BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran. Oleh:

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam.

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah metode survey cross sectional yaitu suatu

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung adalah penyebab nomor satu kematian di dunia. Hasil penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

Transkripsi:

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI) Sindroma Koroner Akut (SKA) adalah penyakit jantung pada arteri koroner disebabkan oleh aterosklerosis Faktor resiko 1) Utama a) tidak dapat dimodifikasi :- Usia Jenis kelamin Genetik b) dapat dimodifikasi :- Merokok Kadar lemak yang abnormal Tekanan darah yang tinggi Aktivitas fisik yang kurang Berat badan berlebihan Diabetes melitus Faktor resiko 2) pendukung Stress Alkohol Diet & nutrisi yang tidak sehat GAMBAR 3.1 : KERANGKA TEORI

3.2 KERANGKA KONSEP PENELITIAN Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang gambaran profil pasien penyakit jantung koroner di RSUP H. Adam Malik, Medan. Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah : Profil pasien Jenis kelamin Pasien dengan sindroma koroner akut (SKA) Umur IMT Dislipidemia Hipertensi Merokok Diabetes Melitus GAMBAR 3.2 : KERANGKA KONSEP PENILITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif untuk melihat profil pasien sindroma koroner akut dengan rancangan penelitian cross section. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rekam medis, yang merupakan data sekunder dari pasien sindroma koroner akut yang berobat di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2015. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik. Waktu pengambilan dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2016 hingga November 2016. 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah seluruh pasien dengan diagnosis sindroma koroner akut (SKA) yang dirawat di unit rawat kardiovaskular RSUPH. Adam Malik selama periode Januari 2015 sampai Desember 2015.Besar sampel yang digunakan ialah dengan metode total sampling dimana semua populasi yang sesuai dengan penelitian diguna sebagai sampel. 4.3.1 Kriteria Inklusi Kriteria inklusi dari penelitian adalah seluruh pasien sindroma koroner akut yang tercatat dalam rekam medis.

4.3.2 Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah bila rekam medis tidak memiliki data yang lengkap. 4.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis di RSUPH. Adam Malik Medan. Dari data sekunder tersebut dilakukan observasi untuk mengetahui faktor resiko masing-masing pasien Sindroma Koroner Akut (SKA). 4.5 Definisi Operasional Definisi operasional dari penelitian perlu untuk menghindari perbedaan dan menyamakan persepsi dalam menginterpretasikan masing-masing variabel penelitian. 1) Sindrom Koroner Akut (SKA) : peyakit jantung disebabkan aterosklerosis pada arteri koroner Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur : Tipe SKA (STEMI, NSTEMI dan APTS) Skala Ukur : Nominal Profil pasien penyakit jantung koroner yang terdiri dari : 1) Jenis kelamin : Laki-laki atau perempuan pada rekam medis Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur : Laki-laki, Perempuan Skala Ukur : Nominal

2) Umur : lama waktu hidup pasien sejak lahir sampai ulang tahun terakhir yang sesuai dengan rekam medis Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur : < 40 tahun, 40-59 tahun dan >60 tahun Skala Ukur : Rasio 3) IMT (Indeks Massa Tubuh) : Hasil pembagian antara berat (kg) dan kuadrat tinggi badan (m 2 ) Cara Ukur : Perhitungan Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur : Kurus <17.5kg/m 2, Normal = 17,5-23,99kg/m 2, Overweight = 24-26,99kg/m 2, Obese 27kg/m 2 Skala Ukur : Ordinal 4) Dislipidemia : Kadar kolesterol umumnya meningkat sedangkan trigliserida bervariasi dari normal sampai sedikit meninggi. Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur : Hasil dikelompokan berdasarkan pasien dislipidemia atau tidak Skala Ukur : Nominal 5) Hipertensi : Tekanan darah sistolik >139 mmhg dan atau, tekanan darah diastolik >89mmHg Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis

Skala Ukur Hasil Ukur : Nominal : Hasil dikelompokan berdasarkan pasien derita hipertensi atau tidak. 6) Merokok : Pasien yang derita SKA dan ada kebiasaan merokok atau tidak seperti yang tertulis di dalam rekam medis. Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur : Merokok atau tidak Skala Ukur : Ordinal 7) Diabetes melitus : penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi kerana kelainan insulin, kerja insulin atau keduanya dengan KGD puasa >126mg/dl, KGD 2jam PP >180mg/dl, KGD sewaktu >140mg/dl Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur : Pasien mempunyai diabetes mellitus atau tidak Skala Ukur : Nominal 4.6 Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan akan diperiksa dan diolah dengan bantuan program komputer dan dimasukkan ke dalam data.

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 6 November sampai 14 November 2016 di RSUP Haji Adam Malik, Medan dengan total sampel sebanyak 202 orang. 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medis, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Pada mula didirikan, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan yang berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 335/Menkes/SK/VII/1990.Rumah sakit ini sebagian besar adalah rumah sakit pendidikan yang cukup besar dan luas dengan hubungan khusus ke Fakultas kedokteran, rumah sakit ini yang digolongkan kepada RSUP H. Adam Malik. RSUP H. Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau no.17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP H. Adam Malik ini agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak +- 1km dari Jalan Jamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Brastagi. 5.1.2 Karakteristik Sampel Penelitian Sampel untuk penelitian ini adalah data rekam medis pasien yang menderita sindroma koroner akut yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik, Medan dalam masa waktu 1 Januari 2015-31 Desember 2016 yang telah memenuhi kriteria inklusi. Sampel penelitian diambil sebanyak 202 sampel.

5.1.3 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut Tipe SKA Frekuensi (n) Persentase (%) STEMI 106 52,5 NSTEMI APTS 27 69 13,4 34,1 Total 202 100,0 Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma koroner akut berdasarkan tipe sindroma koroner akut pasien. Berdasarkan data pada Tabel 5.1 frekuensi tertinggi adalah tipe STEMI yaitu 106 (52,5,0%) orang, terendah adalah tipe NSTEMI yaitu 27 (13,4%) orang dan diikuti dengan tipe APTS yaitu seramai 69 (34,1%) orang.

5.1.4 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut Dengan Jenis Kelamin Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut dengan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Tipe SKA Laki-laki Wanita Total n % n % n % STEMI 73 50,0 33 58,9 106 52,5 NSTEMI 19 13,0 8 14,3 27 13,4 APTS 54 37,0 15 26,8 69 34,1 Total 146 100,0 56 100,0 202 100,0 Tabel 5.2 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma koroner akut berdasarkan tipe sindroma koroner akut dengan jenis kelamin pasien. Berdasarkan data pada Tabel 5.2 frekuensi tertinggi adalah tipe STEMI pada laki-laki yaitu 73 (50,0%) orang dan 33 (58,9%) pasien wanita. Diikuti dengan tipe APTS yaitu seramai 54 (37,0%) pasien laki-laki dan 15 (26,8%) pasien wanita. Seramai 19 (13,0%) pasien laki-laki dan 8 (14,3%) pasien wanita yang didiagnosa dengan tipe NSTEMI.

5.1.5 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut Dengan Usia Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut dengan Usia Usia Tipe SKA <40 40-59 >60 Total n % n % n % n % STEMI 2 66,7 52 46,0 52 60,5 106 52,5 NSTEMI 1 33,3 14 12,4 12 14,0 50 13,4 APTS 0 0 47 41,6 22 25,5 46 34,1 Total 3 100,0 113 100,0 86 100,0 202 100,0 Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma koroner akut berdasarkan tipe sindroma koroner akut dengan usia pasien. Berdasarkan data pada tabel 5.3 frekuensi terbanyak dari kelompok usia 40-59 yaitu 52 (46,0%) pasien dan kelompok usia >60 seramai 52 (60,5%) pasien yang didiagnosa dengan STEMI. 47 (41,6%) pasien dari tipe APTS dari kelompok usia 40-59, diikuti kelompok usia >60 yang didiagnosa dengan tipe APTS seramai 22 (25,5%) pasien. 14 (12,4%) pasien didiagnosa dengan tipe NSTEMI dari kelompok usia 40-59 dan seramai 12 (14,0%) pasien dari kelompok usia >60. Terakhir adalah 2 (66,7%) pasien dari kelompok usia <40 yang didiagnosa dengan tipe STEMI dan 1 (33,3%) pasien dari kelompok usia <40 yang didiagnosa dengan tipe NSTEMI.

5.1.6 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%) Laki-laki 146 72,3 Wanita 56 27,7 Total 202 100,0 Table 5.4 yang menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma koroner akut berdasarkan jenis kelamin pasien. Berdasarkan data tabel 5.4 jumlah pasien laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan pasien perempuan. Di mana jumlah pasien laki-laki seramai 146 orang (72,3%) dan jumlah pasien wanita seramai 56 orang (27,7%). 5.1.7 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kelompok Usia Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kelompok Usia Usia Laki-laki Wanita Total n % n % n % <40 3 2,0 0 0 3 1,5 40-59 87 59,6 26 46,4 113 56,0 >60 56 38,4 30 53,6 86 42,5 Total 146 100,0 56 100,0 202 100,0

Tabel 5.5 yang menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma korone akut berdasarkan kelompok usia pasien. Jumlah pasien yang paling sedikit dijumpai dalam kelompok usia <40 tahun yaitu 3 orang (1,5%), jumlah paling banyak pasien dijumpai dalam kelompok usia >60 tahun yaitu 93 orang (46,0%) dan kelompok usia 50-59 tahun yaitu 73 orang (36,1 %) dan diikuti dengan pasien dari kelompok usia 40-49 yaitu 33 orang (16,3 %). 5.1.8 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan IMT IMT Frekuensi Persentase (%) Kurus 30 14,9 Normal 89 44,0 Overweight 45 22,3 Obese 38 18,8 Total 202 100,0 Tabel 5.6 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma koroner akut berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) pasien. Jumlah pasien paling banyak dijumpai dalam kelompok normal seramai 89 (44,0%) orang. Diikuti oleh kelompok overweight berjumlah 45 (22,3%) orang dan obese seramai 38 (18,8%) orang. Jumlah pasien yang paling sedikit dari kelompok kurus yaitu 30 (14,9%) orang.

5.1.9 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia Dislipidemia Frekuensi (n) Persentase (%) Ya 124 61,4 Tidak 78 38,6 Total 202 100,0 Tabel 5.7 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma koroner akut berdasarkan dislipidemia. Berdasarkan data pada Tabel 5.7 124 pasien (61,4%) mempunyai dislipidemia dan 78 pasien (38,6 %) tidak mempunyai dislipidemia. 5.1.10 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia Dengan Jenis Kelamin Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia Dengan Jenis Kelamin Dislipidemia Laki-laki Jenis Kelamin Wanita Total n % n % n % Ya 109 74,7 15 26,8 124 61,4 Tidak 37 25,3 41 73,2 78 38,6 Total 146 100,0 56 100,0 202 100,0

Tabel 5.8 menunjukkan distribusi frekuensi dislipidemia berdasarkan jenis kelamin. Seramai 109 (74,7%) pasien laki-laki dan 15 (26,8%) pasien wanita yang mempunyai dislipidemia. Seramai 37 (25,3%) pasien laki-laki dan 41 (73,2%) pasien wanita yang tidak mempunyai dislipidemia. 5.1.11 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia Dengan Usia Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia Dengan Usia Dislipidemia Usia <40 40-59 >60 Total n % n % n % n % Ya 3 2,4 66 53,2 55 44,4 124 61,4 Tidak 0 0 47 60,3 31 39,7 78 38,6 Total 3 1,5 113 55,9 86 42,6 202 100,0 Tabel 5.9 menunjukkan tabel distribusi frekuensi dislipidemia berdasarkan usia pasien sindroma koroner akut. Berdasarkan data kelompok usia 40-59 tahun mempunyai pasien yang paling tinggi mempunyai dislipidemia yaitu 113 (55,9%) pasien diikuti oleh kelompok usia >60 tahun yaitu 86 (42,6%) pasien dan paling rendah adalah dari kelompok usia <40 tahun yaitu 3 (1,5%) pasien yang mempunyai dislipidemia.

5.1.12 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Profil Lipid Tabel 6.0 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Profil Lipid Trigliserida Normal Abnormal Profil Lipid Frekuensi (n) Persentase (%) 82 120 40,6 59,4 Total 202 100,0 Kadar HDL Normal Abnormal 98 104 48,5 51,5 Total 202 100,0 Kadar LDL Normal Abnormal 91 111 45,0 55,0 Total 202 100,0 Kolesterol Total Normal Abnormal 91 111 45,0 55,0 Total 202 100,0 Tabel 6.0 menunjukkan distribusi frekuensi profil lipid. Profil lipid terdiri dari trigliserida, HDL, LDL dan kolesterol total. Seramai 120 (59,4%) pasien yang mempunyai kadar trigliserida yang abnormal dan diikuti oleh 82 (40,6%) pasien yang kadar trigliserida normal. Menurut data dari tabel 6.0, pasien yang mempunyi kadar HDL berjumlah normal 98 (48,5%) orang dan pasien yang mempunyai kadar HDL yang abnormal

berjumlah 104 (51,5%) orang. Bagi kadar LDL pulak seramai 111 (55,0%) pasien yang mempunyai kadar LDL yang abnormal dan 91 (45,0%) pasien yang mempunyai kadar LDL yang normal. 111 (55,0%) pasien yang mempunyai kadar kolesterol total yang abnormal dan 91 (45,0%) pasien yang mempunyai kadar kolesterol yang normal. 5.1.13 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus Diabetes Melitus Frekuensi (n) Persentase (%) Ya 136 67,3 Tidak 66 32,7 Total 202 100,0 Tabel 6.1 menunjukkan data frekuensi sampel sindroma koroner akut berdasarkan diabetes melitus. Dari tabel 6.1, seramai 136 (67,3%) orang pasien yang didiagnosa dengan diabetes melitus dan 66 (32,7%) orang pasien tidak menghidap diabetes melitus.

5.1.14 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus Dengan Jenis Kelamin Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus dengan Jenis Kelamin Diabetes melitus Laki-laki Jenis Kelamin Wanita Total n % n % n % Ya 99 678 37 66,1 136 67,3 Tidak 47 32,2 19 33,9 66 32,7 Total 146 100,0 56 100,0 202 100,0 Tabel 6.2 menunjukkan data distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut berdasarkan diabetes melitus dan jenis kelamin. Dari tabel dapat diinterpretasikan bahwa 99 (67,8%) orang pasien laki-laki dan 37 (66,1%) orang pasien wanita yang menderita diabetes melitus. 47 (32,2%) pasien laki-laki dan 19 (33,9%) pasien wanita yang tidak mempunyi diabetes melitus. 5.1.15 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus Dengan Usia Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus dengan Usia Diabetes Melitus Usia <40 40-59 >60 n % n % n % Total Ya 2 66,7 72 63,7 62 72,1 136 67,3 Tidak 1 33,3 41 36,3 24 27,9 66 32,7 Total 3 100,0 113 100,0 86 100,0 202 100,0

Tabel 6.3 menunjukkan distribusi sampel sindroma koroner akut berdasarkan diabetes melitus dan usia. Dari data di tabel 6.3 menunujukkan kelompok usia 40-59 tahun paling ramai mempunyai diabetes melitus yaitu 72 (63,7%) orang, diikuti dari kelompok usia >60 tahun berjumlah 62 (72,1%) orang dan paling sedikit dari kelompok usia <40 tahun yaitu 2 (66,7%) orang pasien yang didiagnosa dengan diabetes melitus. Sebanyak 41 (36,3%) orang dari kelompok usia 40-59 tahun tidak mempunyai diabetes melitus, diikuti kelompok usia >60 tahun seramai 24 (27,9%) orang dan terakhir kelompok usia <40 tahun yaitu 1 (33,3%) orang yang tidak mempunyai diabetes melitus. 5.1.16 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi Tabel 6.4 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi Hipertensi Frekuensi (n) Persentase (%) Ya 159 78,7 Tidak 43 21,3 Total 202 100,0 Tabel 6.4 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma koroner akut berdasarkan hipertensi. Berdasarkan data pada Tabel 6.4, 159 (78,7%) pasien mempunyai hipertensi dan 43 (21,3 %) pasien yang tidak mempunyai hipertensi.

5.1.17 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi Dengan Jenis Kelamin Tabel 6.5 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi dengan Jenis Kelamin Hipertensi Laki-laki Jenis Kelamin Wanita Total n % n % n % Ya 120 82,2 39 69,6 159 78,7 Tidak 26 17,8 17 30,4 43 21,3 Total 146 100,0 56 100,0 202 100,0 Tabel 6.5 menunjukkan distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut berdasarkan hipertensi dengan jenis kelamin. Data menunjukkan ramai pasien laki-laki yang mempunyai hipertensi yaitu 120 (82,2%) orang, diikuti dengan 39 (69,6%) pasien wanita. Seramai 17 (30,4%) pasien wanita yang tidak mempunyai hipertensi diikuti dengan pasien laki-laki yaitu 26 (17,8%) orang yang tidak mempunyai hipertensi. 5.1.18 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi Dengan Usia Tabel 6.6 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi dengan Usia Hipertensi Usia <40 40-59 >60 Total n % n % n % n % Ya 3 100,0 113 100,0 43 50,0 159 78,7 Tidak 0 100,0 0 0 43 50,0 43 21,3 Total 3 100,0 113 100,0 86 100,0 202 100,0

Tabel 6.6 menunjukkan data distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut berdasarkan hipertensi dengan usia. 113 (100,0%) pasien yang mempunyai hipertensi dari kelompok usia 40-59 tahun, diikuti dengan kelompok usia >60 tahun yaitu 43 (50,0%) orang dan 3 (100,0%) orang dari kelompok usia <40 tahun. Bagi kelompok pasien yang tidak mempunyai hipertensi pulak paling ramai dari kelompok usia >60 tahun yaitu 43 (50,0%) orang dan tiada pasien dari kelompok usia 49-50 tahun dan <40 tahun. 5.1.19 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Tabel 6.7 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Merokok Frekuensi (n) Persentase (%) Ya 109 54 Tidak 93 46 Total 202 100,0 Tabel 6.7 menunjukkan distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut berdasarkan kebiasaan merokok. Dari tabel dapat disimpulkan 109 (54%) pasien yang mempunyai kebiasaan merokok dan 93 (46%) pasien yang tidak mempunyai kebiasaan merokok.

5.1.20 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Dengan Jenis Kelamin Tabel 6.8 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok dengan Jenis Kelamin Merokok Laki-laki Jenis Kelamin Wanita Total n % n % n % Ya 108 74 1 1,8 109 54 Tidak 38 26 55 98,2 93 46 Total 146 100,0 56 100,0 202 100,0 Tabel 6.8 menunjukkan distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut berdasarkan kebiasaan merokok dengan jenis kelamin. Mengikut data sebanyak 108 (74%) pasien laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok diikuti oleh 1 (1,8%) pasien wanita. Sebanyak 55 (98,2%) pasien wanita yang tidak mempunyai kebiasaan merokok dan diikuti dengan 38 (26%) pasien laki-laki. 5.1.21 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Dan Usia Tabel 6.9 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Dan Kelompok Usia Merokok Usia <40 40-59 >60 Total n % n % n % n % Ya 3 100,0 68 60,2 38 44,2 109 54 Tidak 0 0 45 39,8 48 55,8 93 46 Total 3 100,0 113 100,0 86 100,0 202 100,0

Tabel 6.9 menunjukkan distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut berdasarkan kebiasaan merokok dengan kelompok usia. Kelompok usia yang paling ramai mempunyai kebiasaan merokok yalah dari kelompok usia 40-59 tahun berjumlah 68 (60,2%), diikuti oleh kelompok usia >60 tahun berjumlah 38 (44,2%) orang dan 3 (100,0%) orang dari kelompok usia <40 tahun. Seramai 48 (55,8%) orang pasien dari kelompok usia >60 tahun tidak mempunyai kebiasaan merokok, diikuti oleh 45 (39,8%) orang dari kelompok usia 40-59 tahun.

5.1.22 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan SKA Berdasarkan Semua Faktor Resiko Tabel 7.0 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Semua Faktor Resiko Faktor Resiko Usia <40 40-59 >60 STEMI NSTEMI APTS L W L W L W 2 36 35 Total 73 33 19 8 54 15 IMT Kurus Normal Overweight Obese 5 32 15 21 Total 73 33 19 8 54 15 Dislipidemia Ya Tidak 59 14 Total 73 33 19 8 54 15 DM Ya Tidak 47 26 Total 73 33 19 8 54 15 Hipertensi Ya Tidak 56 17 Total 73 33 19 8 54 15 Merokok Ya Tidak 52 21 Total 73 33 19 8 54 15 0 16 17 8 13 8 4 9 24 21 12 23 10 0 33 1 10 8 4 8 2 5 11 8 12 7 14 5 8 11 0 4 4 3 5 0 0 3 5 5 3 4 4 1 7 0 41 13 5 24 18 7 39 15 41 13 50 4 48 6 0 6 9 5 7 2 1 3 12 10 5 12 3 0 15

5.2 Pembahasan Dari hasil penelitian ini didapatkan gambaran pasien sindroma koroner akut (SKA) yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2015 paling banyak dalam kelompok tipe STEMI yaitu 106 (52,5%) pasien, diikuti dengan tipe APTS 69 (34,1%) pasien, dan tipe NSTEMI seramai 27 (13,4%) pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ranjith et al., (2011), kejadian SKA tipe STEMI terbanyak yaitu (75%). 47 Penelitian oleh Zahara et al.,(2013) juga menunjukkan hasil yang sama bahwa gambaran kejadian SKA terbanyak adalah kejadian tipe STEMI. 48 Berdasarkan hasil penelitian, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015 lebih banyak adalah laki-laki yaitu 146 (72,3%) pasien dibanding dengan pasien wanita 56 (27,7%) pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ariandiny et al., (2014) dimana pasien laki-laki berjumlah 65 (74%) orang dan pasien wanita berjumlah 23 (26%) pasien. 49 Hal ini disebabkan karena resiko aterosklerosis lebih besar pada laki-laki daripada wanita. Menurut Zahara et al.,(2013) hal ini terjadi karena sebelum menopause, pembuluh darah wanita dilindungi estrogen. 48 Dari hasil penelitian, usia pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015 yang terendah dari kelompok umur < 40 tahun yaitu 3 (1,5%) pasien, terbanyak dari kelompok usia 40-59 yaitu 113 (55,9%) pasien, diikuti oleh kelompok usia >60 tahun yaitu 86 (42,6%) pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Zahara et al.,(2013) bahwa kejadian sindrom koroner akut terendah pada kelompok usia >40 tahun yaitu 2 (2,04%) pasien, kelompok usia 40-60 tahun paling tinggi yaitu 57 (58,16%) pasien, dan >60 tahun berjumlah 39 (39,94%) pasien. Insiden sindroma koroner akut meningkat pada umur >45 tahun pada laki-laki dan umur >55 tahun pada perempuan. 48 Berdasarkan hasil penelitian, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015 berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) paling ramai pasien yang didiagnosa dalam kelompok IMT normal yaitu 89 (44,0%) pasien diikuti

dengan pasien dalam kelompok overweight seramai 45 (22,3%) pasien, kelompok obese seramai 38 (18,8%) pasien dan kelompok kurus 30 (14,9%) pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di poliklinik jantung RSUD DR Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa IMT pasien penyakit jantung koroner terbanyak pada IMT normal yaitu 12 (40%) pasien. 49 Hal ini tidak kesesuaian dengan teori yang ada, yaitu kejadian penyakit jantung koroner meningkat dengan meningkatnya IMT. 50 Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015 yang mempunyai dislipidemia berjumlah 124 (61,4%) pasien dan 78 (38,6%) pasien tidak mempunyai dislipidemia. Hasil ini sesuai dengan penelitian Zahara et al. (2013) bahawa 54 (55,1%) pasien mempunyai dislipidemia dan 44 pasien tidak mempunyai dislipidemia (44,9%). Dislipidemia yang terjadi akibat peningkatan kolesterol yang menempel didalam pembuluh darah, sehingga terjadi pengendapan kolesterol dalam pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerotik 48. Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015 seramai 159 (78,7%) pasien mempunyai hipertensi dan 43 (21,3%) pasien tidak mempunyai hipertensi. Hasil ini sesuai dengan penilitian yang dilakukan oleh Ariandiny et al.,(2014) dimana 88 (60,6%) pasien mempunyai hipertensi dan 57 (39,4%) pasien tidak mempunyai hipertensi. 51 Hasil ini mendukung teori bahwa hipertensi merupakan salah satu penyebab tejadinya sindroma koroner akut. Hipertensi tinggi menetap akan menimbulkan trauma terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner lebih sering. 51 Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor resiko pasien sindroma koroner akut RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015, seramai 136 (67,3%) pasien mempunyai diabetes mellitus dan 66 (32,7%) pasien tidak mempunyai diabetes mellitus. Hal ini sesuai dengan penelitian Torry et al.,(2013) dimana 18 (72%) pasien mempunyai diabetes mellitus dan 7 (28%) pasien tidak mempunyai diabetes mellitus. Diabetes mellitus dihubungkan dengan stress hiperglikemia. 52 Penelitian lain yang sejalan

menunjukkan prevalensi yang tinggi terhadap toleransi glukosa atau DM pada penderita penyakit jantung koroner di RSUP Dr. Kariadi dan RS Telogorejo Semarang yaitu sebanyak 70% 53. Hal ini telah diidentifikasi dalam studi sebelumnya di mana ukuran infark dikaitkan sesuai dari tingkat creatine kinase MB, kortisol, pelepasan katekolamin dan peningkatan linear terkait glukosa darah. Kadar gula darah yang tinggi dapat memicu trombosis, penurunan fibrinolisis, dan peningkatan respon inflamasi sehingga memprcepat terjadinya atherosklerosis. 54 Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor resiko pasien sindroma koroner akut RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015, seramai 109 (54,0%) pasien mempunyai kebiasaan merokok dan 93 (46,0%) pasien yang tidak mempunyai kebiasaan merokok. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Savia et al.,(2012) dimana sebanyak 35 (63,6%) pasien mempunyai kebiasaan merokok dan 20 (36,4%) pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok. 55 Hal ini sama dengan teori-teori yang menyatakan bahawa merokok merupakan salah satu terjadinya sindroma koroner akut. Merokok dapat mendorong perkembangan aterosklerosis, karena produksi radikal bebas dari rokok menyebabkan cedera pada endotel

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang faktor resiko sindroma koroner akut pasien RSUP Haji Adam Malik, Medan dalam masa waktu 1 Januari 2015-31 Desember 2015 pada sampel 202 dan disimpulkan dibawah ini : 1. Angka kejadiam sindroma koroner akut tertinggi pada laki-laki yaitu seramai 146 (72,3%), dan wanita seramai 56 (27,7%) pasien. 2. Angka kejadian sindroma koroner akut tertinggi pada kelompok usia 40-59 tahun yaitu 113 (55,9%) pasien, terendah dijumpai dalam kelompok usia <40 tahun yaitu 3 (1,5%) pasien dan diikuti dengan kelompok usia >60 tahun yaitu seramai 86 (42,6%) pasien. 3. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan indeks massa tubuh normal adalah tertinggi sebanyak 89 pasien (44,0%), diikuti dengan overweight sebanyak 45 (22,3%) pasien dan obese sebanyak 38 (18,8%) pasien dan terendah adalah kelompok kurus yaitu sebanyak 30 (14,9%) pasien. 4. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan dislipidemia sebanyak 124 (61,4%) pasien dan sebanyak 78 (38,6%) pasien tidak mempunyai dislipidemia. 5. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan hipertensi adalah sebanyak 159 (78,7%) pasien dan sebanyak 43 (21,3%) pasien tidak mempunyai hipertensi. 6. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan kebiasaan merokok adalah sebanyak 109 pasien (54,0%) dan sebanyak 93 pasien (46,0%) tidak mempunyai kebiasaan merokok. 7. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan diabetes melitus adalah sebanyak 136 (67,3%) pasien, dan sebanyak 66 (32,7%) pasien tidak mempunyai diabetes melitus.

6.2 Saran Dari pengamatan selama melakukan penelitian ini, terdapat beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Diantaranya : 1. Peneliti berharap data-data rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan, dicantumkan dengan semua hasil pemeriksaan dan interpretasi sehingga tidak ada data yang hilang serta rekam medis diisi dengan rapi dan jelas. Ini untuk memudahkan proses pengambilan data bagi peneliti-peneliti lain. 2. Peneliti berharap agar tenaga kesehatan dapat mencari idea-idea baru untuk memberi edukasi bagi pasien-pasien SKA yang tersedia ada di instalasi jantung terpadu, RSUP Haji Adam Malik, Medan. 3. Harap penelitian ini dapa menjadi panduan buat mahasiswa dan peneliti lain.