BAB I PENDAHULUAN. Secara konseptual desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang. tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pengelolaan kurikulum dan pembelajaran dalam implementasi MBSdi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa dan Negara yang otentik

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 22 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau

Studi tentang pelaksanaan pengajaran geografi di sekolah standar nasional. Oleh : Siti Zahratul Hajar NIM K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

PENGARUH KOMITE, PENGAWAS DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMAN 7 PURWOREJO TESIS

BAB I PENDAHULUAN. dan senantiasa berlangsung secara alami sebagaimana pada era-era sebelumnya,

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa maju pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia maupun di berbagai negara, bahwa komponen yang paling kuat

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), cet. 1, hlm Rohiat, Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Manajemen Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

1. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS DALAM BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007: Peluang dan Tantangan Bagi Pustakawan 1

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan di Indonesia yang tercantum dalam UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENDIDIKAN AL QUR AN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara konseptual desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu lembaga yang lebih rendah kedudukannya menerima pelimpahan kewenangan untuk melaksanakan segala tugas pelaksanaan pendidikan termasuk pemanfaatan segala sarana dan prasarana yang ada serta penyusunan kebijakan dan pembiayaan. Isu terpenting dari desentralisasi pendidikan adalah otoritas yang diserahkan. Penyerahan wewenang dan tanggung jawab pendidikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dari pemerintah daerah tingkat I kepada pemerintah daerah tingkat II dan dari pemerintah daerah tingkat II kepada sekolah dan bahkan dari sekolah kepada guru, tetapi harus tetap dalam kerangka pendidikan nasional. Manajemen pendidikan berbasis pusat yang selama ini telah dilakukan memiliki banyak kelemahan, antara lain keputusan pusat yang sering kurang sesuai dengan kebutuhan sekolah, administrasi yang berlebihan yang dikarenakan berlapis-lapis birokrasi yang terlalu banyak telah menyebabkan kelambatan dalam menangani setiap permasalahan sehingga kurang optimalnya kinerja sekolah. Manajemen berbasis pusat juga telah menghambat daya kreativitas sekolah dan mengikis habis rasa kepemilikan warga sekolah terhadap sekolahnya.

2 Pengelolaan khusus di bidang pendidikan yang dikenal dengan otonomi pendidikan melatar belakangi penerapan manajemen berbasis sekolah pada setiap lembaga pendidikan. Dengan penerapan demokrasi pendidikan ini dalam kerangka manajemen berbasis sekolah, masing-masing lembaga dihadapkan dengan berbagai masalah dan tuntutan seiring perkembangan di segala bidang. Sekolah diberikan otonomi yang lebih besar dalam kewenangan dan pengelolaan dengan menerapkan keputusan partisipasif, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Diberlakukannya paradigma baru ini memungkinkan sekolah memiliki otonomi yang seluas-luasnya, yang menuntut peran masyarakat secara optimal, dan menjamin kebijakan nasional yang terabaikan. Selama ini masyarakat sebagai bagian tak terpisahkan dari pengelolaan pendidikan seringkali hanya bersifat pelengkap. Sekolah yang merupakan kepanjangan tangan pemerintah seringkali meletakkan dan memposisikan masyarakat sebagai pendukung kebijakan sekolah. Karena itu peran masyarakat yang mestinya sejajar dengan sekolah tidak tampak. Bahkan masyarakat dimarjinalkan karena dianggap sebagai pelengkap belaka. Akan tetapi dengan paradigma baru ini, sekolah sebagai lembaga pendidikan terdepan memiliki wewenang yang besar dalam mengelola dan menentukan arah pertumbuhan dan perkembagan lembaganya. Selain itu, dengan MBS peran serta masyarakat menduduki tempat yang urgent karena disini sekolah dituntut untuk mandiri walaupun masih harus mengacu pada kebijakan atau acuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah (tujuan pendidikan nasional). Masyarakatlah yang

3 tahu persis apa yang menjadi kebutuhannya dan apa yang diharapkannya dari generasi muda di masa mendatang. Di samping itu, setiap masyarakat mempunyai budaya dan adat istiadat yang beranekaragam, sehingga antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya mempunyai kebutuhan yang berbeda. Kebijakan dari manajemen berbasis sekolah erat kaitannya dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, UU No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004. Kebijakan tersebut merupakan paradigma baru yang telah memberikan kewenangan kepada sekolah dan masyarakat setempat untuk mengelola pendidikan. Model ini juga akan menyerahkan fungsi kontrol berada pada pemerintah kepada masyarakat melalui dewan sekolah yang sementara fungsi monitor tetap pada pemerintah. Dengan demikian disimpulkan bahwa latar belakang pemikiran diterapkannya MBS adalah keprihatinan akan rendahnya mutu pendidikan, terutama untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. SMPN 3 Kotabumi adalah salah satu lembaga pendidikan di Lampung Utara yang berkomitmen terhadap mutu agar mampu menjadi sekolah terbaik di Lampung Utara. SMPN 3 Kotabumi dituntut untuk memiliki kualitas baik sehingga harus terus mencari sesuatu yang baru dan mampu mengembangkan ide-ide baru dalam pembelajaran dan pola manajemen yang tepat bagi warga sekolah. Menjawab persoalan bagaimana memberikan kualitas yang terbaik, SMPN 3 Kotabumi selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dengan memperbaiki sistem yang ada melalui Manajemen Berbasis Sekolah, dengan program peningkatan/ pengembangan SDM, sarana dan prasarana dan pembiayaan. Program

4 pengembangan SDM agar profesional adalah program wajib bagi warga sekolah, sedangkan pengembangan sarana dan prasarana disesuaikan dengan biaya yang ada dan program peningkatan biaya sekolah berusaha membuat program yang ditujukan kepada pemerintah, komite dan dunia usaha, hal itu semua untuk meningkatkan kualitas sekolah. SMPN 3 Kotabumi sangat memperhatikan kualitas para siswa baik di bidang akademik maupun non akademik dan dalam mempertahankan prestasinya diperlukan manajemen yang efektif dan mampu meningkatkan kualitas SMPN 3 Kotabumi. Kualitas disini tidak hanya menyangkut kualitas pembelajaran tapi kualitas menyeluruh, baik untuk siswa, guru, kepala sekolah, staf maupun orang tua siswa, sehingga mampu menjaga dan mempertahankan apa yang telah dilakukan saat ini, agar mampu bersaing dalam bidang pendidikan di Lampung Utara. Dalam peningkatan mutu pendidikan di SMPN 3 Kotabumi, diperlukan upaya pengelolaan pendidikan yang lebih tertata baik, dan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah manajemen berbasis sekolah. Adapun Visi SMP Negeri 3 Kotabumi yaitu mewujudkan siswa smp negeri 3 kotabumi menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berilmu pengetahuan, cerdas, terampil dan mandiri. Berikut Tabel tenaga pendidik dan kependidikan yang mengajar di SMP Negeri 3 Kotabumi.

5 Tabel 1.1 Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMPN 3 Kotabumi NO STATUS SLTA PENDIDIKAN TERAKHIR D1 / D2 D3 S1 S2 JML 1 Guru PNS - - - 55-55 2 Guru Honor - - - - - - 5 Karyawan / TU 4 1 3 2-10 Jumlah Total 4 4 3 57-65 Sumber: Dokumentasi SMP Negeri 3 Kotabumi Tahun 2013 Berikut prestasi yang telah diraih siswa-siswi SMPN 3 Kotabumi: Tabel 1.2. Prestasi Siswa SMPN 3 Kotabumi No. Jenis Lomba/Dalam Rangka Tahun Juara 1. Lomba cerdas cermat tingkat kabupaten 2013 Juara 1 2. Lomba footsall tingkat kabupaten 2013 Juara 2 3. Lomba basket tingkat kabupaten 2013 Juara harapan 3 4. Lomba pidato bahasa inggris tingkat kabupaten 2013 Juara 2 5. Lomba OSN tingkat kabupaten 2013 Juara 2 6. Lomba Tari Kreasi Daerah tingkat 2013 Juara 3 propinsi Sumber: Dokumentasi Prestasi Siswa SMPN 3 Kotabumi Tahun 2013 Tabel di atas menunjukkan prestasi siswa SMPN 3 Kotabumi, selain itu guru SMPN 3 Kotabumi berprestasi di bidang penulisan karya ilmiah Penelitian Tindakan Kelas tingkat propinsi juara II pada tahun 2010 dan mendapatkan juara I tingkat Kabupaten tahun 2011. Dari informasi yang didapat pada saat survei, diketahui bahwa kekurangan dana adalah masalah yang paling banyak ditemukan dalam pelaksanaan implementasi

6 MBS, begitupun bantuan yang sudah ada aturannya sehingga pihak sekolah harus menerima apa adanya, dapat disimpulkan bahwa dana masih harus digali agar semua program tidak mengalami kendala dan juga aturan yang datang dari atasan harus dilaksanakan sebagaimana mestinya. Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti di SMPN 3 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara pada 2 Mei 2013, diketahui bahwa Manajemen Basis Sekolah (MBS) telah dilaksanakan sejak tahun 2006. Namun demikian, kenyataan yang ditunjukkan saat ini MBS masih dalam tatanan konseptual yang masih belum sepenuhnya diterapkan, yang sangat dimungkinkan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Di samping hal-hal lain seperti perumusan kebijakan arah pendidikan yang direncanakan. Hasil survei peneliti menunjukkan bahwa MBS di SMPN 3 Kota Bumi belum sepenuhnya berjalan. Hal ini terlihat pada terdistribusi jam mengajar tida sesuai jadwl, selain itu peneliti lihat masih terdapat guru yang mengajar tidak linier, serta sarana prasarana belum semua terpenuhi. Bertolak dari uraian latar belakang belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut sehingga dapat ditindaklanjuti dalam bentuk kegiatan penelitian, terutama mengenai implementasi MBS di SMP Negeri 3 Kotabumi. SMPN 3 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa sekolah ini termasuk kategori sekolah unggulan dan juga letak sekolahnya berada pada lokasi strategis di jantung kota.

7 1.2 Fokus Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena itu maka fokus utama penelitian ini adalah bagaimanakah implementasi manajemen berbasis sekolah di SMPN 3 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara. Adapun yang menjadi sub fokus penelitian ini sebagai berikut: 1.2.1 Pengelolaan kurikulum dan pembelajaran dalam implementasi MBS. 1.2.2 Pengelolaan kesiswaan dalam implementasi MBS. 1.2.3 Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan dalam implementasi MBS. 1.2.4 Pengelolaan sarana prasarana dalam implementasi MBS. 1.2.5 Pengelolaan pembiayaan dalam implementasi MBS. 1.2.6 Pengelolaan Humas dalam implementasi MBS 1.2.7 Pengelolaan lingkungan dan budaya dalam implementasi MBS. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian yakni implementasi MBS, maka dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.3.1 Pengelolaan kurikulum dan pembelajaran dalam implementasi MBS? 1.3.2 Pengelolaan kesiswaan dalam implementasi MBS? 1.3.3 Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan dalam implementasi MBS? 1.3.4 Pengelolaan sarana prasarana dalam implementasi MBS? 1.3.5 Pengelolaan pembiayaan dalam implementasi MBS? 1.3.6 Pengelolaan Humas dalam implementasi MBS? 1.3.7 Pengelolaan lingkungan dan budaya dalam implementasi MBS?

8 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian serta pertanyaan penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan: 1.4.1 Pengelolaan kurikulum dan pembelajaran dalam implementasi MBS. 1.4.2 Pengelolaan kesiswaan dalam implementasi MBS. 1.4.3 Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan dalam implementasi MBS. 1.4.4 Pengelolaan sarana prasarana dalam implementasi MBS. 1.4.5 Pengelolaan pembiayaan dalam implementasi MBS. 1.4.6 Pengelolaan Humas dalam implementasi MBS 1.4.7 Pengelolaan lingkungan dan budaya dalam implementasi MBS. 1.5 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kegunaan penelitian ini sebagai berikut: 1.5.1 Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk membuat sebuah pedoman dalam upaya peningkatan mutu pendidikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah, agar memperoleh hasil yang maksimal dan dapat memberikan informasi kepada stakeholder dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

9 1.5.2 Secara Praktis 1.5.2.1 Bagi guru dan karyawan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan lingkup SMP Negeri 3 Kotabumi. 1.5.2.2 Bagi Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah SMPN 3 Kotabumi dapat dijadikan sebagai masukan untuk kemajuan dan pengembangan SMPN 3 Kotabumi. 1.5.2.3 Bagi Dinas Pendidikan sebagai bahan masukan dan informasi yang positif terhadap optimalisasi pengelolaan penyelenggaraan pendidikan di SMP Negeri 3 Kotabumi. 1.5.2.4 Bagi Komite Sekolah dapat dijadikan sebagai masukan dalam mencari dana untuk pengembangan sekolah. 1.5.2.5 Bagi peneliti, menambah wawasan peneliti tentang manajemen berbasis sekolah. 1.6 Definisi Istilah Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini maka perlu adanya penjelasan dari judul Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Studi Kasus di SMPN 3 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara) adalah sebagai berikut: 1.6.1 Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan, kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan atau mekanisme suatu sistem. Mekanisme disini mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan

10 dengan sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. 1.6.2 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah model manajemen yang memberikan otonomi dalam mengelola sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau mencapai tujuan mutu sekolah dalam pendidikan nasional. 1.6.3 SMPN 3 Kotabumi adalah penyelenggara pendidikan formal yang berlokasi di Jalan Wredatama Nomor 56/B Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara sebagai tempat penelitian. 1.6.4Pengelolaan kurikulum dan pembelajaran yaitu sekolah dapat mengembangkan namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional termasuk di dalamnya memilih strategi, metode dan teknik pembelajaran serta pengajaran yang paling efektif. 1.6.5 Pengelolaan kesiswaan suatu bentuk pertanggungjawaban dari penerimaan siswa baru, pengembangan, pembinaan, pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja hingga pengurusan alumni dari dulu telah didesentralisasika. 1.6.6 Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan bentuk pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam suatu sekolah dari pembgian tugas sampai pada perekrutann.

11 1.6.7 Pengelolaan sarana prasarana merupakan suatu kegiatan untuk mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 1.6.8 Pengelolaan pembiayaan bentuk pertanggungjawaban kepada pihak yang berkepentingan atas kegiatan penerimaan, pengelolaan dan penggunaan keuangan dalam periode tertentu.