BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pernikahan muda pada dasarnya merupakan bagian dari budaya masyarakat tertentu. Minimnya akses mendapatkan fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah, dan asupan gizi yang kurang memadai adalah beberapa faktor risiko penyebab kematian ibu dan anak akibat menikah di usia muda. Dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menggariskan bahwa batas usia minimal menikah untuk perempuan adalah 16 tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006 menunjukkan bahwa 12,56 % wanita berumur 10 tahun ke atas menikah pertama kali pada usia 15 tahun ke bawah. Sementara mereka yang menikah pertama kali pada usia 16 tahun (batas usia legal untuk menikah) hanya 9,84%. Pernikahan usia muda seperti ini berimplikasi pada peningkatan jumlah ibu melahirkan di usia yang sangat muda dan pada akhirnya meningkatkan risiko kematian ibu. Pernikahan muda ini juga menyebabkan perempuan terpaksa putus sekolah karena dia harus mengurus keluarga. 1 Pada tahun 2006 Angka statistik pernikahan muda secara nasional sendiri di Indonesia menunjukkan sekitar 25 %. Bahkan beberapa daerah melebihi angka tersebut seperti di Jawa Timur (39,43 %), Kalimantan (35,48%), Jambi (30.63 %), Jawa Barat (36 %) dan Jawa Tengah (27,84 %). Untuk mengetahui jumlah praktik pernikahan muda adalah melalui angka kematian ibu dan bayi. 1
Angka kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi di suatu wilayah dapat mengindikasikan rendahnya indeks pembangunan manusia di daerah tersebut yang disebabkan oleh praktik pernikahan muda yang masih umum terjadi. Jumlah perempuan yang pernah kawin di Jawa Tengah sebesar 37,13 % menikah pada umur 16-18 tahun, dan sebesar 39,00 % menikah pada umur 19-24 tahun. Meskipun demikian ternyata di Jawa Tengah masih relatif banyak perempuan yang menikah pada usia di bawah 16 tahun yaitu sebesar 13,75 %. 2 Perkawinan dan kehamilan muda banyak terjadi di pedesaan. Dibeberapa daerah, dominasi orang tua biasanya masih kuat dalam menentukan perkawinan anak dalam hal ini remaja perempuan. Alasan terjadinya pernikahan muda adalah pergaulan bebas seperti hamil di luar pernikahan dan alasan ekonomi. Remaja yang menikah muda, baik secara fisik maupun biologis belum cukup matang untuk memiliki anak sehingga rentan menyebabkan kematian anak dan ibu pada saat melahirkan. Perempuan dengan usia kurang dari 20 tahun yang menjalani kehamilan sering mengalami kekurangan gizi dan anemia. Gejala ini berkaitan dengan distribusi makanan yang tidak merata, antara janin dan ibu yang masih dalam tahap proses pertumbuhan. 3 Remaja memiliki hak reproduksi dan seksual yang merupakan bagian dari hak asasi manusia. Hak-hak mereka tersebut perlu diperhatikan dan ditanamkan sehingga remaja dapat mengetahui secara benar tentang kesehatan reproduksinya. Aktivitas seksual pranikah yang dilakukan remaja dapat mengakibatkan dampak negative baik dari segi psikologis, fisiologis, sosial, 2
maupun fisik yang akan berdampak pula terhadap kesehatan reproduksi mereka. Dampak fisik sendiri menurut Sarwono adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. 4 Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS. Hingga Juni 2006 telah tercatat 6332 kasus AIDS dan 4527 kasus HIV positif di Indonesia, dengan 78,8 persen dari kasus-kasus baru yang terlaporkan berasal dari usia 15-29 tahun. Diperkirakan terdapat sekitar 270.000 pekerja seks perempuan yang ada di Indonesia, di mana lebih dari 60% adalah berusia 24 tahun atau kurang, dan 30% berusia 15 tahun atau kurang. setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia di mana 20% diantaranya adalah aborsi yang dilakukan oleh remaja. 5 Desa Cangak merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang. Dari studi pendahuluan yang dilakukan penulis di Desa tersebut, terdapat fenomena yang berkaitan dengan kejadian pernikahan dini, dimana terdapat sejumlah 11 kasus remaja putri yang menikah dini diusia 18 tahun di tahun 2011 (data di kelurahan tahun 2012). Berdasarkan hasil diatas, maka penulis tertarik untuk melihat lebih jauh tentang bagaimana pengetahuan sikap dan perilaku tentang kesehatan reproduksi remaja yang menikah muda di Desa Cangak Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang. 3
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: bagaimana pengetahuan sikap dan perilaku tentang kesehatan reproduksi pada remaja yang menikah muda di Desa Cangak Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang? C. Tujuan Penelitian 1) Tujuan Umum Mengetahui pengetahuan sikap dan perilaku tentang kesehatan reproduksi pada remaja yang menikah muda di Desa Cangak Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang. 2) Tujuan Khusus a) Menganalisis pengetahuan remaja yang menikah muda tentang kesehatan b) Menganalisis sikap remaja yang menikah muda tentang kesehatan c) Menganalisis perilaku remaja yang menikah muda tentang kesehatan D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi guna menambah wawasan bagi yang berniat mengembangkan penelitian 4
lebih lanjut yang berkaitan dengan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi pada remaja yang menikah muda. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi petugas kesehatan dan dinas terkait untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja sebelum remaja menikah di usia muda. E. Keaslian Penelitian ( originalitas ) No Peneliti / Tahun 2. Nasria Putriani 2010 4. Maemunah 2008 Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang Kesehatan reproduksi di sma negeri 1 mojogedang Hubungan antara faktor pendidikan remaja dan Ekonomi keluarga dengan sikap remaja untuk Memutuskan menikah di usia muda di desa Prapag kidul - losari brebes Tabel 1.1 keaslian penelitian Desain studi Deskriptif Dengan Cross sectional Explanator y research dengan cross sectional Variabel bebas dan terikat -faktor teman, orang terdekat, orangtua, media, informasi yg diterima, diskusi -pengetahuan kesehatan reproduksi remaja -faktor pendidikan remaja dan ekonomi keluarga sikap remaja -menikah di usia muda Hasil reponden menilai bahwa teman, orang terdekat, orang tua, media massa, informasi yang diterima dan seringnya berdiskusi dapat memepengaruhi pengetahuan ada hubungan antara faktor pendidikan dan faktor ekonomi keluarga, dan sikap remaja, untuk menikah dini. Berdasarkan tabel 1.1. keaslian penelitian diatas, perbedaan penelitian ini dengan yang sebelumnya adalah desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. 5