BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didasarkan pada penyimpangan kondisi sehat. Pengukuran sebenarnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang ikut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. salah satu aspek dalam status kesehatan umum dan kesejahteraan hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia diprediksi akan meningkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisik, psikis dan sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelompok usia lain dan diperkirakan pada tahun 2015 populasi lanjut usia di

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap lingkungan dan umpan balik yang diterima dari respons tersebut. 12 Perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum (Malik, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

PENGARUH PH PLAK TERHADAP ANGKA KEBERSIHAN GIGI DAN ANGKA KARIES GIGI ANAK DI KLINIK PELAYANAN ASUHAN POLTEKKES PONTIANAK TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi

GAMBARAN PERILAKU MENYIKAT GIGI DENGAN KEJADIAN GIGI BERLUBANG PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD YBPK KEDIRI

ل ق د خ ل ق ن ا ال إ ن س ان ف ي أ ح س ن ت ق و يم

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. menyerang jaringan keras gigi seperti , dentin dan sementum, ditandai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi (pit, fissures,

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menilai kesehatan rongga mulut secara umum. Kebiasaan yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kualitas Hidup a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut Hidup sehat merupakan bagian dari kualitas hidup (Tulangow, dkk., 2013). Kualitas hidup adalah kemampuan fungsional akibat penyakit dan pengobatan yang diberikan menurut pandangan atau perasaan pasien (Ware dan Sherbourne, 1992). World Health Oragnization menyarankan agar kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan diukur dalam tiga hal, yaitu melihat ada tidaknya kelainan patologis, mengukur fungsi, dan penilaian individu atas kesehatannya (Tampubolon, 2005) Kesehatan gigi dan mulut (oral health) menurut WHO memiliki arti bebas dari nyeri kronik pada rongga mulut, kelainan konginetal seperti bibir atau palatum sumbing, penyakit periodontal, kerusakan dan kehilangan gigi, dan penyakit atau gangguan lainnya yang mempengaruhi rongga mulut (Khasanah dan Priyanto, 2012). Oral Health Related Quality of Life adalah kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan gigi dan mulut yang mengukur presepsi seseorang terhadap dampak fungsional dan 9

10 psikososial yang ditimbulkan oleh kelainan gigi dan mulut (Iqbal, dkk.,2015). Status kesehatan mulut yang dihubungkan dengan kualitas hidup didapatkan hasil permasalahan kesehatan mulut yang serius dan dapat menurunkan kualitas hidup para pasien (Caglayan, dkk., 2009). b. Pengukuran kualitas hidup Pengukuran-pengukuran Oral Health Related Quality of Life bertujuan untuk mengetahui keadaan kesehatan mulut yang berdampak kepada kualitas hidup. Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup antara lain (Sirohi, dkk., 2015) : 1) Geriatric Oral Health Assesment Index (GOHAI) Geriatric Oral Health Assesment Index terdiri dari 12 pertanyaan untuk tiga dimensi, yaitu fungsi fisik, psikososial, dan rasa sakit atau ketidaknyamanan (Mesko, dkk., 2013). Geriatric Oral Health Assesment Index merupakan salah satu instrument untuk mengukur kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan rongga mulut yang lebih direkomendasikan untuk survey klinis dan epidemiologi yang menilai kesehatan rongga mulut pada lansia, instrument GOHAI lebih sensitif terhadap perawatan dental dan kemampuan pengunyahan (Othman, dkk., 2006).

11 2) Child Perceptions Qustionnaire (CPQ) Child Perceptions Qustionnaire dibuat di Kanada pada tahun 2002 2006 untuk mengukur kualitas hidup terkait kesehatan rongga mulut pada anak dengan kelompok usia tertentu dengan berbagai kondisi gigi, orthodontik, dan orofacial (Akbar, dkk., 2016). Instrument ini dikategorikan empat kelompok yaitu gejala oral, keterbatasan fungsional, dan kesejahteraan emosional dan sosial. Child Perceptions Quistionnnaire merupakan bagian dari kuisioner kualitas hidup yang spesifik untuk anak dengan kelompok usia 6 7 tahun, 8 10 tahun, dan 11-14 tahun, kelompok usia tersebut dibuat karena dianggap memiliki kemampuan kognitif yang homogen (Martins, dkk., 2009). 3) Oral Health Impact Profile-14 Oral Health Impact Profile-14 merupakan salah satu instrument yang cocok untuk mengukur OHRQoL yang didasari oleh klasifikasi WHO yaitu kelemahan, ketidakmampuan, handicap dan telah digunakan untuk mengukur ketidakmapuan oral. Menurut Slade dan Spancer tahun 1994 OHIP-14 merupakan modifikasi dari OHIP-49 yang lebih singkat yang mencakup tujuh dimensi yaitu, keterbatasan fungsi, rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis

12 ketidakmampuan sosial, dan handikap. Tujuh dimensi tersebut merupakan dampak akibat dari kelainan atau permasalahan pada rongga mulut yang memberi pengaruh pada kualitas hidup. OHIP-14 telah di validasi dalam beberapa bahasa anatar lain China, Spanyol, Swedia, Italia, Jerman, Yunaini dan Portugis (Aguilera, dkk., 2014). Terdapat beberapa kelebihan OHIP-14 antara lain, lebih OHIP-14 disukai oleh para peneliti dibandingkan dengan OHIP-49 karena lebih praktis dari segi jumlah pertanyaan, OHIP-14 juga kuesioner yang tepat, valid dan bisa digunakan untuk melihat kulitas hidup terkait kesehatan mulut pada orang dewasa (Sirohi, dkk., 2015) 4) Oral Impact on Daily Performance (OIDP) Oral Impact on Daily Performance terdiri dari delapan item untuk anak usia 11-12 tahun yang bertujuan untuk mengevaluasi dampak kesehatan mulut pada kemampuan anak untuk melakukan aktifitas sehari-hari termasuk pengukuran dimensi fisik, psikologis dan sosial. Instrument ini fokus pada 10 aktivitas dasar sehari-hari yaitu, makan, berbicara, membersihkan mulut, aktivitas fisik ringan, tidur, relaks, senyum, keadaan emosional, jalan ke luar dan menikmati berinteraksi dengan orang lain (Eric, dkk., 2012).

13 2. Karies Gigi a. Definisi karies gigi Karies berasal dari bahasa latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi atau gigi berlubang adalah suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivasi suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan (Kidd dan Bechal, 1991). Streptococcus mutans dan Lactobacillus merupakan bakteri yang bertanggung jawab terhadap terjadinya karies gigi (Ramayanti, 2013). Karies sering terjadi pada dewasa muda dan tua sehingga apabila tidak dirawat maka akan bertambah buruk dan dapat menimbulkan rasa sakit yang berpotensi menyebakan kehilangan gigi (Anshary, dkk., 2014). Karies gigi memiliki dampak luas, meliputi ketebatasan fungsi, rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisi, psikis dan sosial (Tulangow, dkk., 2013). b. Etiologi karies gigi Karies gigi dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yang terjadi karena adanya faktor yang saling mendukung, yaitu faktor host atau gigi, mikrooganisme, substrata atau diet dan faktor waktu untuk membentuk kavitas gigi (Kidd dan Bechal, 1991). Karies gigi dapat terjadi jika keempat faktor tersebut ada.

14 Gambar 1. Etiologi Karies Gigi (Kidd dan Bechal, 1991) 1) Host atau gigi Faktor-faktor dari gigi yang berpengaruh terhadap peningkatan karies antara lain yaitu bentuk gigi dengan pit dan fisur yang dalam lebih mudah terserang karies, posisi gigi yang berjejal dan susunanya tidak teratur lebih susah dibersihkan, sehingga plak akan mudah berkembang dan dapat menyebabkan karies gigi (Kidd dan Bechal, 1991). 2) Mikroorganisme Mikroorganisme yang sangat berperan pada terjadinya karies gigi adalah Streptococcus mutans dan Lactobacillus. Streptococcus mutans dan Lactobacillus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu membentuk asam karbohidrat

15 yang dapat diragikan (Corby, dkk., 2005). Plak adalah suatu massa padat yang merupakan kumpulan bakteri yang tidak terklasifikasi, melekat erat pada permukaan gigi, tahan terhadap pelepasan dengan berkumur atau gerakan fisiologis jaringan lunak. Plak akan terbentuk pada semua permukaan gigi dan tambalan. Perkembangannya paling baik pada daerah yang sulit untuk dibersihkan, seperti daerah tepi gingival, pada permukaan proksimal dan di dalam fisur. Bakteri yang kariogenik tersebut akan memfermentasi sukrosa menjadi asam laktat yang sangat kuat sehingga mampu menyebabkan demineralisasi (Soet, dkk., 2008). 3) Substrat atau diet Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang diminum sehari-hari yang menempel pada gigi. Faktor substrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme pada permukaan enamel. Karbohidrat memiliki peran penting dalam pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel. Sintesa polisakharida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat dari pada glukosa, fruktosa, dan laktosa. Sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik, karena sukrosa merupakan gula yang banyak dikonsumsi (Bradshaw dan Lynch, 2013).

16 Makanan dan minuman yang mengandung gula dapat menurukan ph plak dengan cepat sampai pada level yang dapat mengakibatkan demineralisasi pada email. Konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan ph di bawah normal dan menyebabkaan demineralisasi email terus terjadi (Gupta, dkk., 2013). 4) Waktu Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat mempengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengkonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan ph, ph dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Karies gigi tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun (Ozdemir, 2014). c. Faktor risiko karies gigi Beberapa faktor luar yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan proses terjadinya karies gigi (Suwelo, 1992) Antara lain : 1) Usia Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah kariespun akan bertambah. Hal tersebut dapat terjadi karena

17 faktor resiko karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. 2) Jenis kelamin Prevalensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibanding pria, begitu juga pada gigi anak-anak, hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding laki-laki, sehingga gigi anak perempuan lebih lama dalam mulut dan berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies. 3) Suku bangsa Perbedaan status karies gigi berdasarkan suku bangsa lebih karena sosial ekonomi, pendidikan, makanan, cara pencegahan karies, dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda di setiap suku tersebut. 4) Letak geografis Perbedaan prevalensi karies gigi juga ditemukan pada penduduk yang letak geografisnya berbeda. Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan ini antara lain, karena perbedaan lamanya matahari bersinar, suhu, cuaca,air, keadaan tanah dan jarak dari laut. 5) Kultur sosial penduduk Faktor yang mempengaruhi perbedaan status karies gigi berdasarkan kultur sosial penduduk ini adalah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan antara lain dengan diet dan

18 kebiasaan merawat gigi. Perilaku sosial dan kebiasaan akan mempengaruhi perbedaan jumlah karies. 6) Kesadaran, sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi Perilaku kesehatan adalah usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk memelihara kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan apabila terjadi sakit. Perilaku peningkatan kesehatan serta pemilihan makanan dan minuman yang baik dapat memelihara kesehatan seseorang (Notohartojo dan Ghani, 2015). d. Indeks DMFT (Decay Missing Filling Teeth) Indeks dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan suatu penyakit mulai dari ringan sampai berat. Menurut WHO tahun 2012, menyatakan bahwa status karies dapat dihitung dengan indeks dmft dan DMFT yang terdiri atas : nilai DMFT, angka D adalah gigi yang berlubang karena karies gigi, angka M adalah gigi yang dicabut karena karies gigi, angka F adalah gigi yang ditambal atau di tumpat karena karies (WHO, 2012). Kriteria DMF-T menurut WHO tahun 1997 (WHO, 1997 cit. Depkes, 1999) 1) Skor 0,0-1,1 termasuk dalam kriteria sangat rendah 2) Skor 1,2-2,6 termasuk dalam kriteria rendah 3) Skor 2,7-4,4 termasuk dalam kriteria sedang

19 4) Skor 4,5-6,5 termasuk dalam kriteria tinggi 5) Skor > 6,6 termasuk dalam kriteria sangat tinggi e. Dampak karies gigi terhadap OHRQoL (Oral Health Related Qaulity of Life) Mulut adalah bagian dari tubuh yang tidak boleh dipisahkan, karena kesehatan mulut akan mempengaruhi kesehatan umum, yaitu menimbulkan kesakitan yang hebat dan penderitaan yang merubah apa yang dimakan orang, biacara dan kualitas hidup serta kesejahteraannya (Ratmini dan Arifin, 2011). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, kelompok umur 10-24 tahun lebih banyak menderita karies gigi yakni 66,8-69,5%, keadaan ini menunjukan karies gigi terjadi pada golongan usia produktif (Depkes, 2007). Karies gigi mempunyai dampak yang luas, yaitu gangguan pada kualitas hidup antara lain keterbatasan fungsi gigi makanan sangkut, nafas bau, penceraan terganggu), disabilitas fisik (diet tidak memuaskan, menghindari makanan tertentu, tidak bisa menyikat gigi dengan baik, keluhan rasa sakit setiap mengunyah makanan, ngilu, sakit kepala, sakit rahang), ketidaknyaman psikis (merasa rendah diri, sangat menderita, kuatir), dan disabilitas psikis (tidur terganggu, sulit berkonsentrasi, merasa malu) (Tampubolon, 2005).

20 B. Kerangka Konsep Lingkungan Sosial Diet Suku Karies Gigi Dewasa Dampak Usia Jenis Kelamin Kualitas Hidup : 1. Keterbatasan fungsi 2. Rasa sakit fisik 3. Ketidaknyamanan psikis 4. Ketidakmampuan fisik 5. Ketidakmampuan psikis 6. Ketidakmampuan sosial 7. Handicap Gambar 2. Kerangka Konsep C. Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah: Terdapat hubungan antara status karies gigi dengan kualitas hidup (Oral Health Related Quality of Life) pada mahasiswa Prodi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.