BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menaikkan tingkat suku bunga, menaikkan bahan bakar minyak, maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA S AHAM S EKTOR PROPERTI

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

OVERVIEW 1/20

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 225, dan Indeks FTSE 100 terhadap pergerakan Indeks LQ45 Periode

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam

PENDAHULUAN. seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain (Amin, 2012). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman era globalisasi ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. diterima untuk tiap investor. Tujuan utama dari aktivitas pasar modal adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Pergerakan indikator ekonomi makro memiliki andil terhadap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi

BAB I PENDAHULUAN. Langkah awal perkembangan transaksi saham syariah pada pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB I PENDAHULUAN. dari pasar modal menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan modal adalah melalui pasar modal, dalam hal ini pasar

PENGARUH KURS DOLLAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM DI BEI. (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Go Public Di BEI) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

I. PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Maka wajar apabila

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dan dapat digunakan untuk pembuatan keputusan investasi yang tepat.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. uang dan pengaruhnya terhadap aset investasi. penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Husnan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset).

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan sebuah komitmen, yang dapat berupa uang atau resources. a. Kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan perusahaan, kebutuhan perusahaan akan modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157).

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia lainnya. Pasar modal memiliki peran besar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. karena pendanaan melakukan usaha dalam mendapatkan dana. Dana untuk sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia maupun yang belum terdaftar, yang sudah go public. maupun yang belum go public sangat membutuhkan pasar keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi dimana persaingan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan

yang efisien selama periode waktu tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, prospektus, saran dari broken dan informasi penting lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang ekonomi secara global ini, menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh nilai tukar rupiah

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

CARLINK PRO FLEXY Dana Investasi Berimbang

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu. Adanya aktiva produktif

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Per Dollar AS, Tingkat Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor energi memiliki peran penting dalam pembangunan. Sumbersumber

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. negara, karena pasar modal merupakan salah satu sarana investasi dana jangka

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pasar modal yang mengalami pasang surut memberikan tanda bahwa kegiatan di pasar modal memiliki hubungan yang erat dengan keadaan ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik merupakan pendorong bagi berkembangnya pasar modal begitu juga yang terjadi di Indonesia. Kemajuan perekonomian di suatu negara salah satunya dapat dilihat dari pertumbuhan pasar modalnya. Sunariyah (2006) menyatakan pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara lain. Hampir semua di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Pertumbuhan ekonomi biasanya di ukur dengan pertambahan Gross Domestic Product (GDP), yang dapat ditunjukkan dengan besarnya pertumbuhan produk barang dan jasa. Perkembangan pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Ini ditandai dengan masyarakat yang berbondong-bondong menginvestasikan uangnya di pasar modal. Samsul (2006) mengatakan bahwa masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan uangnya. Investasi yang semula dilakukan dalam bentuk deposito, emas, tanah, atau rumah sekarang dapat dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi. Banyak alasan 1

2 yang mendasari masyarakat untuk menanamkan modalnya di pasar saham diantaranya selain mendapatkan keuntungan yang lebih jika dibandingkan dengan investasi lain risikonya pun dapat diperhitungkan. Perkembangan pasar modal di Indonesia, khususnya BEI pada periode tahun 1998 tahun 2008 dapat ditunjukkan dengan Tabel 1.1 indikator utama yang umum digunakan untuk melihat perkembangan bursa saham adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tabel 1.1 menunjukkan bahwa nilai IHSG meningkat tajam yang semula 398 di akhir tahun 1998 menjadi 676 di akhir tahun 1999 pada tahun berikutnya IHSG turun menjadi 416 di akhir tahun 2000. Pada masa 1999-2001 perekonomian Indonesia masih dalam pengaruh krisis ekonomi yang dimulai pada akhir tahun 1997. Oleh sebab itu wajar apabila nilai IHSG pada periode ini terus menurun. Kemudian pada periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2007. IHSG mengalami kencenderungan yang terus meningkat namun sempat anjlok di tahun 2008 ini diakibatkan oleh krisis global. Keadaan IHSG ini juga diikuti dengan perkembangan kapitalisasi pasar yang ditunjukkan dengan Tabel 1.1 mengalami penurunan di akhir tahun 2000 dan di akhir tahun 2007, namun nilai kapitalisasi pasar sempat mencatatkan rekornya sebesar Rp 1.249.074 (Milliar) di akhir tahun 2006. Walaupun di akhir tahun 2008 pasar modal Indonesia mengalami dampak dari krisis global, nilai kapitalisasi pasar yang tercatat sebesar Rp 1.076.491 (Milliar) meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2007.

3 Tabel 1.1.Perkembangan Bursa Saham di Indonesia Tahun 1998-2013 Tahun Saham Tercatat Kapitalisasi Pasar Perusahaan IHSG (juta lembar) (milliar Rp) yang Tercatat 1998 170.549 175.729 398 288 1999 846.131 451.815 676 277 2000 1.186.307 259.621 416 287 2001 885.241 239.259 392 316 2002 939.545 268.423 424 331 2003 829.360 460.366 691 333 2004 656.447 679.949 1.000 331 2005 712.985 801.253 1.162 336 2006 924.489 1.249.074 1.805 344 2007 1.128.174 988.326 2.745 383 2008 1.374.412 1.076.491 1.355 398 2009 1.465.655 2.019.375 2.534 398 2010 1.894.828 3.247.097 3.703 420 2011 2.198.133 3.537.294 3.821 440 2012 2.438.408 4.126.995 4.316 459 2013 2.827.795 4.219.020 4.274 483 Sumber : Bursa Efek Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Meskipun saat ini Indonesia sedang mengalami defisit neraca perdagangan dikarenakan angka impor lebih besar daripada angka ekspor dimana impor migas menyumbang angka terbesar yang mengakibatkan defisit anggaran mengalami peningkatan yang signifikan. Besarnya defisit anggaran tersebut mengakibatkan kurs mata uang Indonesia mengalami pelemahan. Secara teori, Sunariyah (2006) menyatakan bahwa menurunnya kurs dapat meningkatkan biaya impor bahan baku dan meningkatkan suku bunga walaupun dapat meningkatkan nilai ekspor. Menurunnya kurs rupiah terhadap

4 mata uang asing memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Kurs mata uang di Indonesia bisa dikatakan kurang stabil dan sangat rentan terhadap faktor-faktor global dikarenakan Indonesia menganut sistem devisa bebas yang berdampak pada mudahnya dana investasi asing untuk masuk dan keluar. Kurang stabilnya kurs mata uang terhadap USD dapat dibuktikan dengan adanya Tabel 1.2. Tabel kurs transaksi IDR terhadap USD pada akhir tahun 2008 mengalami pelemahan Rupiah di kurs jual maupun kurs beli karena dampak dari adanya krisis ekonomi dan pelemahan mata uang rupiah masih terjadi di awal tahun 2009 hingga bulan juni. Kurs jual dan beli terhadap USD selama tahun 2010 hingga pertengahan tahun 2013 mengalami fluktuasi. Akhir tahun 2013 di bulan juli kurs Rupiah kembali mengalami pelemahan hingga akhir tahun 2013. Tabel 1.2. Kurs Jual dan Kurs Beli Rupiah Terhadap US Dollar Tahun 2008-2013 TAHUN BULAN 2008 2009 2010 2011 2012 Kurs Jual Kurs Beli Kurs Jual Kurs Beli Kurs Jual Kurs Beli Kurs Jual Kurs Beli Kurs Jual Kurs Beli Kurs Jual Kurs Beli Jan 9.337 9.245 11.412 11.298 9.412 9.318 9.102 9.012 9.045 8.955 9.746 9.650 Feb 9.096 9.006 12.040 11.920 9.382 9.288 8.867 8.779 9.130 9.040 9.715 9.619 Mar 9.263 9.171 11.633 11.517 9.161 9.069 8.753 8.665 9.226 9.134 9.768 9.670 Apr 9.280 9.188 10.767 10.659 9.057 8.967 8.617 8.531 9.236 9.144 9.771 9.673 Mei 9.365 9.271 10.392 10.288 9.226 9.134 8.580 8.494 9.613 9.517 9.851 9.753 Jun 9.271 9.179 10.276 10.174 9.128 9.038 8.640 8.554 9.527 9.433 9.979 9.879 Jul 9.164 9.072 9.970 9.870 8.997 8.907 8.551 8.465 9.532 9.438 10.329 10.227 Agt 9.199 9.107 10.110 10.010 9.086 8.996 8.621 8.535 9.608 9.512 10.979 10.869 Sep 9.425 9.331 9.729 9.633 8.969 8.879 8.867 8.779 9.636 9.540 11.671 11.555 Okt 11.050 10.940 9.593 9.497 8.973 8.883 8.879 8.791 9.663 9.567 11.290 11.178 Nov 12.212 12.090 9.527 9.433 9.058 8.968 9.216 9.124 9.653 9.557 12.037 11.917 Des 11.005 10.895 9.447 9.353 9.036 8.946 9.113 9.023 9.718 9.622 12.250 12.128 Sumber : Bank Indonesia, Moneter, berbagai edisi, diolah Tandelilin (2010) menemukan bahwa peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal. Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi 2013

5 dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan menurun. Pendapat ini didukung dengan pendapat dari Sunariyah (2006) inflasi yang tinggi menyebabkan menurunya profitabilitas suatu perusahaan sehingga akan menurunkan pembagian deviden dan daya beli nasyarakat juga menurun. Sehingga inflasi yang tinggi, mempunyai hubungan negatif dengan pasar ekuitas. Begitupun inflasi yang terjadi di Indonesia sering tidak stabil ini dikarenakan Pemerintah masih sulit menjaga kestabilan harga bahan kebutuhan pokok masyarakat. Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Untuk meredam gejolak inflasi yang terjadi, Pemerintah Indonesia masih sangat mengandalkan kebijakan suku bunga BI Rate melalui Bank Indonesia. Tabel 1.3 menandakan bahwa inflasi di Indonesia memiliki kecenderungan yang berfluktuatif. Dengan menyamakan tahun dasar yang sama yaitu 2007 = 100 didapatkan indeks harga konsumen tahun 2008 sebesar 106,03 namun di tahun - tahun berikutnya indeks harga konsumen mengalami fluktuasi dan perubahan yang tidak signifikan tetapi indeks harga konsumen didominasi oleh kenaikan hingga tahun 2013.

6 Tabel 1.3. Indeks Harga Konsumen Tahun 2008-2013 Bulan Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jan 158.26 113.78 118.01 126.29 130.90 136.88 Feb 159.29 114.02 118.36 126.46 130.96 137.91 Mar 160.81 114.27 118.19 126.05 131.05 138.78 Apr 161.73 113.92 118.37 125.66 131.32 138.64 Mei 164.01 113.97 118.71 125.81 131.41 138.60 Jun 110.08 114.10 119.86 126.50 132.23 140.03 Jul 111.59 114.61 121.74 127.35 133.16 144.63 Agt 112.16 115.25 122.67 128.54 134.43 146.25 Sep 113.25 116.46 123.21 128.89 134.45 145.74 Okt 113.76 116.68 123.29 128.74 134.67 145.87 Nov 113.90 116.65 124.03 129.18 134.76 146.04 Des 113.86 117.03 125.17 129.91 135.49 146.84 Sumber : Badan Pusat Statistik, IHK Bulanan, berbagai edisi, diolah BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. BI Rate diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Dengan mempertimbangkan juga faktor-faktor lain yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung di dalam perekonomian. Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

7 Tabel 1.4 menunjukkan bahwa perkembangan suku bunga di Indonesia mengalami peningkatan di akhir tahun 2008 pada saat krisis terjadi kemudian menurun drastis di tengah tahun 2009 sekitar 6,75. Tahun berikutnya mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak tajam seperti yang terjadi di tahun 2008. Di awal tahun 2013 suku bunga memiliki kestabilan sebesar 5,75 hingga akhir tahun 2013. Tabel 1.4 Tingkat Suku Bunga BI Rate Bulan Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jan 8.00 % 8.75 % 6.50 % 6.50 % 6.00 % 5.75 % Feb 8.00 % 8.25 % 6.50 % 6.75 % 5.75 % 5.75 % Mar 8.00 % 7.75 % 6.50 % 6.75 % 5.75 % 5.75 % Apr 8.00 % 7.50 % 6.50 % 6.75 % 5.75 % 5.75 % Mei 8.25 % 7.25 % 6.50 % 6.75 % 5.75 % 5.75 % Jun 8.50 % 7.00 % 6.50 % 6.75 % 5.75 % 6.00 % Jul 8.75 % 6.75 % 6.50 % 6.75 % 5.75 % 6.50 % Agt 9.00 % 6.50 % 6.50 % 6.75 % 5.75 % 7.00 % Sep 9.25 % 6.50 % 6.50 % 6.75 % 5.75 % 7.25 % Okt 9.50 % 6.50 % 6.50 % 6.50 % 5.75 % 7.25 % Nov 9.50 % 6.50 % 6.50 % 6.00 % 5.75 % 7.50 % Des 9.25 % 6.50 % 6.50 % 6.00 % 5.75 % 7.50 % Sumber : Bank Indonesia, Moneter, berbagai edisi, diolah Secara teori, tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham (Tandelilin, 2010). Tingkat pengembalian yang diharapkan investor pada investasi saham seringkali dipengaruhi oleh pendapatan yang diperoleh investor pada alternatif investasi lain. Sunariyah (2006) berpendapat bahwa meningkatnya tingkat bunga akan meningkatkan harga kapital sehingga memperbesar biaya perusahaan, sehingga terjadi perpindahan investasi dari saham ke deposito atau fixed investasi lainnya. Apabila faktor-faktor lain dianggap tetap (cateris paribus) profitabilitas

8 perusahaan akan menurun. Tingkat bunga yang tinggi adalah sinyal negatif bagi harga saham. Faktor-faktor makro ekonomi diatas akan berpengaruh terhadap kinerja emiten dalam menjalankan roda bisnisnya, apabila faktor-faktor tersebut menunjukkan kinerja yang baik maka kinerja emiten pun akan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan demikian juga sebaliknya. Naik turunnya kinerja emiten akan tercermin dari naik turunnya harga sahamnya, hal tersebut yang sekaligus menunjukkan naik turunnya nilai kapitalisasi pasar emiten tersebut. Ang (1997) dalam Maknun 2010 : 4, menyatakan bahwa kapitalisasi pasar dari saham-saham yang diperdagangkan di pasar modal dapat dibagi atas kelompok berdasarkan kapitalisasinya, yaitu kapitalisasi besar (big-cap), kapitalisasi sedang (mid-cap), dan kapitalisasi kecil (small cap). Pada umumnya saham dengan kapitalisasi yang besar akan menjadi incaran investor untuk investasi jangka panjang karena potensi pertumbuhan perusahaan yang sangat baik dan dalam pembagian dividen selalu mengikuti perjanjian serta eksposur risiko yang relatif rendah. Harga saham umumnya relatif tinggi disebabkan oleh peminat yang tinggi. Pergerakan IHSG memang secara signifikan dipengaruhi oleh pergerakan perubahan harga saham-saham dengan kapitalisasi besar. Sebaliknya, perubahan harga saham-saham dengan kapitalisasi kecil nyaris tidak berdampak terhadap IHSG. Hal tersebut dikarenakan bobot masing-masing saham yang berbeda sehingga tidak mengherankan jika pergerakan IHSG sangat ditentukan oleh saham-saham dengan kapitalisasi besar (Sunariyah,

9 2006). Siegel (1991) dalam Tandelilin, 2010 : 341, menyimpulkan adanya hubungan yang kuat antara harga saham dan kinerja ekonomi makro, dan menemukan bahwa perubahan pada harga saham selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi. Penelitian yang dilakukan Wijaya (2013) menghasilkan bahwa variabel ekonomi makro secara simultan memberikan pengaruh signifikan terhadap IHSG periode 2002 2011. Jonathan (2013) melakukan penelitian yang diperoleh bahwa secara parsial suku bunga BI berpengaruh signifikan terhadap volume perdagangan saham dan secara bersama-sama inflasi, suku bunga BI dan nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap volume perdagangan saham. Dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan investasi di pasar modal yang semakin tinggi menyebabkan perlunya dilakukan penelitian mengenai variabel-variabel yang akan mempengaruhi pergerakan harga-harga saham dan akan membantu memberikan gambaran kepada para investor untuk dapat melakukan investasi di pasar modal hingga dapat memaksimalkan return dan menimimalisir risiko. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan diatas maka penulis ingin mengkaji mengenai hubungan inflasi, kurs, dan suku bunga terhadap kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul KURS DAN SUKU BUNGA TERHADAP KAPITALISASI PASAR DI BURSA EFEK

10 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut diatas pokok permasalahan yang akan dirumuskan dalam peneltian ini yaitu sebagai berikut : 1. Apakah Inflasi berpengaruh terhadap Kapitalisasi Pasar di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Pada Saham LQ45)? 2. Apakah Kurs berpengaruh terhadap Kapitalisasi Pasar di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Pada Saham LQ45)? 3. Apakah Suku Bunga berpengaruh terhadap Kapitalisasi Pasar di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Pada Saham LQ45)? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah di atas maka, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi terhadap Kapitalisasi Pasar di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Pada Saham LQ45). 2. Untuk menganalisis pengaruh Kurs terhadap Kapitalisasi Pasar di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Pada Saham LQ45). 3. Untuk menganalisis pengaruh Suku Bunga terhadap Kapitalisasi Pasar di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Pada Saham LQ45).

11 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bermanfaat kepada pihak pihak berikut ini : 1. Bagi Penulis Dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh pengalaman dan menambah wawasan mengenai Pengaruh Inflasi, Kurs, dan Suku Bunga Terhadap Kapitalisasi Pasar di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Pada Saham LQ45). 2. Bagi Pembaca Dapat dijadikan referensi dan bahan pengembangan untuk obyek penelitian yang sama mengenai Pengaruh Inflasi, Kurs, dan Suku Bunga Terhadap Kapitalisasi Pasar di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Pada Saham LQ45).