BAB I PENDAHULUAN. antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Karst merupakan. saluran bawah permukaan (Setiawan et al., 2008).

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN KERUSAKAN KAWASAN KARST CIBINONG AKIBAT AKTIVITAS PENAMBANGAN DI DESA LEUWIKARET OLEH PT INDOCEMENT

SMP NEGERI 3 MENGGALA

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegunungan Kendeng Utara terbentang mulai dari Kabupaten Kudus, sampai dengan Kabupaten Tuban, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. daerah tandus, akan tetapi pada kenyataannya Kabupaten Gunungkidul

I. PENDAHULUAN. secara lokal yang menyebabkan terbentuknya ruangan-ruangan dan lorong-lorong

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PEMBAHASAN UMUM. Tabel 20 Status konservasi kelelawar berdasarkan Red List IUCN versi 3.1 (IUCN 2001) Status Konservasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (CHIROPTERA) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adanya berbagai nama. Di Indonesia bagian timur kelelawar disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Keberadaan hutan di Indonesia mempunyai banyak fungsi dan

I. PENDAHULUAN. secara lestari sumber daya alam hayati dari ekosistemnya.

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (CHIROPTERA) PADA BEBERAPA TIPE EKOSISTEM DI CAMP LEAKEY

P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelelawar

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS

I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

I. PENDAHULUAN. Dari sebelas Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia, salah satu terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

BAB. Keseimbangan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

Kekayaan Jenis Kelelawar (Chiroptera) di Kawasan Gua Lawa Karst Dander Kabupaten Bojonegoro

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. rapat dan menutup areal yang cukup luas. Sesuai dengan UU No. 41 Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H

Untuk: Istriku Budiawati S. Iskandar & Putra-Putraku: Oktarian, Septabian dan Oktabrian Tercinta

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

BUPATI BANDUNG BARAT

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

I. PENDAHULUAN. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayai dan Ekosistemnya;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman flora

I. PENDAHULUAN. perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.

BAB I PENDAHULUAN. Bentukan alam khas geologi beserta warisannya kini, tersebar di

TINJAUAN PUSTAKA. Penjelasan Umum, Manfaat dan Fungsi Hutan. kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya (Pamulardi,1994).

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keterkaitan dan ketergantungan dengan hutan dalam. pemenuhan bahan pangan langsung dari dalam hutan seperti berburu hewan,

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia

PELESTARIAN EKOSISTEM FLORA DAN FAUNA

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

2. Dinamika ekosistem kawasan terus berubah (cenderung semakin terdegradasi),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah karst sebenarnya diadopsi dari bahasa Yugoslavia. Istilah aslinya adalah krst / krast yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Karst merupakan suatu komplek fenomena geologi dengan sistem hidrologi yang sangat spesifik, tersusun atas batuan yang bersifat mudah larut seperti batu gamping dan batuan lain yang mudah larut. Air di kawasan karst membentuk sistem hidrologi yang khas dan rumit yang berkembang melalui sistem rekahan dan saluran bawah permukaan (Setiawan et al., 2008). Proses terbentuknya karst disebabkan oleh gejala alam berupa proses perekahan (fracturation) dan pelarutan (dissolution). Proses perekahan merupakan proses mekanis yang menimbulkan adanya rekahan dan celahan pada batu gamping, dapat terjadi melalui beberapa cara dan faktor seperti: aktivitas sesar, kegiatan perlipatan, atau peringanan beban akibat kegiatan erosi yang mengikis lapisan penutup sehingga menimbulkan penyesuaian baru pada batuan secara mekanis. Melalui rekahan dan celahan ini air akan masuk yang mengakibatkan terjadinya proses pelarutan, sehingga akan memperbesar bukaan pada batu gamping dan memungkinkan terjadinya saluran bawah permukaan (Setiadi, 1997). 1

2 Karst mempunyai karakteristik dan potensi tersendiri, bentuk dan bentang alam yang khas dengan keunikan yang ada di dalamnya selalu menarik bagi para ilmuwan dan penikmat alam. Tidak dapat dipungkiri lagi, karst memiliki berbagai potensi yang luar biasa jika dapat dimanfaatkan. Mulai dari potensi mineral, sumber air yang melimpah, potensi wisata dan ilmu pengetahuan, serta potensi organik dipastikan potensi-potensi tersebut nantinya akan berimbas pada peningkatan kesejahteraan manusia (Ardhy, 2008). Adapun potensi yang dimiliki kawasan karst adalah sebagai berikut: a. Potensi Mineral Batuan karbonat (batu gamping) merupakan salah satu dari sumber mineral terbesar di daerah karst. Batuan ini sering digunakan sebagai ornamen/hiasan, campuran pembuatan semen, serta bahan baku industriindustri seperti untuk bahan pemutih, penjernih air dan bahan pestisida (Ardhy, 2008). b. Potensi Air Pada dasarnya, karena merupakan batuan yang kompak, batu gamping bersifat impermeabel. Adanya sistem rekahan atau ronggarongga pelarutan di dalamnya, menyebabkan batu gamping dapat bertindak sebagai akifer yang cukup baik (Ardhy, 2008).

3 c. Potensi Wisata dan Ilmu Pengetahuan Daerah karst memiliki keunikan-keunikan tersendiri yang tidak ada di daerah lain. Sebagai contoh di bawah permukaan karst, sering terdapat goa-goa beserta ornamennya yang begitu eksotis. Goa di sini tidak hanya goa horisontal, namun ada pula goa vertikal yang cocok untuk para pecinta caving. Di samping potensi wisata, daerah karst juga berpotensi untuk memajukan kecerdasan bangsa melalui keunikan-keunikannya yang diteliti oleh para ilmuan. Karst termasuk salah satu obyek kajian berbagai disiplin ilmu, seperti : geomorfologi ilmu yg mempelajari bentuk-bentuk permukaan bumi yang akan menghasilkan proses-proses geomorfik yang berakibat terbentuknya bentuk-bentuk permukaan bumi, hidrologi ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya peredaran, sifat-sifat kimia dan fisikanya serta reaksi dengan lingkungan, geologi ilmu yang mempelajari susunan, bentuk, sejarah perkembanganbumi dan makhluk yang pernah hidup di dalam dan di atas bumi, arkeologi ilmu yang mempelajari kebudayaan manusia di masa lalu dan karstologi ilmu yang mempelajari tentang karst (Ardhy, 2008). d. Potensi Organik Meski jumlahnya kian menurun, populasi fauna-fauna daerah karst sebenarnya sangat menguntungkan manusia. Fauna-fauna yang sering dijumpai di daerah karst diantaranya, ular, walet, dan kelelawar. Keberadaan ulat, walet dan kelelawar tersebut secara tidak langsung juga

4 mempengaruhi produksi tanaman-tanaman pangan. Sebagai contoh ular, ular merupakan salah satu predator tikus (yang merupakan golongan hama tanaman). Menurunnya populasi ular dapat mengakibatkan menaikkan bahkan meledakkan populasi tikus yang akhirnya dapat menimbulkan kegagalan panen (Ardhy, 2008). Sampai saat ini keberadaan kawasan karst di Indonesia masih terpinggirkan, yang menonjol hanyalah dari potensi sisi ekonomi saja seperti penambangan batu kapur. Kawasan karst masih terjadi eksploitasi seperti penebangan dan penambangan liar bersekala besar, serta bentuk kegiatan lain yang dapat mengancam kelestarian ekosistem karst tanpa memperhatikan lingkungan di sekitar karst. Sehingga upaya perlindungan untuk menjaga dan mempertahankan fungsi kawasan sebagai satu kesatuan mutlak diperlukan. Perhatian terhadap potensi kawasan karst dan goanya dari sisi non ekonomi mulai meningkat beberapa tahun terakhir, namun kemauan untuk perlindungan yang menyeluruh belum juga terwujud (Rahmadi, 2007). Salah satu kawasan karst di Indonesia yang menonjol potensinya yaitu kawasan karst Gombong Selatan. Kawasan karst Gombong Selatan termasuk rangkaian dari pegunungan karangbolong dengan kondisi geologi menarik. Pada kawasan ini didapatkan potensi sumber daya mineral berupa batu gamping. Keterdapatan potensi sumber daya mineral menjadikan kawasan ini menarik banyak pihak untuk melakukan eksploitasi. Potensi batu gamping, mangan dan fosfat banyak diburu inverstor. Berdasarkan Kepmen ESDM No. 961.K/40/MEM/2003 kawasan ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Lindung

5 karena mempunyai fenomena alam yang unik dan langka serta mempunyai nilai penting bagi kehidupan dan ekosistem. Selain itu juga Gombong Selatan mempunyai bentang alam unik dengan nilai ekonomi, dan biodiversity (keanekaragaman hayati). Karst Gombong Selatan mempunyai nilai ekonomi yang berbasis pariwisata karena mempunyai obyek wisata yang menarik seperti: Gua Jatijajar, Gua Petruk, Pantai Karangbolong dan Pantai Ayah. Wisata alam ini didukung dengan akses ke lokasi yang cukup baik dan kebijakan pemerintah yang menyebabkan kawasan Gombong tumbuh menjadi kawasan pariwisata unggulan di Kabupaten Kebumen. Di wilayah ini juga terdapat usaha sarang burung walet pada goa-goa alamnya, penambangan batu kapur, pertanian, perikanan dan sektor ekonomi lainya. Selain itu juga kawasan karst Gombong Selatan memiliki nilai keanekaragaman hayati yang sangat spesifik dan terbatas jumlahnya. Beberapa spesies flora dan fauna kawasan karst tergolong endemik dan bernilai ekonomi tinggi, serta memegang peran penting untuk menjaga keseimbangan ekologi (Wisnu, 2008). Salah satu kawasan karst di Indonesia yang menonjol potensinya yaitu kawasan karst Gombong Selatan. Kawasan karst Gombong Selatan termasuk rangkaian dari pegunungan karangbolong dengan kondisi geologi menarik. Pada kawasan ini didapatkan potensi sumber daya mineral berupa batu gamping. Keterdapatan potensi sumber daya mineral menjadikan kawasan ini menarik banyak pihak untuk melakukan eksploitasi. Potensi batu gamping, mangan dan fosfat banyak diburu inverstor. Berdasarkan Kepmen ESDM No.

6 961.K/40/MEM/2003 kawasan ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Lindung karena mempunyai fenomena alam yang unik dan langka serta mempunyai nilai penting bagi kehidupan dan ekosistem. Selain itu juga Gombong Selatan mempunyai bentang alam unik dengan nilai ekonomi, dan biodiversity (keanekaragaman hayati). Karst Gombong Selatan mempunyai nilai ekonomi yang berbasis pariwisata karena mempunyai obyek wisata yang menarik seperti: Gua Jatijajar, Gua Petruk, Pantai Karangbolong dan Pantai Ayah. Wisata alam ini didukung dengan akses ke lokasi yang cukup baik dan kebijakan pemerintah yang menyebabkan kawasan Gombong tumbuh menjadi kawasan pariwisata unggulan di Kabupaten Kebumen. Di wilayah ini juga terdapat usaha sarang burung walet pada goa-goa alamnya, penambangan batu kapur, pertanian, perikanan dan sektor ekonomi lainya. Selain itu juga kawasan karst Gombong Selatan memiliki nilai keanekaragaman hayati yang sangat spesifik dan terbatas jumlahnya. Beberapa spesies flora dan fauna kawasan karst tergolong endemik dan bernilai ekonomi tinggi, serta memegang peran penting untuk menjaga keseimbangan ekologi (Wisnu, 2008). Salah satu fauna yang tergolong unik di daerah karst Gombong Selatan khususnya di Goa Petruk adalah dari golongan kelelawar. Kelelawar merupakan satu-satunya jenis hewan Mammalia yang dapat terbang dengan menggunakan sayapnya dan mempunyai ukuran kecil. Kelelawar aktif mencari makan dan terbang hanya pada waktu malam hari dikarenakan kelelawar sangat sensitif terhadap dehidrasi (kekurangan air). Bila siang hari

7 kelelawar tidur dengan bergelantungan terbalik. Habitat (tempat tinggalnya) biasanya di goa-goa, alam terbuka, atau di pohon-pohonan (Djuri, 2008). Menurut Nowak dalam Suyanto (2001), jumlah Spesies kelelawar menempati urutan ke dua setelah binatang pengerat (Rodentia). Indonesia sendiri memiliki 205 Spesies kelelawar 9 Ordo dan 52 Famili. Kesembilan Ordo ini diantaranya : Emballonuridae, Hipposideridae, Nycteridae, Molossidae, Megadermatidae, Pteropodidae, Rhinolophidae, Rhinopomatidae dan Vespertilionidae. Penelitian tentang jenis kelelawar telah dilakukan Oleh Nurcahyani (2008), di Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kelelawar sebanyak 22 spesies dari 2550 individu yang tertangkap. Jenis yang banyak ditemukan adalah Hipposideros larvatus yang termasuk Famili Hipposideridae sebanyak 1312 individu (51%), diikuti oleh Rhinolophus affinis dari Famili Rhinolopidae sebanyak 343 individu (13%), dan Hipposideros cervinus dari Famili Hipposideridae sebanyak 310 individu (12%). Selain itu juga pernah dilakukan penelitian oleh Maharadatunkamsi (1999), di Taman Nasional Tanjung Putting. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kelelawar Cynopterus brachyotis merupakan jenis yang banyak di temukan (75,9%), kemudian diikuti oleh kelelawar Balionycteris maculata (20,4%). Kelelawar Emballonura monticola dan Rodentia dari jenis Maxomys whiteheadi masing-masing hanya diperoleh 1 ekor. Penelitian kelelawar di Taman Nasional ini sangatlah penting dilakukan, mengingat di Taman Nasional banyak sekali tumbuhan yang tumbuh, sehingga konservasi

8 untuk menjaga kehidupan kelelawar perlu ditingkatkan, mengingat kelelawar memberikan fungsi yang cukup besar dalam membantu regenerasi tumbuhan hutan sekaligus sebagai pengontrol serangga hama. Goa Petruk merupakan tempat bertenggernya kelelawar, pada dasarnya kelelawar mempunyai peranan yang penting sekali dalam aspek ekologis, ekonomis dan medikal (medis). Dilihat dari segi ekologis, kelelawar memiliki fungsi sebagai pemencar biji, penyerbuk tumbuhan berbunga (kelelawar pemakan buah) dan pengendali hama serangga (kelelawar pemakan serangga). Secara segi ekonomis, kelelawar menghasilkan guano (kotoran kelelawar) yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Secara segi medikal (medis) kelelawar pun terbukti memiliki khasiat sebagai obat asma dan berbagai penyakit dalam lainnya (Suyanto, 2001). Sampai saat ini banyak sekali permasalahan yang ditemukan di dalam Goa Petruk, salah satu permasalahan yang paling kongkret adalah terdapatnya aktipitas penambangan ber skala besar, serta pencarian liar kelelawar yang biasanya akan dijadikan sebagai obat tradisional. Meski peranan kelelawar pemakan buah (Megachiroptera) dan kelelawar pemakan serangga (Microchiroptera) cukup besar, namun sangat disayangkan bahwa sampai akhir-akhir ini banyak jenis kelelawar yang populasinya merosot, dan bahkan ada jenis-jenis spesies kelelawar pemakan serangga yang terancam hampir punah di Goa Petruk, dimana ancaman terbeasar kelelawar adalah kehialanagan tempat bertenggernya (Franciz, 2001 dalam Suyanto). sehingga penelitipun tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang inventarisasi jenisjenis kelelawar dan tempat bertenggernya jenis-jenis kelelawar tersebut.

9 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : a. Jenis kelelawar apa saja yang dapat ditemukan di Goa Petruk, Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. b. Bagaimana Karakteristik tempat bertenggernya kelelawar yang ditemukan. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a Mengetahui jenis kelelawar yang dapat ditemukan di Goa Petruk Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. b. Mengetahui karakteristik tempat bertengger kelelawar yang ditemukan. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitin ini yaitu : a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai keanekaragaman hayati, khususnya kelelawar yang terdapat di kawasan Goa Petruk Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pustaka untuk bidang ekologi hewan, serta dapat menjadi imformasi dalam usaha konservasi SDA Hayati, khususnya kelelawar