TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. Dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. bulu-bulu atau sisik dari induknya. Tiap kelompok telur maksimum terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis

TINJAUAN PUSTAKA. Thrips termasuk ke dalam ordo Thysanoptera yang memiliki ciri khusus, yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika kumbang badak adalah

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

PENGGUNAAN Beauveria bassiana DAN Bacillus thuringiensis UNTUK MENGGENDALIKAN Plutella xylostella L.(Lepidoptera; Plutellidae) DI LABORATORIUM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

Gambar 1. Nimfa Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003) Gambar 2. Imago betina Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana lazimnya makhluk hidup, tak terkecuali tumbuhan, tidak

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sawi B. juncea (L.) menyerbuk sendiri, umumnya tahan terhadap suhu

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepik hijau (N. viridula L.) sudah lama dikenal sebagai hama penting tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Ulat Api Setothosea asigna Eecke (Lepidoptera: Limacodidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berbentuk pohon yang berasal

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ujung batang atau tunas. Tanaman ini mempunyai bunga sempurna dengan

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Spodoptera litura F. (Lepidoptera : Noctuidae)

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera: Noctuidae)

TINJAUAN PUSTAKA. transparan (Gambar 1). Telur diletakkan berderet 3 4 baris sejajar dengan

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Boleng (Cylas formicarius (Fabr.))

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Penggerek Tongkol Jagung H. armigera Hubner. tanaman, daun dan batang. Paling banyak diletakkan pada waktu tanaman sudah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

APAKAH APLIKASI BIOPESTISIDA SUDAH EFEKTIF?

Pengorok Daun Manggis

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGENDALIAN HAMA dan PENYAKIT ULAT SUTERA I. PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

TINJAUAN PUSTAKA. S. asigna van Ecke termasuk ke dalam kingdom Animalia, filum. Arthropoda, kelas Insecta, ordo Lepidoptera, family Limacodidae, genus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen

A. Ulat Api Pada Tanaman Kelapa Sawit. Ulat api termasuk ke dalam famili Limacodidae, ordo Lepidoptera (bangsa

n. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit Kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman yang berasal dari Nigeria, Afiika Barat, akan tetapi

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

Uji Efektifitas Beberapa Entomopatogen Pada Larva Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaeidae) di Laboratorium

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella Spesies : Plutella xylostella L. Telur berbentuk oval (agak pipih), berukuran 0,49 x 0,26 mm. Telur diletakkan secara satu-persatu atau dua-dua, tiga-tiga pada permukaan bawah daun. Warna telur mula-mula kuning kemudian menjadi coklat sebelum menetas (Sudarwohadi 1975). Kupu-kupu P. xylostella meletakkan telurnya dibawah daun kol yang terbuka. Telurnya ditempatkan secara kelompok sebanyak 2-3 butir, kapasitas produksi tidak lebih dari 320 butir telur (Rismunandar, 1993). Gambar 1 :Telur P. Xylostella L. Sumber : Foto Langsung

Larva terdiri dari empat instar, yaitu : Instar-1. Tubuh larva instar 1 berwarna putih kekuningan dan kepala berwarna hitam. Panjang tubuh berkisar antara 0,75 1,05 mm dan lebarnya 0,15 0,19 mm. Larva instar-1 ini hanya mengorok daun tanaman inangnya. Instar-2. Tubuh larva instar 2 berwarna kekuningan, rambut pendek dan kepala berwarna hitam. Panjang tubuh berkisar antara 1,73 2,93 mm dan lebarnya 0,31 0,51 mm. Tubuh larva instar-3 berwarna hijau, rambut hitam dan kepala berbercak coklat. Panjang tubuh berkisar antara 3,00 4,43 mm dan lebarnya 0,44 0,68 mm. Instar-4. Tubuh larva instar- 4 berwarna hijau mirip dengan instar-3, hanya lebih besar ukurannya yaitu dengan panjang tubuh berkisar antara 6,45 7,79 mm dan lebarnya 0,83 1,20 mm. Larva instar terakhir ini dapat memakan seluruh jaringan daun sehingga yang tersisa hanya tulang daunnya saja. Tingkat populasi larva P. xylostella umumnya meningkat semenjak tanaman kubis berumur 5 minggu sampai 9 minggu setelah tanam (Sudarwohadi, 1975). Gambar 2 : Larva P. xylostella Sumber : Foto Langsung Pupa terbungkus oleh kokon yang panjang kira-kira 9 mm. Stadia pupa berlangsung antara 5-10 hari, kemudian keluar ngengat yang panjang kira-kira 6 mm dengan rentang sayap kira-kira 5 mm (Natawigena, 1991).

Pupa yang sudah tua berwarna hijau tua. Pupa P. xylostella berada dalam kokon yang tebal dari benang-benang halus berwarna yang dikeluarkan pada masa fase prepupa. Pupa mulanya berwarna kuning kehijauan, setelah satu atau dua hari warnanya berangsur-angsur berubah menjadi kecoklatan sampai coklat gelap, lamanya hidup pupa dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu, maka masa pupa akan semakin singkat (Rukmana dan Sugandi, 1997). Gambar 3: Pupa P. xylostella Sumber : Foto Langsung Imago. Ngengat P. xylostella berwarna coklat keabu-abuan dengan panjang rentang sayap ngengat jantan ± 1,97 mm dan yang betina ± 13,6. Pada sayap depannya terdapat tiga bentuk indulasi yang memanjang dibagian tepi sayapnya. Dalam keadaan istirahat, toga bentuk indulasi tersebut akan membentuk pola yang menyerupai berlian, sehingga dengan adanya ciri-ciri ini maka P. xylostella dinamakan Diamond Back Moth. Ngengat aktif pada senja atau malam hari (Susniatih dkk, 2002).

Gambar 4: Imago P. xylostella Sumber : Foto Langsung

Klasifikasi dan Biologi Agensia Hayati Beauveria bassiana Jamur B. bassiana merupakan spesies jamur yang sering digunakan untuk mengendalikan serangga. B. bassiana diaplikasikan dalam bentuk konidia yang dapat menginfeksi serangga melalui kulit kutikula, mulut dan ruas-ruas yang terdapat pada tubuh serangga. Jamur ini ternyata memiliki spectrum yang luas dan dapat mengendalikan banyak serangga sebagai hama tanaman (Dinata, 2006). B. bassiana masuk ketubuh serangga melalui kulit diantara ruas-ruas tubuh. Penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora dan kutikula. Hifa fungi mengeluarkan enzim kitinase, lipase dan protemase yang mampu menguraikan komponen penyusun kutikula serangga. Di dalam tubuh serangga, hifa berkembang dan masuk kedalam pembuluh darah. Di samping itu B. bassiana juga menghasilkan toksin seperti beauverisin, beauverolit, bassianalit, isorolit dan asam oksalat yang menyebabkan terjadinya kenaikan ph, penggumpalan dan terhentinya peredaran darah serta merusak saluran pencernaan, otot, sistem syaraf dan pernapasan yang pada akhirnya menyebabkan kematian (Mahr, 2003). B. bassiana secara alami terdapat di dalam tanah sebagai jamur saprofit. Pertumbuhan jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti kandungan bahan organik, suhu, kelembaban, kebiasaan makan serangga, adanya pestisida sintesis, dan waktu aplikasi (Dinata, 2006).

Gambar 5 :Beauveria bassiana (Balsomo) vuillemin. Sumber :www.mycology.adelaide.edu.au/.../beauveria1.htm Jamur B.bassiana mempunyai percabangan yang pendek. Dalam 32 jam tabung kecambah dapat mencapai panjang 80 mikron. Bila konidia terbentuk banyak, konidia tersusun rapat pada konidiofor, hifa utama memiliki percabangan pendek kesamping dan sering kali berupa sudut siku-siku terhadap poros. Strainstrain pada periode yang sangat lemah diketahui mampu mempertahankan virulensinya (Sweetman, 1963). Efektifitas cendawan B. Bassiana tersebut sangat tergantung pada keadaan patogen, inang dan faktor lingkungan yang selalu bervariasi. Hasilnya akan memuaskan bila epizotiknya terjadi pada populasi serangga yang tinggi. Penularan cendawan dapat melalui saluran eksternal, integumen dan penularan oleh serangga betina melalui telur atau pada permukaan telur dan infeksi cendawan ini sangat dipengaruhi oleh sinar matahari, suhu, kelembaban, dan derajat keasaman (ph) (Saranga dan Daud, 1993).

2. Bacillus thuringiensis Ciri khas yang terdapat pada B. thuringiensis adalah kemampuannya membentuk kristal protein bersamaan dengan pembentukan spora yaitu pada waktu sel mengalami sporulasi. Kristal tersebut merupakan komplek protein yang mengandung toksin yang terbentuk di dalam sel 2-3 jam setelah akhir fase eksponensial dan baru keluar dari sel pada waktu sel mengalami autolysis setelah sporulasi sempurna (Bajwa dan Kogan, 2001). Gambar 6 :Bacillus thuringiensis Sumber : www.people.uleth.ca. Bila larva muda atau larva tua terkena B. thuringiensis dapat kita lihat adanya reaksi pertama yang cepat seperti kesakitan, kemudian dalam beberapa waktu larva tidak mau makan dan tidak aktif. Tubuh kemudian menjadi lunak dan lembek. Kematian larva dapat terjadi dalam kurun waktu beberapa jam sampai 2-5 hari setelah infeksi pertama (Novizan, 2002). Tahap selanjutnya tubuh ulat akan tampak mulai menghitam, lembek, berair (mengeluarkan cairan) dan berbau busuk karena terjadi paralisis di saluran makanan. Gejala ini terjadi akibat dari telah masuk dan bekerjanya toksin B. thuringiensis di dalam tubuh ulat (saluran pencernaan), spora spora bakteri

terdiri dari satu atau lebih protein insektisida dalam bentuk Kristal yang dikenal dengan delta endotoksin (Bajwa dan Kogan, 2001). Insektisida biologi ini memiliki spora yang hidup dari B. thuringiensis yang menyebabkan penyakit pada serangga sehingga dapat dipakai untuk mengendalikan serangga hama. Insektisida biologi ini bekerja sebagai racun lambung yang menginfeksi melalui mulut dan tidak melalui pernapasan ataupun kulit, warnanya kuning kecoklatan, dan bersifat selektif untuk mengendalikan hama (Sastroutomo, 1992). B. thuringiensis merupakan salah satu bakteri pathogen pada serangga (entomopatogen). Dalam klasifikasi, bakteri ini tergolong ke dalam kelas Schizomycetes, ordo Eubacteriales, family Bacillaceae. B. thuringiensis adalah bakteri yang mempunyai sel vegetatif berbentuk batang dengan ukuran panjang 3-5 μm dan lebar 1,0-1,2 μm, mempunyai flagel dan membentuk spora. Sel-sel vegetatif dapat membentuk suatu rantai yang terdiri dari lima sampai enam sel. Sifat-sifat bakteri ini adalah gram positif, aerob tetapi umumnya anaerob fakultatif, dapat tumbuh pada media buatan dan suhu untuk pertumbuhan antara 15-40 C (Tarumingkeng, 2001). Menurut Huffaker dan Messenger (1989), apabila biakan biakan B. thuringiensis yang telah mengalami sporulasi diberikan kepada serangga, satu di antara tiga akibat utamanya akan terjadi, tergantung terserang dan tergantung juga kepada besarnya dosis.