BAB I PENDAHULUAN. Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap manusia dengan berbagai konsekuensi hukumnya. Karena itu,

BAB IV ANALISIS DATA

BAB III KONSEP PERWALIAN DALAM UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 2 Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 perkawinan adalah ikatan

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tua dapat setelah adanya pernikahan.keinginan mempunyai anak bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan dan sebagai syarat terbentuknya suatu keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial (zoon politicon), yaitu makhluk yang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 3 PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SEBELUM PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Kajian tentang kekerasan yang berspektif gender juga memasuki

RINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Suryani 2. Materi pasal yang diuji:

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENETAPAN Nomor : 04/Pdt.P/2011/PA.Gst

BAB IV HUKUM KELUARGA

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

PERJANJIAN KAWIN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN TERHADAP PIHAK KETIGA (PASCA PUTUSAN MAHKMAH KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015) Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

diajukan oleh pihak :

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kejadian yang sakral bagi manusia yang menjalaninya.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WANITA DAN ANAK YANG PERKAWINANNYA TIDAK TERCATAT DI INDONESIA. Sukma Rochayat *, Akhmad Khisni **

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

P U T U S A N. Nomor 0879/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. besar.segala hal yang menyangkut tentang perkawinan haruslah dipersiapkan

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Nomor: 361/Pdt.G/2013/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015. KAJIAN YURIDIS HAK PERWALIAN ANAK DALAM PERCERAIAN DI INDONESIA 1 Oleh : Mutmainnah Domu 2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II PENGANGKATAN ANAK MENURUT PP NOMOR 54 TAHUN

Lex Administratum, Vol. V/No. 5/Jul/2017. Kata kunci: Penyelesaian sengketa, harta bersama, agunan, perceraian.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus citacita

Prosiding SNaPP2014Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Sri Turatmiyah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

HAK ASUH ANAK DALAM PERCERAIAN

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap keluarga yang hidup di dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. Pada kodratnya Tuhan menciptakan manusia untuk saling berpasang-pasangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. selalu hidup bahagia, damai dan sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang : Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik. [QS. An Nahl (16):72] Dalil tersebut merupakan salah satu dasar hakikat seorang manusia untuk menemukan pasangan hidup untuk melanjutkan kehidupan. Manusia dalam hakikat ini merupakan kesatuan simbol kehidupan yang menjalankan fungsi sosial yang saling membutuhkan satu dan yang lain. Manusia sebagai makhluk sosial dalam hal ini pula akan saling memberikan warna dalam masing-masing kehidupan. Begitu pula bahwa manusia membutuhkan lawan jenisnya untuk mengisi kehidupan tersebut, melahirkan generasi baru, dan membangun sebuah entitas yang disebut keluarga. Oleh karena dasar inilah dilakukannya sebuah perikatan yang disebut sebagai perkawinan. Dari perkawinan inilah seorang lakilaki dan perempuan bergabung menjadi satu kesatuan dalam sebuah komunitas. Oleh karena itu perkawinan merupakan salah satu tahap terpenting di dalam siklus

kehidupan manusia, dimana perkawinan menjadi alat suatu kelompok masyarakat untuk melanjutkan keberlangsungan kelompoknya 1. Keluarga merupakan unsur pembangun dalam kehidupan bermasyarakat. Keluarga menjalankan peran yang penting dalam fungsi kemasyarakatan dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini. Keluarga melakukan beberapa perbuatan yang menimbulkan akibat hukum yang sedikit banyaknya berdampak pada kehidupan bermasyarakat pada umumnya. Dari keluarga inilah lahir anak-anak sebagai generasi penerus dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan yang mengawali pembentukan keluarga ini merupakan salah satu perbuatan tersebut. Dari keluarga ini dilakukan tindakan administratif dan pendaftaran lainnya sebagai bentuk identitas dalam kehidupan bermasyarakat. Munculnya Undang- Undang Perkawinan menjadi sebuah pedoman pengaturan hukum perkawinan di Indonesia. Undang-undang perkawinan memberikan sebuah unifikasi terhadap berbagai ketentuan mengenai perkawinan yang berlaku dalam masyarakat Indonesia. Tujuan penting adanya keluarga yakni membangun rumah tangga yang kekal dan melahirkan generasi baru untuk melanjutkan kehidupan dalam komunitas tersebut. Dilahirkannya anak merupakan sebuah anugerah yang tentunya dinanti setiap orang. Orang tua memiliki kewajiban untuk menyayangi 1 Tesis. Septy Veronita, 2013, Hak Perwalian Anak Dibawah Umur yang Beralih Pada Nenenknya, hlm 11

dan memenuhi kebutuhan anak. Kewajiban tersebut antara lain membentuk pribadi, mendidik serta membimbing anak agar menjadi seorang individu yang berbakti kepada orang tua, agama, bangsa, dan tanah air. Hal tersebut dikarenakan anak merupakan lapisan masyarakat yang sangat menentukan nasib bangsa di masa depan. Dalam Pasal 47 Undang-Undang Perkawinan mengatur bahwa anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya. Pada saat yang sama pula hak alimentasi muncul untuk dipenuhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. Hak alimentasi berupa kewajiban untuk saling menyayangi dan menghormati dalam sebuah keluarga. Hak alimentasi ini tidak akan berakhir oleh perbuatan apapun kecuali kematian. Setiap orang tua tetap memiliki kewajiban untuk membimbing dan menyayangi anak-anak nya sampai kapanpun. Hal yang sama pula berlaku pada anak-anak yang wajib menghormati dan menyayangi orang tua. Anak sebagai salah satu unsur dari sebuah keluarga, mengalami hubungan-hubungan antara pribadi yang pertama-tama dalam keluarga dan sesame anggota keluarga lainnya 2. Kekuasaan orang tua terhadap anak sendiri dibagi kedalam dua bagian, yaitu: kekuasaan orang tua terhadap diri anak tersebut 2 Irma Setyowati, 1990, Aspek Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta, hlm 23

dan kekuasaan orang tua terhadap harta benda anak 3. Orang tua mewakili anakanaknya yang belum cakap tersebut dalam setiap perbuatan hukum yang dilakukan sebagai syarat sah nya perbuatan hukum tersebut. Orang tua pula mengatur dan menjaga harta kebendaan anak. Perkawinan merupakan salah satu perbuatan hukum yang terjadi dalam keluarga. Perkawinan yang putus pula memiliki akibat hukum tertentu terhadap para pihak. Putusnya perceraian dapat terjadi akibat kematian, perceraian, maupun putusan pengadilan. Hukum Islam memandang suatu perceraian sebagai suatu pelanggaran dari ikatan lahir batin dalam sebuah perkawinan. Sedangkan Undang-Undang Perkawinan mengatur mengenai putusnya perkawinan tersebut dalam BAB VII mengenai putusnya perkawinan dan akibatnya. Akibat hukum dari perceraian antara lain mengenai harta perkawinan dan hak asuh atas anak. Terkait harta perkawinan, pasangan suami istri tersebut akan menyesuaikan dengan perjanjian perkawinan yang dibuat sebelumnya. Sedangkan dalam hal tidak dibuatnya perjanjian kawin, maka pembagian harta perkawinan akan dilakukan berdasarkan hukum yang berlaku sesuai ketentuan Pasal 37 Undang-Undang Perkawinan. Hukum Islam menerapkan adanya pemisahan harta benda. Hal ini membuat para pihak akan mendapatkan kembali harta masingmasing apabila terjadi perceraian. Sedangkan KUHPerdata menerapkan 3 Skripsi. Erdha Widayanto, 2014, Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Kewajiban Alimentasi Dalam Perkawinan Keluarga Katolik yang Mengalami Perceraian di Kota Yogyakarta, hlm 5

penggabungan secara bulat sehingga harta bersama akan dibagi rata apabila terjadi perceraian. Akibat hukum terhadap anak yakni peralihan hak asuh yang mana akan ditetapkan melalui penetapan pengadilan saat diajukannya perceraian. Perceraian menimbulkan akibat hukum berupa hak pengasuhan anak. Berdasarkan Hadis Abdillah Ibn Umar yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, Baihaqi menerangkan bahwasanya seorang wanita mengadu kepada Rasulullah SAW, Ya Rasulullah, anakku ini perutkulah yang mengandungnya, kepeduliankulah yang mengawasinya, air susuku-lah minumannya. Bapaknya hendak mengambilnya dariku. Maka Rasulullah SAW memutuskan; Engkau lebih berhak atasnya selama engkau belum menikah 4. Dalam hal perceraian karena kematian, hak asuh demi hukum dialihkan kepada orang tua yang hidup terlama. Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk dialihkannya hak asuh kepada pihak lain selain orang tua dalam kondisi tertentu. Penetapan Pengadilan Negeri Bantul nomor 79 tahun 2015 merupakan salah satu contoh penjatuhan perwalian kepada pihak selain orang tua yakni kepada nenek kandung. Nenek melaksanakan perwaliannya dengan melakukan pendampingan terhadap anak tersebut dalam mengurus administrasi tunjangan anak yatim yang diperolehnya. Nenek pula telah melakukan pengasuhan terhadap anak. Wali selain orang tua ini dapat bertindak atas anak anak secara penuh maupun untuk ruang lingkup tertentu berdasarkan penetapan pengadilan terhadap kebutuhan dan 4 Anshary MK, 2010, Hukum Perkawinan Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm 106

kepentingan si anak dalam pelaksanaan perwalian ini. Perwalian yang dijalankan oleh nenek ini memiliki ruang lingkup yaitu pengurusan dan penerimaan tunjangan anak yatim. Perwalian yang telah ditetapkan kepada pihak selain orang tua ini tidak serta merta memutuskan hubungan anak kepada orang tuanya maupun sebaliknya. Dalam hal ini menurut Pasal 41 huruf a Undang-Undang No.1 Tahun 1974 bahwa baik bapak maupun ibu tetap mempunyai kewajiban memilihara dan mendidik anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak 5. Dengan adanya ketentuan bahwa hubungan antara anak dan orangtua tidaklah terputus, maka hak alimentasi si anak haruslah tetap dipenuhi oleh orang tua walaupun tidak berada dalan pemeliharaan atau perwalian si orang tua. Adanya jarak dan pemeliharan yang memisahkan anak dan orang tuanya tentu saja menjadi sebuah hambatan untuk memenuhi hak alimentasi tersebut. Oleh karena ini peneliti berkeinginan untuk mengangkat sebuah penelitian mengenai pemenuhan hak alimentasi anak dibawah perwalian pihak selain orang tua. B. Rumusan Masalah: 1. Bagaimanakah pertimbangan hukum yang digunakan hakim dalam penjatuhan perwalian anak dibawah umur kepada pihak selain orang tua dalam penetapan nomor 79/Pdt.P/2015/PN.Btl? 5 Muhammad Syafruddin, 2014, Hukum Perceraian, Sinar Grafika, Jakarta Timur, hlm 371.

2. Bagaimanakah pemenuhan hak alimentasi anak dibawah perwalian selain orang tua pasca penetapan nomor 79/Pdt.P/2015/PN.Btl? C. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan hakim dalam penjatuhan perwalian terhadap anak dibawah umur kepada pihak selain orang tua dalam penetapan nomor 79/Pdt.P/2015/Pn.Btl. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pemenuhan hak alimentasi anak dibawah umur dalam perwalian pihak selain orang tua pasca penetapan nomor 79/Pdt.P/2015/Pn.Btl. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat teoritis dan praktis yaitu : 1. Manfaat kepada Penulis Melalui penelitian ini, peneliti dapat memperluas wawasannya mengenai mekanisme penjatuhan perwalian dan pelaksanaan pemenuhan hak alimentasi anak dalam hal perwalian oleh pihak bukan orang tua. Melalui penelitian ini pula peneliti juga dapat memberikan kontribusi nyata peneliti dalam proses rekonstruksi dan peningkatan sistem perwalian dan pemenuhan hak alimentasi anak.

2. Manfaat kepada Masyarakat Melalui penelitian ini, masyarakat akan dapat lebih mengetahui ketentuan sistem perwalian terhadap anak dibawah umur yang berlaku. Masyarakat dapat mengetahui mekanisme yang dapat ditempuh untuk melaksanakan pemenuhan hak alimentasi anak yang berada dibawah perwalian oleh pihak selain orang tua. 3. Manfaat kepada Pemerintah Pemerintah dalam hal ini dapat menjadikan penelitian ini sebagai dasar dan acuan mengenai pelaksanaan sistem perwalian yang telah berlaku. Disamping itu pemerintah dapat melihat mekanisme pemenuhan hak alimentasi yang dilaksanakan oleh masyarakat selama ini sehingga dapat menjadi dasar pembentukan kebijakan-kebijakan dalam pelaksanaan perwalian dan pemenuhan hak alimentasi anak. E. Keaslian Penelitian : Penelitian ini bukan merupakan penelitian pertama yang meneliti mengenai perwalian anak dibawah umur oleh pihak selain orang tua yang masih hidup dan pemenuhan hak alimentasi anak. Penelitian sejenis telah dilakukan sebelumnya melalui beberapa penelitian: Pertama adalah penelitian yang dilakukan dalam bentuk tesis oleh SEPTY VERONITA yang mengambil judul yaitu HAK PERWALIAN ANAK DIBAWAH

UMUR YANG BERALIH PADA NENEKNYA (ANALISIS KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 372K/PDT/2008). Dari penelitian diatas memiliki rumusan masalah antara lain: 1. Bagaimana hak dan kedudukan anak dalam keluarga dan setelah terjadinya perceraian? 2. Bagaimana upaya hukum yang dilakukan nenek untuk memperoleh hak perwalian atas cucunya? Dari kedua rumusan masalah diatas terdapat beberapa perbedaan yang sangat mendasar yang penelitian ini miliki adalah: 1. Kekhususan dalam objek penelitian Perbedaan objek penelitian dapat terlihat dari judul penelitian. Dalam penelitian tersebut menjadikan perwalian anak dibawah umur yang jatuh kepada nenek sebagai objek penelitian. Sedangkan dalam objek dari penelitian ini yaitu penjatuhan perwalian kepada pihak selain orang tua yang hidup terlama serta pemenuhan hak alimentasi anak dibawah umur pasca beralihnya perwalian kepada pihak selain orang tua. 2. Kekhususan dalam ruang lingkup penelitian

Hal ini dapat dilihat pula dari judul penelitian. Dalam penelitian tersebut menjadikan sistem perwalian sebagai fokus bahasan penelitian, sedangkan dalam penelitian ini akan menitikberatkan tidak hanya pada sistem perwalian namun juga mengenai mekanisme pemenuhan hak alimentasi anak yang berada dalam perwalian pihak selain orang tuanya. Sedangkan di penelitian sejenis lainnya mengambil bahasan penelitian mengenai perwalian anak dibawah umur oleh pihak selain orang tua serta pemenuhan hak alimentasi. yaitu penelitian yang dilakukan oleh Erdha Widayanto dengan judul TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN KEWAJIBAN ALIMENTASI DALAM PERKAWINAN KELUARGA KATOLIK YANG MENGALAMI PERCERAIAN DI KOTA YOGYAKARTA Adapun rumusan masalah dari penelitian tersebut yaitu: 1. Bagaimana pelaksanaan kewajiban alimentasi dalam perkawinan keliarga katolik yang mengalami perceraian berdasarkan UNDANG-UNDANG PERKAWINAN dan Hukum Gereja Katolik dalam Putusan No.82/PDT.P/2010/PN.YK di Kota Yogyakarta. 2. Bagaimana hak dan kedudukan anak dalam keluarga yang mengalami perceraian dalam menuntut pelaksanaan kewajiban alimentasi menurut UNDANG-UNDANG PERKAWINAN dan Hukum Gereja Katolik dalam Putusan No.82/PDT.P/2010/PN.YK di Kota Yogyakarta.

Dari rumusan masalah penelitian sejenis kedua ini terdapat kekhususan yang dimiliki oleh penelitian ini, yaitu dalam penelitian dari Erdha Widayanto ini keadaan daripada anak adalah bukan merupakan sebuah perwalian pihak lain melainkan masih berada bersama salah satu orang tua kandung yang hidup terlama. Sedangkan dalam penelitian ini anak telah berada dibawah perwalian pihak selain orang tua yang hidup terlama yakni nenek kandung yang mengajukan permohonan berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri Bantul nomor 79/Pdt.P/2015/Pn.Btl. Perbedaan lain yakni dalam penelitian dari Erdha Widayanto ini menitikberatkan pada hak alimentasi dalam keluarga katolik secara spesifik, sedangkan dalam penelitian ini tidak menggunakan batasan terhadap kepercayaan yang dianut dalam perkawinan suatu keluarga tertentu melainkan menggunakan batasan yakni studi kasus keluarga yang menjadi pemohon dalam penetapan Pengadilan Negeri Bantul nomor 79/Pdt.P/2015/Pn.Btl serta pelaksanaan perwalian dan pemenuhan hak alimentasi si anak pasca penetapan.