1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan suatu bangsa. Dengan landasan pemikiran tersebut, pendidikan nasional disusun sebagai usaha untuk memungkinkan bangsa Indonesia mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengembangkan diri secara terus menerus dari suatu generasi kegenerasi berikutnya sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional pada Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi tersebut, pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat terlepas dari kehidupan karena pendidikan dapat memajukan kebudayaan dan mengangkat derajat bangsa di mata dunia. Menurut Muslich (2007:194) menyatakan, Ada dua konsep kependidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (instruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah tingkat kompetisi dan relevansinya, sebagaimana yang dinyatakan oleh Parawansa (2001) dalam Santyasa (2005: 2). Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, misalnya melalui pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hasil penelitian Trend International Mathematics and Science Study (TIMSS) tentang tes tahun 1
2 2009 menunjukkan bahwa skor siswa untuk pelajaran Matematika, IPA, dan Membaca, masing-masing 373, 383, dan 402 (skala 0-800). Sedangkan skor pada periode sebelumnya di tahun 2006 untuk pelajaran yang sama yaitu 391, 393 dan 393 (Daraini, 2013: 243). Hal ini terlihat dari hasil survei yang dilakukan Education For All (EFA) bahwa terjadi proses dormansi bahkan penurunan dalam sistem pendidikan, Indonesia memiliki pringkat 65 dari 128 negara pada tahun 2010 dengan index pengembangan pendidikan sebesar 0,947, sedangkan pada tahun 2011 peringkat Indonesia turun ke peringkat 69 dari 127 Negara yang disurvei dengan nilai indeks pengembangan pendidikan sebesar 0,934 (EFA, 2011). Sedangkan hasil riset OECD, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kemampuan sains pada peringkat 60 dengan nilai 383 (OECD, 2012). Berdasarkan hasil survei dan hasil riset EFA dan OECD menunjukkan bahwa, pendidikan di Indonesia mengalami penurunan terutama dalam pembelajaran sains. Padahal pembelajaran sains memiliki peranan yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga mampu menghadapi globalisasi dalam bidang IPTEK. Sumanto (2007) yang dikutip Stiatava (2012) mengatakan pembelajaran sains merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pembelajaran sains yang dimana pembelajaran yang berfungsi untuk setiap individu bisa mempelajari dirinya sendiri dengan menganalisa, mengamati diri sendiri dan lingkungan sehingga mampu membuat formulasi untuk mengembangkan kehidupan yang akan dihadapi, hal tersebut berdasarkan hakikat dari sains. Hakikat sains menurut Suastra (2009) mengatakan bahwa hakikatnya sains memiliki tiga komponen yaitu komponen produk, proses, dan sikap. Sains sebagai produk memiliki arti sebagai sekumpulan fakta-fakta, konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam. Sains sebagai proses merupakan suatu rangkaian terstruktur dan sistematis yang dilakukan untuk menemukan konsep, prinsip, hukum dan gejala alam. Sedangkan sains sebagai sikap diharapkan mampu membentuk karakter. Berdasarkan hakikat sains ini tersirat jelas bahwa yang diinginkan dalam
3 pembelajaran adalah bagaimana siswa mampu bersikap serta mampu menunjukkan karakter yang dimiliki. Hal yang sama juga terjadi pada pembelajaran fisika. Fisika merupakan bagian dari sains, yang terdiri dari produk dan proses. Pembelajaran fisika idealnya harus mampu mengeluarkan output yang memiliki karakter, dikarenakan konsep, fakta, teori, hukum yang berkaitan tentang mahluk hidup, sedangkan fisika sebagai proses terdiri dari kelompok keterampilan proses yang meliputi, mengamati, membuat pertanyaan, mengunakan alat, menggolongkan atau mengelompokkan, menerapkan konsep dan melakukan percobaan. Pembelajaran fisika pada dasarnya harus mampu membekali siswa bagaimana cara mengetahui konsep, fakta secara mendalam, serta harus mampu memberikan kepuasan intelektual terutama dalam membangun kemampuaan berpikir. Karena kemampuan berpikir ini akan berimplikasi terhadap pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (pisikomotor). SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar merupakan salah satu sekolah menengah ke atas yang tidak hanya memiliki prestasi dibidang al-islam, namun juga dalam akademik lainnya. Kendati demikian, SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar memiliki masukan siswa dengan prestasi belajar yang bervariasi, sehingga peran serta siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas beranekaragam. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Fisika dan observasi di kelas X.2 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar, dapat dikemukakan ternyata masih banyak siswa yang kurang termotivasi untuk belajar fisika dan cenderung tidak mengerti tujuan dari pembelajaran tersebut dikehidupan nyata. Rendahnya motivasi belajar siswa terlihat dari 4 siswa yang mengobrol dengan teman dan 7 siswa yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Selain itu terdapat 2 siswa yang tiduran di meja saat pelajaran sains terutama fisika berlangsung. Dari 5 siswa yang diminta guru untuk menawab pertanyaan dan mengerjakan soal di depan kelas saat pembelajaran berlangsung, 3 dari 5 siswa tersebut merasa kebingungan dan bertanya jawaban kepada teman yang sudah mengerjakan. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik menunjukkan
4 bahwa peserta didik kurang menyukai pelajaran Fisika. Menurut peserta didik, Fisika merupakan pelajaran yang sulit dipahami, memiliki banyak rumus, dan membosankan karena selain abstrak, penyampaian yang dilakukan guru saat pembelajaran tidak menyenangkan. Selain itu, bila dilihat dari kemampuan kognitif berdasarkan nilai ulangan harian secara umum pada semester satu, kurang dari 50% siswa yang dinyatakan tuntas dengan batas ketuntasan (KKM) 75. Menurut guru yang bersangkutan, salah satu penyebab beberapa masalah tersebut adalah masih seringnya penggunaan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran dan hanya mengandalkan hasil akhir saja atau produk dengan kata lain kurang dalam keterampilan proses yang meliputi, mengamati, membuat pertanyaan, menggunakan alat, menggolongkan atau mengelompokkan, menerapkan konsep, dan melakukan percobaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan keterbatasan pengetahuan guru tentang pendekatan dan metode yang akan digunakan serta model yang diterapkan. Permasalahan inilah yang dapat berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa. Dari uraian beberapa permasalahan di atas, dapat diketahui bahwa penyebab rendahnya nilai kognitif siswa kelas X.2 adalah rendahnya motivasi belajar siswa dan peran strategi pembelajaran yang belum berjalan maksimal, sehingga siswa tidak terangsang oleh afeksi untuk melakukan sesuatu dan juga tidak ikut terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar yang mengakibatkan tidak terjadinya perubahan energi dalam hasil pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan peran guru untuk memberi motivasi dan memperkenalkan materi Fisika dengan lebih menarik menggunakan pendekatan secara ilmiah, yang sesuai dengan perubahan paradigma dari mengajarkan siswa menjadi membelajarkan siswa serta menekankan pada proses belajar siswa sehingga siswa akan termotivasi dalam mempelajari Fisika. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan MC. Donald dalam Sardiman (2011) yang menyatakan bahwa terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu diawali dari motivasi. Perkembangan motivasi akan memberikan perubahan energy di dalam system yang ada pada manusia. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling
5 afeksi seseorang. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2010) yang menyatakan bahwa hasil belajar akan menjadi optimal apabila terdapat motivasi dalam diri peserta didik. Apabila motivasi yang diberikan tepat maka hasil belajar akan menjadi baik. Motivasi sangat menentukan intensitas usaha anak dalam belajar. Oleh karena itu, berdasarkan uraian tersebut diperlukan suatu inovasi pembelajaran Fisika agar tidak hanya menyentuh aspek konsep yang bersifat hafalan dan aplikasi, tetapi siswa perlu diarahkan untuk menguasai aspek proses sains melalui pengalaman untuk mendapatkan konsep-konsep Fisika sehingga mampu membangkitkan motivasi belajar siswa yang akan meningkatkan kemampuan kognitif belajar. Nurul (2013) menyebutkan bahwa pembelajaran berpendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah dan inkuiri, dimana siswa berperan secara langsung baik secara individu maupun kelompok untuk menggali konsep dan prinsip selama kegiatan pembelajaran, sedangkan tugas guru adalah mengarahkan proses belajar yang dilakukan siswa dan memberikan koreksi terhadap konsep dan prinsip yang didapatkan siswa. Pendekatan pembelajaran ini menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun konsep dalam pengetahuannya secara mandiri, membiasakan siswa dalam merumuskan, menghadapi, dan menyelesaiakan permasalahan yang ditemukan. Metode yang digunakan dalam pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan saintifik adalah metode Eksperimen dan Diskusi. Herekno Anen (2012) menyatakan bahwa, pada pembelajaran dengan metode eksperimen, peserta didik akan mengalami pengetahuan langsung, yakni ketika mereka melakukan eksperimen sendiri atau berkelompok, mereka berhadapan langsung dengan obyek, harus melakukan pengamatan, pengukuran, pengambilan data, perhitungan, dan melaporkan hasil eksperimen yang telah mereka lakukan sehingga pengetahuan yang diperoleh akan bermakna. Suryobroto (2002:179) menyatakan bahwa metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan kesempatan kepada para siswa (kelompokkelompok) siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
6 pendapat, membuat kesimpulan atau penyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dengan metode eksperimen mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hana Kholida (2015), menyatakan bahwa penerapan pendekatan saintifik mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar Fisika siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Karanganom. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2014) bahwa pembelajaran berbasis scientific approach memiliki pengaruh yang signifikan ke arah positif terhadap prestasi belajar siswa. Disarankan untuk penggunaan pembelajaran berbasis scientific approach agar tepat digunakan pada kelima aspek, yakni mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Begitu pula, dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2012) juga menjelaskan bahwa metode eksperimen yang dapat dijadikan sebagai alternatif dalam memilih metode pembelajaran untuk meningkatkan hasil motivasi dan hasil belajar siswa serta kualitas proses belajar mengajar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2104) juga menunjukkan bahwa strategi pembelajaran eksperimen berdampak positif terhadap peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan secara konvensional. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, menunjukkan bahwa diperlukan suatu inovasi pembelajaran yang cocok dengan kurikulum dan paradigm Fisika sebagai sains yang mampu meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan kognitif siswa. Upaya yang dilakukan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar Fisika dan kemampuan kognitif siswa kelas X.2 ditempuh dengan mengambil judul penelitian Penerapan Pendekatan Saintifik melalui Metode Eksperimen dan Diskusi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Fisika dan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas X.2 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015.
7 B. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah kurangnya motivasi belajar Fisika siswa sehingga berdampak pada hasil belajar siswa terutama dalam kemampuan kognitif siswa. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apakah penerapan pendekatan saintifik melalui metode eksperimen dan diskusi dapat meningkatkan motivasi belajar Fisika siswa X.2 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Apakah penerapan pendekatan saintifik melalui metode eksperimen dan diskusi dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa X.2 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai manfaat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik melalui metode eksperimen dan diskusi. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Fisika di SMA Muhammadiyah 1 Karnganyar. Tujuan umum tersebut dapat dijabarkan ke dalam tujuan khusus, yaitu : 1. Meningkatkan motivasi belajar Fisika melalui penerapan pendekatan saintifik dengan menggunakan metode eksperimen dan diskusi siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Meningkatkan kemampuan kognitif siswa melalui penerapan pendekatan saintifik dengan menggunakan metode eksperimen dan diskusi siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi berbagai pihak antara lain: 1. Bagi Siswa Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat meningkatakan kemampuan kognitif siswa dan motivasi belajar siswa yang terlibat dalam kegiatan penelitian.
8 2. Bagi Guru Memberikan wawasan kepada guru, sehingga guru mengetahui bahwa pilihan pendekatan saintifik dan metode pengajaran eksperimen diskusi merupakan pilihan yang tepat dalam penyampaian mata pelajaran Fisika karena mampu membekali siswa bagaimana cara mengetahui konsep, fakta secara mendalam, serta harus mampu memberikan kepuasan intlektual terutama dalam membangun kemampuaan berpikir. 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang positif bagi pengembangan sekolah khususnya untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah.