1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa dalam ragam tulis tidak semudah yang dibayangkan karena dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan dan dirasakan dituangkan ke dalam bentuk tulisan, tetapi juga harus memperhatikan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain menjadi padu sehingga menjadi tulisan yang bisa dinikmati oleh pembaca. Bahasa tulis adalah bentuk bahasa yang memakai teks tertulis sebagai media perantaranya. Itu sebabnya, jenis bahasa ini tidak terikat dengan ruang dan waktu. Dalam pembuatannya, bahasa tulisan mempunyai aturan-aturan dasar yang bersifat mengikat. Pada umumnya, bahasa tulisan banyak memanfaatkan kata-kata, ejaan dan tanda baca, diksi yang tepat, dan unsur-unsur gramatikal lainnya untuk memudahkan pemahaman akan isi bahasa (Abidin, 2015). Bahasa lisan adalah bentuk bahasa yang diungkapkan secara langsung menggunakan tutur kata secara lisan. Oleh karena itu, bentuk bahasa ini terikat dengan ruang dan waktu, di mana aspek situasi berpengaruh besar terhadap pemahaman isi bahasa tersebut. Selain ucapan, pengungkapan bahasa lisan biasanya juga dilengkapi dengan nada suara, gerak tubuh, dan ekspresi wajah (Abidin, 2015). Sebuah tulisan adalah wacana. Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tulis (Tarigan, 2009:19). Siregar (2009) 1
2 Mengatakan wacana sering muncul dalam kehidupan manusia, baik lisan maupun tulisan. Wacana tulis saling berhubungan antara rentetan yang satu dengan renteran yang lain untuk mengetahui ide atau gagasan yang disampaikan dalam wacana tersebut. Wacana berbentuk lisan disampaikan dengan cara lisan berarti menggunakan kalimat demi kalimat yang akan disampaikan oleh penutur wacana harus bahasa yang bisa diterima oleh mitra tutur. Agar menjadi wacana, rangkaian kalimat itu haruslah mampu menghubunghubungkan makna dari kalimat-kalimat atau ujaran-ujaran tersebut sehingga membentuk kesatuan makna yang terpadu. Pertalian yang menghubungkan makna bagian-bagian wacana itulah yang disebut dengan koherensi. Koherensi merupakan syarat mutlak wacana, tanpa koherensi, tidak ada wacana. (Budiman, 2004: 26). Wacana yang baik tidak terlepas dari unsur kohesi dan kohorensi. Kohesi adalah hubungan antar bagian dalam teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa (Arifin, 2012:13). Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yag utuh (Wahyudi dalam Mulyana, 2005:30). Kohesi melihat hubungan atau ikatan wacana sedangkan koherensi melihat keutuhan makna yang disampaikan sebuah wacana; sebuah wacana berdiri sebagai karangan yang utuh dan bersistem; mempunyai sarana kohesi dan koherensi yang membuat wacana menjadi utuh Siregar, 2009). Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina yang disebut kekohesian, yaitu adanya keserasian hubungan
3 antara unsur-unsur yang ada dalam wacana tersebut. Bila wacana itu kohesif, akan terciptalah kekohesian, yaitu isi wacana yang baik dan benar (Chaer, 2007:267). Aspek gramatikal suatu wacana merupakan analisis wacana dari segi bentuk atau sruktur lahirnya wacana itu. Analisis wacana dari segi aspek gramatikal atau kohesi gramatikal meliputi: referensi (pengacuan), substitusi (penggantian), elips pelepasan) dan konjungsi (perangkaian) (Mulyana, 2005:27). Kehidupan manusia tidak akan pernah terlepas dengan surat kabar harian, karena pada dasarnya masyarakat membutuhkan informasi. Media surat kabar mampu menyajikan informasi yang aktual dan dapat dipahami oleh masyarakat serta sesuai dengan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Salah satu wujud wacana tulis yang berasal dari media, seperti surat kabar ataupun majalah dapat dikaji, baik dari segi gramatikalnya maupun dari segi konteksnya. Salah satu bentuk wacana yang berasal dari media massa adalah berita. Berita adalah sebuah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja disampaikan oleh wartawan di media massa. Faktor peristiwa atau keadaan menjadi pemicu utama terjadinya sebuah berita. Dengan kata lain, peristiwa dan keadaan itu merupakan fakta atau kondisi yang sesuai bagi wacana tulis mempunyai keterkaitan rangkaian antarkalimat secara gramatikal. Sekarang ini manusia dapat memperoleh informasi dari media cetak maupun dari media online. Melalui kedua sarana informasi tersebut dapat mengetahui bermacam-macam informasi secara tertulis. Dalam media cetak khususnya Jawa
4 Pos disajikan dalam bentuk iklan, opini rubrik misalnya rubrik politik, ekonomi bisnis, olahraga dan pendidikan. Iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang dan jasa yang dijual, dipasang di media massa seperti koran dan majalah, atau di tempat-tempat umum (Kamus besar bahas Indonesia). Adapun pengertian iklan secara komprehensif adalah semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu. Secara umum, iklan berwujud penyajian informasi nonpersonal tentang suatu produk, merek, perusahaan, atau toko yang dijalankan dengan kompensasi biaya tertentu. Dengan demikian, iklan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan Rostika (2013). Sebuah tulisan yang memuat pendapat atau pandangan penulis dapat disebut opini. Artikel pun sampai dengan batas tertentu akan selalu memuat opini dari penulisnya. Oleh karena itu artikel biasanya juga ada dalam rubrik Opini. Opini sebagai tulisan dalam media cetak yang memasukkan pendapat penulis di dalamnya. Artinya, opini adalah artikel yang yang mengandung subjektivitas, bukan hanya fakta. Artikel opini, surat pembaca, dan tajuk rencana merupakan jenis-jenis opini di media massa. Artikel opini dan surat pembaca dalam surat kabar merupakan pendapat seorang pembaca terhadap suatu masalah, peristiwa atau kejadian tertentu. Sedangkan tajuk rencana (editorial) adalah opini atau
5 pendapat redaksi media massa tersebut tentang masalah, peristiwa atau kejadian tertentu biasanya yang sedang aktual. Djuraid ( 2012: 50) mengatakan berita politik adalah berita mengenai berbagai macam aktivitas politik yang dilakukan para pelaku politik dipartai, lembaga legistatif, pemerintahan dan masyarakat secara umum. Hampir semua media massa menampilkan berita politik sebagai sajianya, bahkan beberapa media umum menempatkan berita politik sebagai berita utama. Penempatan politik sebagai berita utama tampaknya terbawa kecenderungan masa lalu yang menempatkan politik sebagai sesuatu yang sangat penting. Dalam perkembanganya, masyarakat justru kurang menyukai berita politik. Berbagai peristiwa politik yang disertai manuver para politisi justru masyarakat tidak simpati pada politik. Meskipun demikian, hampir semua media umum menampilkan berita politik sebagai menu utama dihalaman pertama termasuk surat kabar harian Jawa Pos. Menurut Djuraid ( 2012: 50) ada dua berita ekonomi, yaitu ekonomi makro dan ekonomoi mikro. Ekonomi makro menyangkut kebijakan perekonomian secara secara nasioanal, misalnya kenaikan suku bunga, kebijakan moneter dan sektor lainya. Sedangkan ekonomi mikro berkaitan dengan masalah ekonomi lingkup praktik langsung di lapangan. Misalnya sebuah perusahaan eloktronik meluncurkan produk terbaru. Ketika masyarakat mulai bosan dengan berita politik dan ekonomi, berita olahraga menjadi daya tarik tersendiri. Memang belum ada survey khusus soal karateristik pembaca koran. Tapi secara umum bisa dilihat berita olahraga banyak
6 diminati oleh pembaca, itulah sebabnya semua surat kabar termasuk Jawa Pos menempatkan berita olahraga dalam halaman khusus dengan tampilan yang menarik (Djuraid,2012: 54). Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti radar Malang khususnya rubrik pendidikan. berita yang diterbitkan oleh Jawa Pos radar Malang khususnya rubrik pendidikan adalah peristiwa yang banyak dibicarakan dimasyarakat. Dibanding materi yang lain, berita pendidikan bisa jadi materi yang tidak menarik, biasanya koran menempatkan berita pendidikan sebagai rubrik khusus, tapi diselipkan bersama berita lain, di kota yang memiliki banyak perguruan tinggi seperti Malang, berita pendidikan ditempatkan sebagai rubrik khusus dengan halaman tersendiri. Selain terkait dengan banyaknya lembaga pendidikan yang diikuti dengan banyaknya aktifitas pendidikan, rubrik pendidikan juga juga bertujuan komersial. Rubrik ini memberi kesempatan kepada lembaga pendidikan untuk memperomosikan lembaganya melalui aktifitas yang dibuat. Berita pendidikan biasannya berupa seminar, kegiatan ilmiah, dan kegiatan lain di kampus (Djuraid, 2012:67). Alasan peneliti kenapa ingin meneliti rubrik pendidikan karena pada saat bulan Desember 2014 banyak sekali berita-berita yang memberitikan tentang kontroversi penggunaan K 2013 atau KTSP di tingkat SD, SMP maupun SMA. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk menganalisis sarana kohesi gramatikal pada wacana yang ada di surat kabar harian Jawa Pos radar Malang rubrik pendidikan edisi Desember 2014, karena penelitian terdahulu belum ada
7 yang mengkaji tentang kohesi gramatikal pada wacana yang ada di surat kabar harian Jawa Pos rubrik pendidikan edisi Desember 2014. Penelitian tentang kohesi gramatikal bukanlah penelitian pertama kali dilakukan. Penelitian kohesi gramatikal pernah dilakukan oleh Desri Wiyana (2011) dengan judul Penelitian Analisis Kohesi Pada Rubrik Opini Surat Kabar Analisa, kelima wacana yang yang dianalisis dalam rubrik opini dalam pada penelitian Desri Wiyana (2011) adala lima wacana, yaitu itu: Wacana I berjudul Mempertaruhkan Kejujuran dalam UN berjumlah 47 kalimat, wacana II berjudul Guruku Sayang, Guruku Curang, Guruku Malang berjumlah 36 kalimat, wacana III berjudul Menuju Solidaritas Sosial berjumlah 38 kalimat, wacana IV berjudul Artis Berpolitik, Antara Kualitas dan Popularitas berjumlah 47 kalimat, sedangkan wacana V berjudul Pernak-Pernik Ujian Nasional berjumlah 70 kalimat. Hasil penelitian Desri Wiyana (2011) terdapat jenis alat kohesi gramatikal yang meliputi; perujuk, ellipsis/substitusi, dan konjungsi. Sedangkan pada alat perujuk yang terdiri atas kata ganti (pronominal), penunjuk, dan perbandingan juga terdapat pada kelima wacana yang disebutkan di atas. Bentuk yang mendominasi pada kelima wacana yang dianalisis adalah alat perujuk dan konjungsi. Siregar (2009) Analisis Kohesi Pada Tajuk Rencana dalam Harian Sinar Indonesia Baru dengan hasil penelitian. Setiap wacana yang dianalisis sarana kohesi gramatikal yang paling dominan digunakan dalam setiap wacana adalah Referensi yaitu merujuk pada pronomina persona yaitu dia, kita, mereka dannya. Referensi persona kita dalam setiap wacana mengacu pada satu acuan yaitu
8 masyarakat Sumatera Utara. Referensi persona mereka dalam setiap wacana berbeda tergantung pada masalah yang dibicarakan dalam wacana tersebut. Pronomina penunjuk umum itu dan ini pada umumnya mengacu pada konteks waktu dan kejadian dan pronomina penanya apa dan siapa yang mengacu pada konteks indi vidu sebagai pelaku. Penggunaan referensi pada tajuk rencana secara keseluruhan bersifat kohesi karena pronomina yang dipergunakan mempunyai hubungan yang berkesinambungan dengan enteseden yang diacunya. Berdasakan penelitan terdahulu yang telah disebutkan di atas, peneliti ingin peneliti kohesi gramatikal dalam Surat Rubrik Pendidikan Surat kabar Harian Jawa Pos Edisi Bulan Desember 2014. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang disebutkan di atas adalah, dilihat dari segi kohesi penelitan Rotua Siregar (2009) menggambil kedua-duanyna dari segi kohesi gramatikal dan kohesi leksikal sedangkan penelitian ini hanya mengambil kohesi gramatikal saja. Dilhat dari segi objek penelitian penelitiain ini mengggunakan surat kabar harian Jawa Pos edisi bulan Desember 2014 rubrik pendidikan, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan surat kabar harian Sinar Indonesia Baru pada rubrik tajuk rencana. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Desri Wiana (2011) dengan judul Analisis Kohesi Pada Rubrik Opini Surat Kabar Analisa dilihat dari segi rubrik yang digunakan penelitian Desri Wiana (2011) menggunakan Rubrik Opini Surat Kabar Harian Analisa sedang penelitian ini menggunakan Rubrik Pendidikan Kabar Harian Jawa Post Edisi Bulan Desember 2014.
9 Perbedaan kedua dengan penelitian yang disebutkan di atas adalah pada penelitian tersebut membahas tentang penggunaan sarana-sarana kohesi sedangkan pada penelitian ini membahas tentang bagaimanakah wujud dan fungsi rubrik pendidikan yang terdapa pada surat kabar harian Jawa Pos edisi Desember 2014. Peneliti mengkaji kohesi gramatikal dalam Rubrik Pendidikan Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi Desember 2014 karena peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengunaan dan penerapan kohesi gramatikal tersebut dalam wacana. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui peran kohesi gramatika dalam memunculkan kekohesianya dalam wacana. Kohesi pada rubrik Pendidikan ini patut diteliti karena pada rubrik Pendidikan banyak ditemukan variasi pengguna penanda kohesi, yang fungsinya sebagai alat pengghubung antarkalimat yang satu dengan yang lain sehingga membentuk keterkaitan. Variasi-variasi tersebut salah satunya terdapat beberapa pengacuan yang terdapat dalam berita rubrik Pendidikan. Berdasarkan latar belakang itulah perlu dilakukan penelitian tentang Analisis Kohesi Gramatikal dalam Rubrik Pendidikan Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi Desember 2014. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalah penelitan ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimakah wujud kohesi gramatikal pada rubrik pendidikan dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi bulan Desember 2014?
10 b. Bagaimakah fungsi kohesi gramatikal rubrik pendidikan dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi bulan Desember 2014? 1.3 Tujuan a. Mendiskripsikan wujud kohesi gramatikal pada rubrik pendidikan dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi bulan Desember 2014. b. Mendiskripsikan fungsi kohesi gramatikal rubrik pendidikan dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi bulan Desember 2014. 1.4 Manfaat Penelitan Sesuai dengan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini dilaksanakan dengan dua manfaat, yaitu teoritis dan tujuan Praktik. 1.4.1 Manfaat Teoretis Memperkaya khasanah ilmu penegetahuan khususnya dalam bidang ilmu wacana bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan wawasan bagi pengembangan referensi ragam bahasa dan wacana Bahasa Indonesia. 1.4.2 Manfaat Praktis a) Bagi pembaca dan penikmat bahasa dan sastra Indonesia Penelitian wujud dan fungsi kohesi gramatikal pada rubrik pendidikan dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi bulan Desember 2014 dapat digunakan sebagai pembanding bagi pembaca dan penikmat bahasa dan sastra Inonesia, khususnya dalam menganalisis bentuk kohesi dengan pertalian gramatikal pada wacana tulis.
11 b) Bagi pendidikan Penelitian ini diharapka digunakan oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah sebagai materi ajar khususnya kelas SMA kelas X c) Bagi peneliti yang lain Penelitian wujud dan fungsi kohesi dengan pertalian gramatikal pada rubrik pendidkan dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi bulan Desember 2014 ini diharapkan memberikan motivasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian dengan hasil yang lebih baik. 1.5 Definisi Operasional Wacana: Rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proporsisi yang satu dengan proporsisi yang lain dan membentuk satu kesatuan (Alwi, dkk, 2003:419) Kohesi: Dalam konteks wacana, kohesi diartikan sebagai kepaduan bentuk secara sruktural membentuk suatu ikatan sintaksi (Mulyana, 2005:132). Kohesi Gramatikal: Kohesi gramatikal adalah hubungan semantis antar unsur yang dimarkahi alat gramatikal yaitu alat bahasa yang digunakan dalam kaitannya dengan tata bahasa ( Purnawis, dkk. 2014) Bentuk Kohesi Gramatikal: Kohesi gramatikal dapat berwujud referensi/pengacuan, substitusi/pemulihan,
12 elipsis/pelesapan dan konjungsi/ penghubungan (Purnawis, dkk. 2014) Fungsi Kohesi Gramatikal: Sebagai alat kohesi, berfungsi sebagai pronomina (kata ganti), penunjuk, dan perbandingan.