga antar daerah c. Mengamankan distribusi barang yang dibatasi perdagangannya d. Mengembangkan pemasaran produk unggulan setiap daerah e. Menyediakan sarana dan prasarana perdagangan antar pulau f. Mencegah masuk dan beredarnya barang selundupan di dalam negeri g. Mencegah penyelundupan barang ke luar negeri h. Meniadakan hambatan perdagangan antar pulau
Pengaturan 1 : Jenis Barang Diantarpulaukan Terdiri dari barang kebutuhan pokok, barang penting dan barang lainnya 1.Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penetapan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting. 2.Barang lainnya berupa barang selain Barang kebutuhan Pokok dan Barang Penting. Barang Kebutuhan Pokok, Barang Penting dan Barang lainnya dapat didistribusikan melalui perdagangan antar pulau setelah kebutuhan daerah setempat terpenuhi
Pengaturan 2 : Kewajiban Pelaku Usaha Perdagangan Perdagangan antarpulau Barang Kebutuhan Pokok, Barang Penting dan Barang Lainnya harus dilengkapi dengan dokumen Manifest Domestik Antar Pulau 1.Menyampaikan dokumen Manifest Domestic Antar Pulau. 2.Mendistribusikan Barang yang diantarpulaukan dari daerah yang surplus ke daerah yang minus dalam hal terjadi kondisi tertentu yang dapat mengganggu kegiatan perdagangan nasional Dalam hal terjadi kondisi tertentu Menteri dapat menugaskan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau swasta untuk melaksanakan pendistribusian Barang yang diantarpulaukan Kondisi tertentu dapat berupa : a. Bencana Alam b. Terjadinya gangguan pasokan; dan/atau c. Kondisi harga barang kebutuhan Pokok dan/atau Barang Penting tertentu berada di atas harga acuan atau di bawah harga acuan
Pengaturan 3 : Data dan Informasi Manifest Domestik a. Identitas Pelaku Usaha pengirim Barang yang diantar pulaukan b. Identitas Pelaku Usaha penerima Barang yang diantarpulaukan c. Jenis dan jumlah Barang yang diantarpulaukan d. Wilayah asal dan tujuan pengiriman e. Moda angkutan dan f. Uraian barang dan pos tarif /HS Manifest Domestic antarpulau disampaikan oleh pelakuusaha perdagangan antarpulau kepada Direktur secara online melalui SIPT Manifest Domestic Antarpulau diteruskan ke portal Indonesian National Single Window melalui INATRADE
Lanjutan Pengaturan 3 : Data dan Informasi Manifest Domestik Format Dokumen Manifest Domestic Antarpulau tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Perdagangan Untuk menyampaikan Manifest Domestik pelaku usaha Perdagangan antarpulau harus memiliki hak akses SIPT dengan melakukan registrasi melalui SIPT dan mengunggah dokumen registrasi SIPT berupa : 1. Tanda Daftar Perusahaan 2. Nomor Pokok Wajib Pajak dan 3. Kartu Tanda Penduduk
Pengaturan 4 : Kewenangan Pemerintah Daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota) a. Menyusun neraca produksi dan konsumsi barang yang diantar pulaukan, b. Menyelenggarakan sistem informasi barang yang keluar dan masuk melalui pelabuhan, c. Menyediakan informasi barang yang diantarpulaukan, d. Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan perdagangan antar pulau, e. Meningkatkan jumlah pelaku usaha perdagangan antar pulau sesuai dengan kebutuhan pasar di daerahnya, f. Memfasilitasi pemasaran produk unggulan masing-masing daerah; g. Mengoptimalkan muatan ruang kapal angkutan barang sebagai muatan balik untuk pemasaran produk unggulan dari daerahnya h. Menyusun kebijakan daerah yang memperlancar kegiatan perdagangan antar pulau; i. Memfasilitasi kelancaran distribusi barang melalui perdagangan antar pulau.
Pengaturan 5 : Pengembangan Gerai Maritim Dalam rangka mendukung perdagangan antarpulau khususnya ke daerah terpencil, terluar dan perbatasan dilakukan melalui gerai maritim Kegiatan Gerai Maritim dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah bekerjasama dengan Pelaku Usaha penyedia jasa logistik
Pengaturan 6 : Pelaku usaha dapat : a. Melakukan kerjasama dengan swasta, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi dan perbankan, b. Memanfaatkan program promosi untuk produk unggulan daerah setempat, c. Memanfaatkan pusat distribusi yang ada di daerah, d. Memanfaatkan sarana dan prasarana perdagangan antar pulau, dan e. Memanfaatkan program lainnya yang berkaitan dengan perdagangan antarpulau
Pengaturan 7 : Pengawasan Perdagangan Antarpulau a. Direktur Jenderal mengoordinasikan kegiatan pengawasan perdagangan antarpulau dengan Gubernur dan/atau bupati /walikota, b. Untuk pelaksanaan pengawasan perdagangan antarpulau Direktur Jenderal dapat membentuk Tim Pengawas Pusat yang beranggotakan Kementerian dan/atau lembaga teknis terkait, c. Pelaksanaan pengawasan oleh Tim Pengawas Pusat dapat dilakukan secara bersama-sama atau sendiri. d. Gubernur dan bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya dapat membentuk Tim Pengawas Daerah yang beranggotakan satuan kerja perangkat daerah terkait, e. Dalam melaksanakan pengawasan, Tim Pengawas Pusat dan Tim Pengawas Daerah dapat mengikutsertakan aparat kepolisian dan asosiasi usaha sebagai unsur pendukung.
Lanjutan Pengaturan 7 : Pengawasan Perdagangan Antarpulau 1. Pelaksanaan pengawasan perdagangan antarpulau dilakukan paling sedikit terhadap : a. Manifest Domestic Antarpulau, b. Pengakuan sebagai pedagang antarpulau barang tertentu, c. Persetujuan Perdagangan Antarpulau, d. Verifikasi atau Penelusuran Teknis atas Barang yang diantarpulaukan, dan /atau, e. Pendistribusian barang dari daerah yang surplus ke daerah yang minus dalam kondisi tertentu sesuai dengan penugasan dari Menteri. 2. Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu dalam keadaan tertentu.
Pengaturan 8 : Sanksi Administratif bagi Pelaku Usaha Perdagangan Antarpulau Apabila melanggar ketentuan Pasal 6 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa : 1. Peringatan tertulis paling banyak 3 (tiga) kali 2. Pencabutan Perizinan dibidang perdagangan atau teknis lainnya
Pengaturan 9 : Forum Koordinasi Pengembangan Perdagangan Antarpulau Dalam rangka pengembangan perdagangan antarpulau Menteri dapat membentuk Forum Koordinasi Pengembangan Perdagangan Antarpulau beranggotakan: instansi, asosiasi, akademisi dan Pelaku usaha
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 29/M- DAG/PER/5/2017 Tentang Perdagangan Antarpulau mulai berlaku setelah 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal diundangkan