BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan. Guru seyogyanya menguasai kemampuan mengajarkan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan hidup pada siswanya agar dapat menumbuhkan proses pembelajaran yang baik yang pada gilirannya dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan instruksional yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok yang harus dilaksanakan oleh guru dalam rangka menyampaikan berbagai pesan pada siswa, dengan tujuan pembelajaran yang disajikan guru, serta tujuan yang digariskan dalam pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu, guru di dalam proses belajar mengajar diharapkan mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pembelajaran, alat peraga, metode, alat evaluasi, serta pendekatan yang sesuai, sehingga diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Salah satu bagian KTSP, guru harus mengembangkan pembelajaran pada mata pelajaran matematika. Mata Pelajaran Matematika sebagai kurikulum yang universal sangat mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika sangat berperan aktif dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran ini perlu diberikan kepada semua peserta
didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Matematika dapat digunakan untuk memecahkan masalah, mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Pentingnya mempelajari matematika seperti diungkap diatas, kenyataan berkata lain. Matematika diterima sebagian besar siswa sebagai mata pelajaran yang menakutkan, tidak menyenangkan dan sulit. Hal tersebut dikuatkan dengan data yang terhimpun dari daftar hadir, tercatat dalam proses belajar mengajar Matematika Kelas II SDN Kedukbembem pada Kompetensi Dasar melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka, masih terdapat 2 siswa yang tidak hadir dari 14 siswa yang ada atau kehadiran hanya mencapi 83%. Data-data tersebut dikauatkan dengan hasil belajar siswa setelah dievaluasi dalam mata pelajaran Matematika pun tidak memuaskan. Tercatat, pada mata pelajaran Matematika kelas II SD Negeri Kedukbembem pada Kompetensi Dasar melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan 2 angka hanya 7 siswa dari 14 siswa atau (50%) yang tuntas dengan KKM 60, sedangkan yang 7 siswa dari 14 siswa (50%) belum tuntas.
Adanya fenomena tersebut tentunya dikarenakan adanya beberapa sebab. Segi kurikulum, substansinya bisa jadi terlalu memberatkan guru sebagai penyampai kepada siswa. Guru mungkin juga kurang kompeten dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini juga dapat dimungkinkan siswa sendiri memiliki input yang rendah. Selain itu, Rencana Pembelajaran, alat peraga, metode, dan alat evaluasi yang dipersiapkan guru, serta pendekatan yang digunakan guru bisa juga jadi turut mempengaruhi keadaan tersebut. Sebab-sebab tersebut benar-benar mempengaruhi, seorang guru harus melaksanakan Penelitian. Hal ini sesuai dengan kompetensi yang harus ada dalam diri guru SD beserta pengalaman belajar yang harus dilalui menurut Dikdasmen pada butir 10 (Djumiran, dkk, 2009 : 3.10) yaitu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. Hal ini tentunya dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian lebih terfokus, pendekatan yang digunakan guru dalam mengajarkan mata pelajaran Matematika menjadi permasalahan yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini. Pembelajaran Matematika yang terjadi, khususnya pada kelas II SD Negeri Kedukbembem, guru cenderung menggunakan pendekatan pemindahan matematika, dimana guru yang telah memiliki ilmu secara matang langsung ditransfer atau dipindahkan kepada siswa. Pembelajaran cenderung hanya mengaktifkan guru, sedangkan siswa pasif. Guru hanya memindahkan konsep perkalian bilangan cacah kepada siswa tanpa terlebih dahulu mengeksplorasi kemampuan dasar dan kemampuan siswa tentang penyelesaian masalah dalam konsep perkalian bilangan cacah.
Kondisi tersebut, maka diupayakan pendekatan yang sesuai agar siswa mudah dalam mempelajari matematika khususnya dalam konsep perkalian bilangan cacah. Salah satu pendekatan itu diantaranya Pendekatan Matematika Realistik. Pendekatan Matematika Realistik diindikasikan dapat mendekatkan matematika kepada siswa melalui masalah yang nyata. Pendekatan Matematika Realistik juga mampu mengaktifkan siswa dengan guru sebagai fasilitatornya. Hal tersebut dapat terlihat pada saat kegiatan matematisasi, yaitu proses mematematikakan dunia nyata. Hal ini, Pendekatan Matematika Realistik sangat mementingkan proses disamping hasil melalui matematisasi tersebut. Bila Pendekatan Matematika Realistik dilakukan, bukan tidak mungkin konsep perkalian bilangan cacah akan mudah dipahami siswa Kelas II SD Negeri Kedukbembem tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini siswa menyelesaikan masalah yang berkaitan sesuai dengan jalan pikirnya. Pembelajaran pun akan lebih interaktif dimana siswa dengan siswa lainnya atau dengan guru akan saling bertanya, atau menanggapinya. Hal ini sesuai dengan karakteristik Pendekatan Matematika Realistik seperti yang diungkapkan oleh Suryanto (dalam Nyimas Aisyah, 2007 : 7.7). Pembelajaran juga akan dirasakan siswa sebagai pembelajaran yang bermakna karena siswa memahami konsep perkalian bilangan cacah melalui penemuan kembali konsep perkalian bilangan cacah melalui penemuan kembali konsep tersebut oleh siswa dengan bimbingan guru.
1.2 Rumusan Masalah a) Bagaimana pelaksanaan pendekatan matematika realistik agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Kedukbembem terhadap pembelajaran matematika tentang Perkalian Bilangan Cacah? b) Apakah pembelajaran matematika tentang Perkalian Bilangan Cacah setelah dilaksanakan pendekatan Matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Kedukbembem? 1.3 Tujuan Adapun tujuan PTK yang akan penulis lakukan ini adalah : a) Mendiskripsikan pelaksanaan pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas II terhadap pembelajaran matematika tentang perkalian. b) Mendiskripsikan hasil belajar siswa kelas II terhadap pembelajaran matematika tentang perkalian setelah menggunakan pendekatan matematika realistik. 1.4 Manfaat 1.4.1 Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk kesinambungan keilmuan dibidang pendidikan, khususnya pendidikan Matematika di Sekolah Dasar.
1.4.2 Praktis Dari sisi praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa praktisi pendidikan, diantaranya yaitu: a. Kepala Dinas pendidikan Kecamatan Mantup sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. b. Para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di dalam kelas. c. Para siswa untuk memberikan motivasi dalam berfikir kritis, kreatif, dan inovatif guna meningkatkan prestasi belajar. 1.5 Definisi Istilah 1.5.1 Hasil Belajar menurut para ahli : a. Menurut Winkel (1991 : 28) meyatakan bahwa hasil belajar adalah bukti keberhasilan dan usaha yang dilakuakan dan merupakan kecakapan yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan angka. b. Selanjutnya Soemantri (2001 : 1) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar dimana untuk mengungkapnya biasanya menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan sekolah oleh guru. Dalam dunia pendidikan khususnya sekolah hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu.
c. Sejalan dengan pendapat tersebut Mappa (1988 : 20) berpendapat bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu yang menggunakan tes standar alat ukur keberhasilan belajar seorang siswa. Jadi dalam hal ini keberhasilan belajar seorang siswa dalam menempuh proses belajar disekolah dapat dilihat dari standar yang digunakan. Sedangkan menurut Usman dan Setiawati (1995: 4) menjelaskan bahwa belajar menghasilkan perubahan dalam diri seseorang sebagai hasil dari belajar atau prestasi dari belajarnya itu. Dari tiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri individu yang belajar, bukan saja perubahan yang mengenai pengetahuan, tetapi juga kemampuan untuk membentuk kecakapan dalam bersikap. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu. 1.5.2 Bilangan cacah didefinisikan sebagai bilangan yang digunakan untuk menyatakan cacah anggota atau kardinalitas suatu himpunan. Sedangkan operasi perkalian bilangan cacah pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai hasil penjumlahan berulang bilangan bilangan cacah. Pendapat Mukhtar A. Karim dkk, (2001 : 99-102). 1.5.3 Pendekatan Matematika Realistik didasarkan pada anggapan Hans Freudenthal yang mengemukakan bahwa matematika adalah kegiatan manusia. Menurut pendekatan ini, kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat
siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah masalah nyata. Disini matematika dilihat sebagai kegiatan manusia yang bermula dari pemecahan masalah (Dolk, 2006). Dalam Nyimas Aisyah, 2007 : 7.3. Karena itu, siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dibawah bimbingan guru. 1.5.4 Matematisasi yaitu proses mematematikakan dunia nyata. Proses ini digambarkan oleh de Lange (Hadi, 2005 dalam Nyimas Aisyah, 2007 : 7.3) sebagai lingkaran yang tak berujung.