BAB III PERANCANGAN SISTEM

dokumen-dokumen yang mirip
UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN INVERTER PWM 3 LEVEL. oleh Roy Kristanto NIM :

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER)

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III METODE PENELITIAN

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

PERANCANGAN SISTEM UPS SPS DENGAN METODE INVERTER SPWM BERBASIS L8038CCPD

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

Adaptor/catu daya/ Power Supply

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC

BAB I PENDAHULUAN. pengontrolan sumber tegangan AC 1 fasa dengan memafaatkan sumber

BAB III RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

RANCANG BANGUN SUPLAI DAYA LISTRIK BEBAN PARSIAL 200 WATT MENGGUNAKAN AKUMULATOR DENGAN METODA SWITCHING

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI

BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN DAYA AKI

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

Nama Praktikan :... NIM :... Program Studi :... Kelas :... Dosen Pengampu :...

BAB III PERANCANGAN SISTEM KENDALI EXHAUST FAN MENGGUNAKAN BLUETOOTH

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

RANCANG BANGUN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (ANGIN) UNTUK SISTEM PENERANGAN RUMAH TINGGAL

PENDAHULUAN. Modul Praktikum Rangkaian Linear Aktif. Lab. Elektronika Fakultas Teknik UNISKA

Perancangan Sistim Elektronika Analog

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

TUJUAN ALAT DAN BAHAN

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI

KINERJA KONVERTER ARUS SEARAH TIPE BUCK CONVERTER DENGAN UMPAN BALIK TEGANGAN BERBASIS TL494

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

RANCANG BANGUN MODUL INVERTER GELOMBANG SINUS MENGGUNAKAN LOW-PASS FILTER ORDE DUA SEBAGAI PENGUBAH GELOMBANG KOTAK MENJADI SINUS

RANCANG BANGUN MODUL INVERTER GELOMBANG SINUS MENGGUNAKAN LPF ORDE DUA SEBAGAI PENGUBAH GELOMBANG KOTAK MENJADI SINUS

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Desain Switch Mode Power Supply Jenis Push Pull. Converter Sebagai Catu Kontroler

Politeknik Negeri Bandung

PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER)

BAB III PERANCANGAN ALAT

Rancang Bangun Inverter Satu Fasa Menggunakan Teknik High Voltage PWM (Pulse Width Modulation)

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB III PERANCANGAN ALAT

RANCANG BANGUN MODUL BOOST CHOPPER VOLT DC 200 WATT BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 16 ABSTRAK

BAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D

Pengkonversi DC-DC (Pemotong) Mengubah masukan DC tidak teratur ke keluaran DC terkendali dengan level tegangan yang diinginkan.

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP

Transkripsi:

BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input CHARGER AKI KERING STEP UP inverter AKI KERING PEMBANGKIT SINYAL H-BRIDGE FILTER Output Gambar.. Blok diagram UPS Gambar. menunjukkan blok diagram keseluruhan sistem yang dirancang. Secara umum sistem yang dirancang terdiri dari dua bagian utama yaitu charger aki kering dan modul inverter. Modul charger aki kering berfungsi untuk mengisi aki kering yang berguna sebagai sumber tegangan cadangan yang menyuplai modul inverter. Sedangkan modul inverter berfungsi untuk mengubah tegangan DC menjadi AC. Inverter itu sendiri terdiri dari beberapa bagian penting seperti modul pembangkit sinyal, modul h-bridge, modul step-up (penaik) tegangan, dan modul filter..2. Perancangan Perangkat Keras Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai perancangan hingga perealisasian perangkat keras sistem. Perancangan perangkat keras meliputi perancangan pada modul charger aki kering otomatis dan modul inverter yang terdiri dari modul pembangkit sinyal, modul h-bridge, modul step-up tegangan, dan modul filter. 9

.2.. Modul Charger Aki Kering Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai perancangan perangkat keras modul charger aki kering beserta cara kerjanya. Modul charger aki kering ini membutuhkan sumber tegangan 2V yang berasal dari tegangan AC 220V yang sudah di step-down. Modul charger aki kering ini menggunakan SCR (Silicon Controlled Rectifier) sebagai komponen switchingnya. Pada dasarnya rangkaian charger aki kering yang dirancang ini memiliki cara kerja yang sangat sederhana, dimana rangkaian yang dirancang tidak terjadi short circuit atau hubungan pendek antara sumber tegangan dengan aki kering ketika aki kering yang dicharge sudah penuh. Ketika aki kering dihubungkan langsung dengan sumber tegangan maka aki kering akan terisi, tetapi arus yang mengalir melalui aki kering yang dicharge tidak bisa dikontrol. Arus yang tidak terkontrol ini lama-lama akan membuat aki kering menjadi rusak jika sudah penuh karena aki kering berada pada kondisi hubungan pendek. Gambar.2 berikut ini menunjukkan rangkaian charger untuk aki kering. Gambar.2. Modul charger aki kering Pada saat aki kering kosong, aki kering dipasang pada terminal pengisian. SCR akan langsung aktif dikarenakan arus akan mengalir melalui R dan akan memicu gate SCR. Pada kondisi ini arus yang akan mengisi aki kering sebagian besar berasal dari kolektor SCR yang terhubung langsung dengan terminal positif sumber tegangan. Kemudian selama proses pengisian berlangsung, kenaikan tegangan pada aki kering 20

akan memperbesar arus yang mengalir pada kaki gate SCR2 melalui R4, potensio/trimpot P, dan dioda D2. Potensio P merupakan komponen yang digunakan sebagai kalibrasi awal untuk menentukan posisi yang tepat dalam perencanaan proses switching rangkaian. Pada awal pengisian, potensio diatur sehingga led indikator dalam kondisi mati, serta arus yang mengalir masuk pada kaki anoda SCR tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Jika aki kering sudah terisi penuh maka led indicator secara otomatis akan menyala dikarenakan kenaikan tegangan pada aki kering yang dicharge akan menyebabkan kenaikan arus yang mengalir pada gate SCR2 serta akan memutuskan siklus pengisian karena SCR menjadi tidak aktif dikarenakan kekurangan arus gate. Kondisi tersebut dikarenakan hampir semua arus yang mengalir pada R akan berpindah ke dioda D..2.2. Modul Inverter Modul inverter merupakan bagian dari perangkar UPS yang akan mengubah tegangan DC menjadi AC dengan menggunakan sumber tegangan 2V dari aki kering. Inverter yang akan dirancang adalah inverter fasa dimana tegangan inputnya akan diatur secara konstan dan mempunyai keluaran sinus murni. Inverter ini dibuat dengan menggunakan metode PWM level. Inverter ini mempunyai 4 bagian utama yaitu modul pembangkit sinyal, modul H-bridge dengan menggunakan MOSFET tipe-n, modul step-up (penaik) tegangan, dan modul Band Pass Filter (BPF). Selanjutnya akan dijelaskan perancangan dan fungsi masing-masing bagian dari modul inverter..2.2.. Modul Pembangkit Sinyal Modul pembangkit sinyal merupakan gabungan dari beberapa modul dimana sinyal yang akan dihasilkan ada 4 buah, yaitu sebuah sinyal PWM dengan frekuensi khz (PWM ) beserta invertingnya (PWM 2) dan sinyal kotak (kotak ) dengan frekuensi 50 Hz beserta invertingnya (korak 2). Sinyal PWM dan PWM 2 didapat dengan membandingkan sinyal sinus 50 Hz dan segitiga khz, Sedangkan sinyal kotak dapat dihasilkan langsung dari XR2206 dan sinyal kotak 2 dihasilkan dari inverting kotak dari opamp LM24. Secara keseluruhan, modul pembangkit sinyal dapat ditunjukkan oleh diagram blok pada gambar. berikut ini. 2

sinus 2 segitiga - + OPAMP LM24 PWM 6 sinus - 2 segitiga OPAMP LM24 + PWM 2 7 XR-2206 kotak 4 ground 4 kotak + - OPAMP LM24 5 kotak 2 Gambar.. Diagram blok pembangkit sinyal 22

Mula-mula modul sinyal yang dibuat adalah pembangkit sinyal sinus dan sinyal segitiga. Sinyal sinus dan segitiga ini dihasilkan dengan menggunakan IC XR-2206. Sinyal sinus yang dihasilkan mempunyai frekuensi 50Hz dan sinyal segitiganya khz. Frekuensi pada rangkaian pembangkit sinyal sinus dan segitiga dapat dicari dengan menggunakan rumus f = RC dimana R merupakan resistor yang terhubung pada kaki 7 XR2206 dan C merupakan kapasitor yang terhubung antara kaki 5 dan 6 XR-2206 4 Gambar.4. Rangkaian penghasil sinyal sinus dan kotak 50Hz 2

Gambar.5. Sinyal sinus dengan frekuensi 50Hz 2 Gambar.6. Rangkaian penghasil sinyal segitiga khz 24

Gambar.7. Sinyal segitiga dengan frekuensi khz Lalu sinyal sinus dan segitiga yang sudah dihasilkan digunakan untuk membuat sinyal PWM (PWM ) dan invertingnya (PWM 2) dengan menggunakan LM24. Sinyal PWM dihasilkan dengan membandingkan sinyal sinus pada kaki non-inverting LM24 dan sinyal segitiga pada kaki inverting LM24. Sedangkan sinyal PWM 2 dihasilkan dengan membandingkan sinyal sinus pada kaki inverting LM24 dan sinyal segitiga pada kaki non-inverting LM24. Untuk sinyal kotaknya (kotak ) dihasilkan langsung oleh IC XR-2206, sedangkan inverting sinyal kotaknya (kotak 2) dihasilkan dengan membandingkan sinyal kotak dengan ground menggunakan LM24 juga. Gambar.8, gambar.9, gambar.0, dan gambar. berikut ini menunjukkan sinyal yang dihasilkan oleh modul yang dibuat Gambar.8. Sinyal PWM (PWM ) 25

Gambar.9. Sinyal inverting PWM (PWM 2) Gambar.0. Sinyal kotak (kotak ) Gambar.. Sinyal inverting kotak (kotak 2) 26

.2.2.2. Modul H-bridge Modul H-bridge yang dirancang ini terdiri dari 4 buah MOSFET tipe-n dengan tipe IRFP460 yang menggunakan IC IR20 sebagai drivernya. Rangkaian H-bridge ini mempunyai 4 kondisi, yaitu MOSFET kiri atas on lalu MOSFET sebelah kanan bagian atas dan bawah akan on secara bergantian. Kemudian kondisi berikutnya adalah ketika MOSFET sebelah kiri bawah on, maka MOSFET sebelah kiri atas akan off dan MOSFET sebelah kanan bagian atas dan bawah akan on secara bergantian pula. Untuk masing-masing kondisi pada modul H-bridge ini mempunyai keluaran yang berbedabeda, seperti Tabel. berikut ini Tabel.. Pensaklaran H-Bridge dengan MOSFET Tipe-N Kiri Atas Kanan Atas Kiri Bawah Kanan Bawah Tegangan On Off Off On Positif Off On On Off Negatif On On Off Off Nol Off Off On On Nol Berdasarkan tabel pensaklaran H-bridge tersebut, keluaran yang akan dihasilkan ada tiga jenis yaitu positif, nol, dan negatif. Gambar.2 berikut ini menunjukkan sebelah kiri dari rangkaian H-bridge dengan IR20 yang berfungsi sebagai drivernya. IR20 yang sebelah kiri ini dikontrol dengan menggunakan sinyal kotak pada bagian HIN-nya dan sinyal kotak 2 (inverting kotak) pada bagian LIN-nya. 27

8 4 5 9 Gambar.2. Rangkaian sebelah kiri H-bridge Gambar. berikut ini menunjukkan sebelah kanan dari rangkaian H-bridge dengan IR20 yang berfungsi sebagai drivernya. IR20 yang sebelah kanan ini dikontrol dengan menggunakan sinyal PWM pada bagian HIN-nya dan sinyal PWM 2 (inverting kotak) pada bagian LIN-nya. 8 6 7 0 Gambar.. Rangkaian sebelah kanan H-bridge Pada gambar.4 menunjukkan sinyal keluaran PWM level yang merupakan gabungan dari rangkaian sebelah kiri dan kanan H-bridge (tanpa menggunakan modul step-up tegangan). Sinyal dilihat dengan menggunakan osiloskop pada kaki PWM (+) dan PWM (-). 28

Gambar.4. Sinyal PWM level.2.2.. Modul Step-up Tegangan Modul step-up tegangan dirancang untuk menaikkan tegangan keluaran pada modul H-bridge. Tegangan yang dibutuhkan adalah tegangan DC sebesar V. Mulamula aki kering 2V digunakan untuk mencatu IC 4047 yang berfungsi sebagai penghasil sinyal kotak dengan keluaran high sebesar 2V dan low sebesar 0V. Sinyal kotak ini masuk ke bagian sekunder trafo untuk distep up. Trafo yang digunakan adalah 2 buah trafo A yang dipasang secara parallel. Pada bagian primer trafo akan menghasilkan tegangan kotak AC sebesar 220V, kemudian disearahkan dengan diode agar memperoleh tegangan DC sebesar V. Gambar.5 berikut ini menunjukkan rangkaian dari modul step-up tegangan output input 8 Gambar.5. Rangkaian step-up tegangan 29

.2.2.4. Modul BPF (Band Pass Filter) Filter yang digunakan pada perancangan ini adalah Band Pass Filter. BPF (Band Pass Filter) adalah filter yang akan meloloskan sinyal pada range frekuensi di atas frekuensi batas bawah (f L ) dan di bawah frekuensi batas atas (f H ). Berdasarkan faktor kualitasnya (Q), BPF ini terdiri dari 2 macam yaitu BPF bidang lebar dan BPF bidang lebar. Bila nilai Q kurang dari 0, maka BPF dapat digolongkan sebagai BPF bidang lebar. Bila nilai Q lebih dari 0, maka BPF dapat digolongkan sebagai BPF bidang sempit. Perhitungan factor kualitas untuk BPF dapat dicari dengan dimana : Q Q = = faktor kualitas f c BW = f c = f H f L BW = band width / lebar pita (hz) f c = frekuensi cut off (hz) f H f L f H f L Salah satu rangkain BPF yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan komponen L (inductor) dan C (kapasitor) seperti gambar.6 Gambar.6. BPF dengan komponen LC Fungsi alih untuk rangkaian filter tersebut adalah Vo(jw ) Vi(jw ) = jwc jwc +jwl jwc x jwc = wo 2 LC Nilai Av tersebut akan maksimum jika wo 2 LC = 0, jadi 0

= wo 2 LC wo 2 = dimana wo = 2πfo maka frekuensi pusatnya (fo) LC fo = 2π LC Jadi untuk BPF dengan pusat frekuensi 50Hz dan menggunakan nilai C = 0uF, nilai L dapat dicari dengan L = 4π 2. f 2 o. C = 4π 2. 50 2. 0x0 6 L =,02 H Gambar.7 berikut ini menunjukkan BPF (Band Pass Filter) yang dipasang pada keluaran H-bridge 0 9 2 Gambar.7. Band Pass Filter LC