BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Thyphoid fever (demam tipoid) dan parathyphoid

dokumen-dokumen yang mirip
Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

ASTIA CHOLIDA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

Perpustakaan Unika LAMPIRAN KUESIONER 30

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hal yang tidak terhindarkan dan terjadi dimana pun mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada era globalisasi saat ini, pendidikan menjadi sesuatu yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai bayi hingga remaja, dimana anak-anak mulai membentuk karakter dengan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. diseduh dengan teh ditambah gula dan es. Minuman es teh banyak digemari oleh

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. laku atau kepribadian seseorang bahkan bisa dinilai dari penampilan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan perangkat lunak ilegal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan merupakan suatu informasi yang diketahui oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

STUDI MENGENAI INTENSI SAFETY RIDING BEHAVIOR PADA MAHASISWA MENGENDARA MOTOR DI UNIVERSITAS PADJADJARAN DESTYA FINIARTY ABSTRACT

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi semakin diperbaharui dan sumber daya manusia dituntut untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Penelitian terakhir menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MELAWAN ARAH ARUS JALAN RAYA DI JATINANGOR PADA PENGENDARA OJEK SEPEDA MOTOR DI JATINANGOR

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini khususnya dalam melatih kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENABUNG MASYARAKAT

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III ( Tiga ) Kesehatan Bidang Gizi.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

PENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DALAM PENYELENGGARAAN WARUNG MAKAN KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN. perilaku merokok hampir di setiap sudut kota, baik di ruang - ruang publik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sumber protein yang mudah diperoleh dan harganya

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella sp dapat menyebabkan dua masalah penyakit, yaitu yang pertama adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal strategi yang tepat agar dapat bersaing di lingkungan industri yang

PENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DALAM PENYELENGGARAAN WARUNG MAKAN KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN. hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pengembangan sistem informasi (Venkatest et al, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Electronic Commerce (e-commerce) (McLeod & Schell, 2004). Menurut Indrajit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

WAWANCARA KEPADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) maka kosmetik tersebut dapat dikategorikan sebagai kosmetik impor ilegal.

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

Wawancara Partisipan 1

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua

THEORY OF REASONED ACTION

BAB I PENDAHULUAN. penanganan makanan, keadaan lingkungan, dan peralatan yang digunakan tidak

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih lengkap dan spesialisasi dokter juga lebih banyak. dipengaruhi berbagai macam komponen yang membentuk niat

The Psychology of Entrepreneurship

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum setiap individu membutuhkan pendidikan. Tahapan. pendidikan formal yang ditempuh setiap individu adalah TK-SD-SMP-SMA-

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri pada makanan, merupakan masalah kesehatan serius yang belum dapat diselesaikan secara menyeluruh hingga saat ini. Demam tipoid, paratipoid, diare, dan gastroenteritis merupakan beberapa penyakit akibat infeksi saluran pencernaan yang cukup banyak dialami oleh masyarakat luas. Thyphoid fever (demam tipoid) dan parathyphoid fever (demam paratipoid) disebabkan oleh bakteri Salmonella thypii dan Salmonella parathypii (Wulandari, 2010). Penyakit lainnya, seperti diare dan gastroenteritis umumnya disebabkan oleh keracunan makanan, kurang bersihnya air dan makanan, serta kontaminasi bakteri E colli dan bakteri lainnya (Taylor, 2012). Jenis-jenis bakteri tersebut adalah bakteri yang terdapat pada makanan dan atau minuman yang proses pembuatannya kurang higienis, baik dari bahan maupun proses pembuatannya. Karena bahan mentah yang bersih pun dapat terkontaminasi bakteri berbahaya ketika diproses dengan peralatan maupun cara yang tidak higienis. (Cahyaningsih, Kushadiwijaya, & Tholib, 2009). Kontaminasi bakteri jahat inilah yang menyebabkan masalah kesehatan terutama infeksi pada saluran pencernaan seperti telah disebutkan. 1

2 Data statistik dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2014 menyebutkan bahwa kasus demam tipoid dan diare menjadi dua penyakit dengan kasus rawat inap dengan pasien terbanyak di rumah sakit kota Semarang, yaitu 9.721 pasien untuk demam tipoid dan 8.692 untuk diare (Tim Penyusun Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014). Data lainnya pada tahun 2015 Dinas Kesehatan Kota Semarang menyebutkan bahwa demam paratipoid tipe A berada pada peringkat teratas kasus rawat inap yaitu sebanyak 9.748 kasus dan diare serta gastroenteritis berada pada peringkat kedua dengan total 7.444 kasus (Tim Penyusun Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015). Data-data tersebut semakin menunjukkan bahwa kasus-kasus infeksi akibat makanan yang tidak higienis menjadi kasus yang penting untuk diperhatikan. Sektor pengolahan makanan berdasarkan data dalam Profil Kesehatan Kota Semarang 2015 (Tim Penyusun Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015), diggambarkan bahwa hanya 22% dari jajanan yang memenuhi syarat higienitas, padahal berdasar pengamatan peneliti jajanan kaki lima dan warung-warung kecil merupakan pilihan yang sangat sering menjadi pilihan masyarakat, terutama bagi kalangan mahasiswa. Jajanan dan warung makan kecil yang berada di sepanjang jalan luar kampus adalah pilihan yang menarik bagi mahasiswa karena harga, rasa, dan kemudahan untuk menjangkau karena terletak tepat di depan kampus. Menurut Deliens, Clarys, Bourdeaudhuij, & Deforche (2014) mahasiswa merupakan kalangan yang menginjak masa kritis untuk

3 menentukan sendiri perilaku sehat seiring dengan kemandirian diri. Pada kenyataannya masa kuliah adalah masa dimana terjadi banyak perubahan perilaku makan mahasiswa menjadi tidak sehat. Kondisi mahasiswa yang kurang memperhatikan kesehatan dan kebersihan dalam kesehariannya dan sedikitnya ketersediaan jajanan bersih di lingkungan kampus menyebabkan faktor higienitas menjadi faktor yang tidak terlalu diperhatikan dalam proses pertimbangan dan pemilihan makanan dan minuman. Pada bulan Oktober 2016, peneliti melakukan wawancara kepada lima mahasiswa UNIKA Soegijapranata yang merupakan mahasiswa kos. Peneliti memilih mahasiswa yang tinggal di kos karena berdasarkan pengamatan peneliti, mahasiswa yang tinggal di kos akan lebih sering memiliki kesempatan untuk memilih makanan sendiri. Hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada lima mahasiswa dengan kriteria di atas menunjukkan bahwa bagi beberapa orang, harga dan rasa merupakan hal utama yang diperhatikan sebagai dasar pertimbangan ketika akan memilih makanan. Hanya satu dari kelima mahasiswa tersebut yang menyatakan bahwa higienitas makanan adalah faktor yang paling diperhatikan dalam memilih makanan. Salah satu mahasiswa yang peneliti wawancarai adalah mahasiswi semester 7 mengakui bahwa faktor higienitas bukanlah faktor utama yang dia pertimbangkan ketika akan memilih makanan. Yang paling penting mah ya rasanya sih, harus enak buat dimakan. Porsiannya juga kalau bisa sih yang banyak. Terus yang ketiga ya harganya, harga murah porsinya banyak. (BW, 2016)

4 Mahasiswa lainnya yang berasal dari Jogjakarta juga menyuarakan hal serupa, Aku nek milih panganan mesti sing rasane jos, enak, sedep pak. Nek wis rasane enak aku milih regone, nek iso murah terus porsine akeh. Wes biasa ning Jogja nek lungo metu karo koncokonco mesti milihe ngono. (TY, 2016) Mahasiswa semester 7 lainnya yang berasal dari Cirebon menyatakan bahwa bahwa faktor higienitas makanan kurang menjadi perhatian ketika memilih makanan. Namanya anak kos ya pasti pilih yang pas buat di kantong ya. Kalo murah dan porsinya banyak mah pasti bakal lebih aku pilih. Apalagi kalau porsinya banyak terus rasanya enak. Kalau masalah bersih apa enggaknya memang masuk pertimbangan sih, tapi itu nomer ke sekian yang kadang malah ga terlalu aku permasalahin. (WF, 2016) Hal yang hampir serupa juga dikemukakan oleh mahasiswi semester 7 yang berasal dari Jakarta, kalau aku cari makanan sih ya harga apalagi kan aku anak kos, terus rasanya juga penting. Harga murah kalau ga enak mah sama aja boong. Terus bersih enggaknya juga masuk, tapi emang ga penting-penting banget sih, ya penting tapi ga banget. (JS, 2016) Lebih lanjut lagi, ternyata ada mahasiswa yang menyebutkan bahwa kebersihan atau higienitas makanan merupakan hal yang penting untuknya ketika memilih makanan. Berikut keterangan yang diberikan

5 oleh salah satu mahasiswi Unika Soegijapranata yang berasal dari Jogjakarta, Rasa sama kebersihan makanan yang sama-sama aku utamakan, kalau makanan ga bersih walaupun rasanya enak tetep aku gamau makan. Soalnya jijik gitu rasanya, nah kalo udah bersih dan enak baru pikirin harganya murah atau enggak, ya terus macem-macemnya lagi. (MB, 2016) Perilaku makan makanan bersih ini ternyata sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Pada masa globalisasi ini, tidak hanya faktor dari segi makanan itu sendiri seperti rasa, harga, dan higienitas makanan saja yang mempengaruhi perilaku makan mahasiswa pada umumnya, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Surjadi (2013) faktor-faktor seperti jadwal perkuliahan yang padat serta kebijakan universitas, teman sebaya, kebiasaan makan bersama keluarga, dan keberadaan tempat makan adalah faktor yang juga mengambil pengaruh besar dalam perilaku makan mahasiswa pada era globalisasi ini. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku makan makanan bersih oleh mahasiswa pada masa sekarang ini dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal. Ajzen (Bilic, 2005) dalam Theory of Planned Behaviour menyebutkan bahwa dalam memprediksi sebuah perilaku tertentu, intensi merupakan prediktor paling berpengaruh dan penting. Intensi yang dimaksudkan disini merupakan motivasi yang terdiri dari 3 aspek, yaitu attitude (sikap), subjective norms ( norma subjektif) dan percieved behavioral control (persepsi tentang kontrol perilaku yang terkait).

6 Ketiga prediktor yang ada dalam TPB tersebut merupakan hasil dari pengembangan TRA yang merupakan teori terdahulu dari Doll dan Ajzen (Bilic, 2005). Pada TRA hanya terdapat dua prediktor terkait dengan sikap yang merupakan faktor dari dalam diri individu dan norma subjektif yang merupakan faktor yang berasal dari lingkungan sosial. Sedangkan dalam pengembangannya ada penambahan percieved behavioral control dimana prediktor ini lebih memperkuat bagaimana sebuah intensi muncul. Fakta yang terdapat di lapangan dari hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan bahwa mahasiswa yang tinggal di kos memilih makanan yang mereka konsumsi dengan perencanaanperencanaan dan mempertimbangkan banyak hal. Dalam proses perencanaan hingga akhirnya memilih makanan yang akan dikonsumsi ada sangat banyak hal yang memengaruhi, baik berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal. Data-data awal yang peneliti berhasil kumpulkan menunjukkan bahwa sangat banyak faktor yang ternyata bisa menjadi sangat berperan penting terhadap perilaku seseorang dalam memilih makanan. Keprihatinan yang muncul berdasarkan pengamatan peneliti adalah ternyata banyak faktor yang tidak mengarahkan mahasiswa untuk memutuskan makan makanan bersih. Berdasarkan keprihatinan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana dinamika mahasiswa yang mempertimbangkan kebersihan makanan dan memilih makanan yang bersih untuk dikonsumsi dalam kesehariannya.

7 Selama ini belum terdapat penelitian yang menggambarkan perilaku seorang mahasiswa dalam makan makanan higienis dari sejak proses perencanaan hingga tahap akhirnya mahasiswa tersebut memilih makanan yang akan dikonsumsi. Menurut Deshpande, Basil, & Basil. (2009), perilaku makan dan pilihan makanan mempunyai dampak yang jelas terhadap kesehatan terutama dalam jangka panjang individu. Menjadi hal yang penting untuk melihat dinamika perilaku makan makanan bersih pada mahasiswa kos, mengingat dalam menentukan makanan yang akan dikonsumsi mahasiswa yang tinggal di kos selalu melakukan perencanaan. Selain itu penelitian analisis perilaku berdasarkan Theory of Planned Behaviour masih sangat jarang dilakukan di Indonesia, walaupun teori tersebut sesungguhnya efektif untuk mempredikisikan perilaku kesehatan termasuk perilaku makan makanan yang bersih. Dalam penelitian kali ini, peneliti tertarik untuk mengungkap lebih jauh bagaimana dinamika perilaku makan makanan bersih pada mahasiswa yang tinggal di kos menggunakan Theory of Planned Behaviour. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika perilaku makan makanan bersih pada mahasiswa kos berdasarkan Theory of Planned Behaviour.

8 C. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bersifat teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dalam ilmu pengetahuan Psikologi Kesehatan terutama mengenai bagaimana dinamika perilaku makan makanan bersih pada mahasiswa. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi masyarakat luas untuk meningkatkan perilaku makan makanan bersih terutama pada mahasiswa kos.