ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA TANI DENGAN SISTEM KONDOMISASI PADABUAH KAKAO

dokumen-dokumen yang mirip
Analis Pendapatan Usaha Tani Padi dengan Sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) di Kelurahan Padangsappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

IV. METODE PENELITIAN

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

ANALISIS SENSITIVITAS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI,

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) PADA USAHATANI MANGGIS

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

IV. METODE PENELITIAN

FAKTOR TEKNIK BUDIDAYA Yang MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) di KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

Oleh: Septianita. Abstract PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 2, Juni 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TANAMAN KARET KLON PB 260 DENGAN PETANI TANAMAN KARET LOKAL

Afrizon dan Herlena Bidi Astuti

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO Conopomorpha cramerella Snellen. DI SENTRA PERKEBUNAN KAKAO JAWA TIMUR

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

BESARNYA KONTRIBUSI CABE BESAR (Capsicum annum L) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI (Oryza sativa L) DI KELURAHAN BINUANG

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

SOCIETA IV - 1 : 48 53, Juni 2015 ISSN

PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING (SIDE GRAFTING) PADA JUMLAH SAMBUNGAN DAN LINGKAR BATANG YANG BERBEDA

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB III METODE PENELITIAN

Arie Bororing Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Indonesia ABSTRAK

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

Analisis Usahatani Kakao Pola Swadaya Di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

Elista K. Gurning 1), Yusmini 2), Susy Edwina 2) Hp: ;

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

KUISIONER RESPONDEN. 1. Pendidikan Terakhir (Berikan tanda ( ) pada jawaban) Berapa lama pengalaman yang Bapak/Ibu miliki dalam budidaya padi?

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

III KERANGKA PEMIKIRAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

KAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI DESA PEMATANG SIKEK KECAMATAN RIMBA MELINTANG KABUPATEN ROKAN HILIR

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

Perbandingan Pendapatan antara Usahatani Kopi dan Usahatani Jeruk di Desa Serai Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS EKONOMI USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI MELON

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

IV. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA TANI DENGAN SISTEM KONDOMISASI PADABUAH KAKAO (Theobroma cacao. L) (Studi Kasus di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu) IDAWATI Universitas Andi Djemma ABSTRAK Proses perkembangan memerlukan penemuanpenemuan baru atau inovasi dibidang teknologi pertanian dan caracara pengusahaannya. Penerapan teknik dan metode baru di dalam berusahatani dapat meningkatkan produksi pertanian dan secara langsung meningkatkan pendapatan petani. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani kakao adalah penerapan kondomisasi pada buah kakao yaitu budidaya tanaman kakao secara insentif yang menerapkan pemeberantasan penggerek buah kakao (PBK). Tujuan dari penelitian ini adalah (1). Untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan oleh petani kakao dengan kondomisasi pada buah kakao dibandingkan dengan non kondomisasi pada buah kakao di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, (2). Untuk mengetahui seberapa besar pendapatan petani yang menerapkan pada buah kakao di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu. Hipotesis yang diajukan adalah diduga bahwa (1). Biaya yang dikeluarkan petani dengan kondomisasi pada buah kakao relatif lebih besar dibanding dengan non kondomisasi pada buah kakao di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, (2). Petani dengan kondomisasi pada buah kakao akan memperoleh yang lebih besar dibanding dengan non kondomisasi pada buah kakao di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dan Analisis B/C Ratio. Total biaya yang dikeluarkan petani dengan Kondomisasi pada buah kakao adalah Rp. 1.598.050/Ha. Nilai biaya ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan petani non Kondomisasi pada buah kakao yaitu Rp. 1.384.570/Ha dengan selisih biaya Rp. 213.480 selama 1 tahun. Ratarata pendapatan bersih yang dterima oleh petani dengan kondomisasi pada buah kakao yaitu Rp. 9.357.150/Ha dan non kondomisasi pada buah kakao Rp. 5.063.930/Ha. Nilai B/C Ratio yang dihasilkan dengan penambahan teknologi Kondomisasi pada buah kakao adalah 21.11. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani dengan Kondomisasi pada buah kakao lebih menguntungkan dibandingkan dengan non Kondomisasi pada buah kakao. Kata Kunci: Biaya, Usaha Tani, Kondominasi, Kakao PENDAHULUAN 1

JURNAL PERBAL UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang mayoritas penduduknya hidup dan bekerja pada sektor pertanian (Soekartawi, 2002). Salah satu komoditi pertanian yang perlu dikembangkan berkenaan dengan diversifikasi komoditi khususnya di bidang perkebunan adalah komoditi kakao (Theobroma cacao L). Tanaman kakao memiliki kelebihan dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya. Kelebihan tanaman kakao yaitu mempunyai prospek yang cerah antara lain ditandai dengan terus meningkatnya nilai ekspor komoditi kakao, sehingga memberikan dan menambah devisa bagi negara. Kakao merupakan komoditi yang ideal untuk dibudidayakan dengan produktifitas yang sama pada skala kecil ataupun skala besar. Kakao secara relatif mudah dibudidayakan dan dipungut hasil panennya serta tidak memerlukan banyak modal untuk alat mesin berat dalam pengelolaannya. Oleh karena itu, kakao mudah terpadu dengan sistem pertanian tradisional (Spillane, 1995). Perkembangan luas areal dan jumlah produksi kakao di Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Perkembangan luas areal dan jumlah produksi kakao di Sulawesi Selatan dari tahun 2004 hingga tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Areal dan Jumlah Produksi Komoditi Kakao di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2004 hingga 2009. No Tahun Luas Areal (ha) Produksi (Ton) 1 2004 240.785 213.754 2 2005 250.09 245.219 3 2006 284.981 266. 677 4 2007 296.039 282.692 5 2008 208.45 167.493 6 2009 221.430,81 165.105,07 Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan, 2010. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa luas areal dan produksi kakao setiap tahun mengalami peningkatan. Namun di tahun 2008 luas areal dan produksi kakao mengalami penurunan signifikan. Keadaan ini disebabkan oleh usia kakao yang sudah ratarata di atas 20 tahun sehingga mempengaruhi produksi kakao. Alasan lain yang turut mendukung anjloknya produksi kakao yaitu adanya hama penggerek buah yang menyerang buah kakao sehingga produksi kakao berkurang. Kabupaten Luwu merupakan salah satu daerah pengembangan tanaman kakao, hal ini disebabkan karena potensi wilayah dan syarat tumbuh tanaman kakao cocok dengan wilayah tersebut. Tingkat Produksi kakao di Kabupaten Luwu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Kakao di Kabupaten Luwu (Tahun 20042009). No Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) 1 2004 25.881 24.368 2 2005 28.286 28.097 3 2006 28.340 28.947

VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 4 2007 28.340 28.165 5 2008 28.496 33.622,98 6 2009 27.796 20.365,84 Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Luwu 2010. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa Tanaman Kakao di Kabupaten Luwu dalam kurun waktu 2004 2009 cenderung mengalami peningkatan, pada tahun 2004 jumlah produksi kakao sebanyak 24.368 ton, kemudian terus mengalami peningkatan hingga tahun 2008 yang juga merupakan puncak produksi kakao selama 5 tahun terakhir yakni 33.622,98 ton tetapi pada tahun 2009 produksi kakao mengalami penurunan menjadi 20.365,84 ton. Hal ini disebabkan karena adanya hama Penggerek Buah Kakao (PBK) yang menyerang tanaman kakao, produksi kakao mengalami penurunan sehingga berkurang pula pendapatan petani, sedangkan luas lahan tanaman kakao mengalami peningkatan pada tahun 2004 2008 tetapi di tahun 2009 luas lahan kakao menurun menjadi 27.796 Ha. Berbagai macam upaya yang telah dilakukan dalam pembangunan pertanian meliputi intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Program pembangunan pertanian khususnya program intensifikasi secara besarbesaran yang ditempuh melalui aneka rupa program subsidi dalam sarana produksi (benih, pupuk, obatobatan pemberantasan hama dan penyakit). Usaha penanganan penyakit yang menyerang tanaman kakao tidak hanya jenis penyakitnya yang perlu diperhatikan, tetapi lingkungan serta tanaman inang alternatifnya juga harus diperhatikan. Penanganan serangan penyakit bisa dilakukan dengan memadukan beberapa teknik yang sesuai. Tujuannya untuk mengurangi kegagalan dan menjaga kelestarian lingkungan. Berdasarkan diagnosis yang tepat, pengetahuan epidemiologi (laju pertumbuhan penyakit), dan kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit (PT. Mars Symbioscience Indonesia, 2008) Salah satu cara yang dianggap dapat mengurangi serangan Penggerek buah kakao (PBK) yang merupakan hama utama kakao yang menimbulkan masalah serius di Indonesia adalah Penerapan penyarungan (Kondomisasi) karena telah menyerang hampir seluruh areal pertanaman kakao dan sangat merugikan petani (Wardojo, 1980). Penerapan Kondomisasi ini relatif memerlukan biaya dan kontiunitas yang secara terus menerus harus dilakukan oleh petani di mana cara ini dianggap dapat melindungi bakal buah kakao dari penyebaran hama Penggerek Buah Kakao (PBK) sehingga dapat mengurangi dan melindungi buah dari serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK) agar dapat meningkatkan hasil produksi petani. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan, dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu daerah sentra kakao di Kabupaten Luwu. Waktu penelitian berlangsung mulai bulan September 2014 hingga November 2014. Penentuan responden dilakukan dengan cara purposive sampling atau pemilihan secara sengaja berdasarkan kriteria tertentu sesuai tujuan penelitian. 3

JURNAL PERBAL UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO Kriteria tertentu yang dimaksud yaitu petani yang pernah melakukan sistem kondomisasi dan petani tersebut dianggap mampu memberikan keterangan (Wirartha, 2005) Teknik penentuan petani responden yaitu menentukan jumlah populasi petani kakao di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu adalah 523 orang, menurut Aritkunto (1997) bahwa penentuan jumlah sampel dapat didasarkan pada jumlah populasinya. Populasi yang jumlahnya kurang dari 100, dan memiliki kualitas yang cenderung heterogen sebaiknya tidak menggunakan sampel penelitian populasi. Akan tetapi, jika jumlah populasinya besar dan homogen dapat diambil 10 15 % sampel. Mengingat waktu, tenaga dan dana yang terbatas pada penelitian ini, maka sampel yang diambil pada penelitian ini adalah sebesar 20 %, dengan demikian jumlah responden adalah 40 orang, penentuan responden dilakukan dengan cara purposive sampling sebanyak 20 responden yang menerapkan penyarungan pada buah kakao dan 20 responden yang non penyarungan pada buah kakao. Data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan responden menggunakan daftar pertanyaan (Quisioner) yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau kantorkantor yang ada hubungannya dengan penelitian ini seperti di Kantor Kelurahan Noling, PT. Mars Symbiosiesience Indonesia, Badan Penelitian Statistik Kabupaten Luwu, dan Kantor Dinas Perkebunan Kabupaten Luwu. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini akan ditabulasi dan diolah dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu : Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya (Soekartawi, 2002). Pd = TR TC Dimana : Pd = Pendapatan Usahatani TR = Penerimaan Total TC = Biaya Total Analisis B/C Ratio merupakan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan penambahan jumlah input yang digunakan. Analisis ini digunakan untuk menguji keuntungan ekonomis suatu teknologi. Analisis B/C Ratio menurut Soekartawi (2002) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : k ( Yi)(Pyi) i=1 B/C Ratio = n ( Xi)(Pxi) i=1 Dimana :

VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 Yi Pyi Xi Pxi i...n i...k = Tambahan jumlah produksi fisik sesudah pemakaian teknologi baru. = Harga salah satu produk per satuan fisik yang diterima oleh petani = Penambahan salah satu input macam input dalam satuan fisik = Harga salah satu input X yang digunakan = Banyaknya jenis input yang ditambahkan penggunaannya = Banyaknya jenis manfaat yang diperoleh. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondomisasi Pada Buah Kakao Kondomisasi buah dengan sarung plastik merupakan metode yang mencegah imago PBK meletakkan telur pada buah kakao. Menurut Moersamdono dan Wardojo (1984) hampir 100% buah yang disarungi bebas dari serangan PBK. Konsep dasar kondomisasi pada buah kakao terdiri atas buah yang disarungi menggunakan kantung plastik transparan ukuran 30 cm x 17 cm dan diikat pada tangkai buah menggunakan karet gelang nilon diameter 1 4 cm. Kondomisasi buah dilakukan pada buah yang panjangnya 7 10 cm. Biaya dan Pendapatan Usahatani Kakao Biaya produksi usahatani yaitu biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu kali proses produksi, yang terdiri dari biaya penyusutan, biaya variabel dan biaya tetap. Biaya penyusutan adalah biaya yang umur pemakaiannya lebih dari satu tahun.penyusutan alat yang digunakan oleh petani responden dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi bahwa alat yang digunakan dalam usahatani kakao menyusut dalam besaran yang sama setiap tahunnya. Secara matematis penyusutan alat dapat dirumuskan sebagai berikut : NPA = Nilai Perolehan Nilai Sisa X Jumlah Alat Lama Pemakaian Jenis dan nilai penyusutan alat dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7.Jenis dan Nilai Penyusutan Alat RataRata Peralatan Usahatani Petani Responden dengan Kondomisasi dan Non Kondomisasi pada Buah Kakao. No Uraian Jenis Alat 1 Petani dengan Kondomisasi pada Buah Kakao Nilai Penyusutan Persentase (%) Parang 1.812 7,02 Cangkul 1.604 6,22 Gerobak 4.709 18,25 Pompa Semprot 2.908 11,27 Stik 10.707 41,5 Ember 4.060 15,74 Jumlah Rp. 25.800 100 5

JURNAL PERBAL UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO 2 Petani Non Kondomisasi pada Buah Kakao Parang Cangkul Gerobak Pompa Semprot Ember 1.911 1.666 5.787 5.295 4.321 10,07 8,78 30,49 27,90 22,77 Jumlah Rp. 18.980 100 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011. Tabel 7 menunjukkan bahwa total nilai penyusutan alat pada usahatani kakao petani responden dengan Kondomisasi pada buah kakao yaitu Rp. 25.800. dan petani responden dengan dengan non kondomisasi yaitu Rp. 18.980 selama satu tahun, dengan demikian terjadi selisih Rp.6.820. Hal ini disebabkan karena harga alat dan waktu mereka membeli alatalat tersebut berbeda, sehingga penyusutan alat baik petani dengan kondomisasi maupun non penyarungan pada buah kakao cenderung berbeda karena harga alat dari tahun ke tahun berbeda. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah berapapun besarnya penjualan atau produksi ( Kuswadi, 2006). Biaya tetap ratarata Usahatani Petani Responden dengan Kondomisasi dan Non Kondomisasi pada Buah Kakao dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Biaya tetap Ratarata Usahatani Petani Responden dengan Kondomisasi dan Non Kondomisasi pada Buah Kakao. Petani Kondomisasi Non Kondomisasi No Uraian Jumlah Nilai Jumlah Nilai(Rp ) 1 Pajak Tanah(Ha) 1,33 25.000 1,33 25.000 2 Penyusutan alat 25.800 18.980 Total Biaya Tetap 50.800 43.980 Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2011. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada skala produksi atau biaya yang penggunaannya habis atau dianggap habis dalam satu masa produksi. Tergolong dalam kelompok ini antara lain Pupuk Urea, Pupuk NPK PHONSKA, Pupuk PPC/PPT, Pupuk ZA, Pestisida dan upah tenaga kerja sedangkan biaya tetap yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu proses produksi seperti biaya penyusutan alat, pajak lahan.ratarata biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani yang menerapkan kondomisasi dan non kondomisasi pada buah kakao yang di Kelurahan Noling dapat di lihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya Variabel RataRata per Hektar Usahatani Kakao Petani Responden Dengan Kondomisasi dan Non Kondomisasi pada

VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 No Buah Kakao Selama 1 Tahun di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, 2011. Petani Penyarungan Buah Non Penyarungan Uraian Kakao Buah Kakao Jumlah Nilai Nilai Jumlah 1 a.pupuk Urea (Kg) NPK PHONSKA (Kg) ZA (Kg) PPC/PPT (l) HERBISIDA (ml) INSEKTISIDA (ml) b.tenaga Kerja Pemupukan (HOK) Pemangkasan (HOK) Penyarungan (HOK) Panen (HOK) c. Bahan Plastik Transparan Karet Nilon 100 95,1129 89,0977 0,93984 554,5112 4,5489 5,3759 5,3759 4,5489 23,30383 27,5564 160.000 218.759 124.737 65.789 83.177 113.722 134.398 134.398 113.722 233.083 344.455 100 96,2246 95,0943 1,01888 528,301 9 528,301 9 4,1887 4,9811 4,8302 160.000 221.321 133.132 68.704 79.245 79.245 104.717 124.528 120.755 Total Biaya Variabel 1.726.240 1.091.647 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011. Total Biaya Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel Total biaya ratarata yang dikeluarkan oleh petani yang menerapkan kondomisasi dan non kondomisasi pada buah kakao di Kelurahan Noling dapat di lihat pada Tabel 10. Tabel 10. No Total Biaya per Hektar Usahatani Kakao Petani Responden Dengan Kondomisasi dan Non Kondomisasi pada Buah Kakao Selama 1 Tahun di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, 2011. Uraian Kondomisasi Nilai Petani Non Kondomisasi Nilai 7

JURNAL PERBAL UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO 1 Biaya Tetap 46.740 39.388 2 Biaya Variabel 1.726.240 1.091.647 Total Biaya 1.772.980 1.131.035 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011. Total biaya yang dikeluarkan petani dengan kondomisasi adalah Rp. 1.772.980per hektar sedangkan non kondomisasi pada buah kakao adalah Rp. 1.131.035 per hektar dengan demikian terdapat selisih sebesar Rp. 641.945. Ini disebabkan karena petani dengan kondomisasi pada buah kakao mengeluarkan tambahan biaya seperti biaya tenaga kerja untuk kondomisasi, biaya bahan plastik transparan dan bahan karet nilon sehingga biaya yang dikeluarkan petani non penyarungan buah kakao, dari uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan petani penyarungan lebih besar dibanding non kondomisasi pada buah kakao. Produksi Pengelolaan usahatani merupakan kemampuan petani menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktorfaktor produksi yang dikuasai sebaikbaiknya dan memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran keberhasilan pengelolaan usahatani tersebut adalah produktivitas setiap faktor maupun produktivitas dari setiap usahanya (Padholi Hernanto,1993). Produksi pertanian merupakan hasil yang diperoleh dari salah satu cabang usahatani yang diusahakan, sedangkan penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Berikut ini akan disajikan Produksi, Harga/Kg, dan Nilai Produksi ratarata per hektar usahatani kakao petani dengan Kondomisasi dan non Kondomisasi pada buah kakao dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. No 1. Jumlah RataRata Produksi, Harga/Kg dan Nilai Produksi per Hektar Usahatani Kakao Petani Responden dengan Kondomisasi dan Non Kondomisasi Pada Buah Kakao di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, 2011. Uraian Petani dengan Penyarungan pada Buah Kakao Produksi (Kg) 1.029,6241 Harga 8.000 Nilai Produksi 8.236.992 2. Petani Non Penyarungan pada Buah Kakao 648,9057 7.500 4.866.793 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011.

VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 Tabel 11. menunjukkan bahwa produksi kakao yang dihasilkan petani dengan penyarungan sebanyak 1.029,6241 Kg sedangkan petani non penyarungan pada buah kakao sebanyak 648,9057 Kg. Hal ini disebabkan karena kualitas mutu biji kakao yang disarungkan lebih baik yaitu lebih berat karena biji kakao yang disarungkan dalam keadaan utuh dibandingkan dengan biji kakao yang tidak disarungkan sehingga terjadi perbedaan produksi antara buah kakao yang disarungkan dengan buah kakao yang tidak disarungkan, nilai produksi yang diterima petani dengan kondomisasi pada buah kakao adalah Rp. 8.236.992 lebih banyak dari pada petani non kondomisasi yaitu Rp. 4.866.793 Dengan demikian terjadi selisih sebesar Rp. 3.370.199 Biji kakao yang dihasilkan dengan kondomisasi lebih berat dan pedagang pengumpul membeli dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp. 8.000 per Kg sedangkan biji kakao yang non kondomisasi yaitu sebesar Rp. 7.500 per Kg. Dengan demikian nilai produksi kakao yang dihasilkan petani dengan kondomisasi lebih besar dibanding petani yang non kondomisasi pada buah kakao. Pendapatan Bersih Petani Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya yang digunakan dalam usahatani. Sedangkan penerimaan diperoleh dari hasil kali antara jumlah produksi dengan harga produksi yang diterima oleh petani sebelum dikurangi dengan total biaya yang digunakan dalam usahatani.rincian nilai penerimaan dan pendapatan bersih ratarata per hektar petani dengan sistem Kondomisasi dan non Kondomisasi pada buah kakao di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu dapat di lihat pada tabel 12. Tabel 12. Nilai Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Bersih RataRata per Hektar Usahatani Kakao Petani Responden dengan Kondomisasi dan Non Kondomisasi pada Buah Kakao di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, 2011. Petani No Uraian Kondomisasi pada Buah Kakao Non Kondomisasi pada Buah Kakao 1. Total Penerimaan (TR) 8.236.992 4.866.793 2. Total Biaya (TC) 1.772.980 1.131.035 3. Pendapatan Bersih (π) = (1 2) 6.464.012 3.735.758 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011. Tabel 12 Menunjukkan bahwa ratarata pendapatan bersih yang diterima oleh petani dengan Kondomisasi lebih besar dari pada pendapatan bersih yang diterima petani non Kondomisasi pada buah kakao, total pendapatan bersih yang diterima oleh petani dengan Kondomisasi pada buah kakao Rp. 6.464.012per hektar, sedangkan total pendapatan bersih yang diterima oleh petani non Kondomisasi pada buah kakao Rp. 3.735.758 per hektar, dengan demikian terdapat selisih sebesar Rp. 2.728.254. 9

JURNAL PERBAL UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO Hal ini disebabkan karena petani dengan Kondomisasi pada buah kakao terhindar dari serangan hama (PBK) sehingga produksi kakao yang diterima petani dengan sistem Kondomisasi lebih besar dibanding non Kondomisasi pada buah kakao. Analisis B/C Ratio Analisis B/C ratio merupakan perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan penambahan jumlah input yang digunakan. Analisis ini digunakan untuk menguji keuntungan ekonomis suatu teknologi baru. Perbandingan nilai tambahan produksi dan biaya per hektar usahatani kakao petani responden dengan Kondomisasi dan non Kondomisasi pada buah kakao di Kelurahan Noling dapat di lihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Nilai Tambahan Produksi dan Biaya per Hektar Usahatani Kakao Petani Responden dengan Kondomisasi dan Non Kondomisasi Pada Buah Kakao di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, 2011. No Uraian Kondomisasi Buah Kakao Petani Non Kondomisasi Buah Kakao Selisih 1 Nilai Produksi 8.236.992 4.866.793 3.270.199 2 Total Biaya 1.772.980 1.131.035 641.945 3 B/C Ratio 5,25 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011 Tabel 13 menunjukkan bahwa dengan penambahan nilai produksi dan total biaya dari petani dengan penyarungan pada buah kakao maka akan diperoleh angka B/C Ratio sebesar Rp. 5,25. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani dengan penyarungan pada buah kakao lebih menguntungkan dibandingkan dengan yang non penyarungan pada buah kakao. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Total biaya yang dikeluarkan petani dengan Kondomisasi pada buah kakao adalah Rp. 1.772.980/Ha. Nilai biaya ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan petani non Kondomisasi pada buah kakao yaitu Rp. 1.131.035/Ha dengan selisih biaya Rp. 641.945 selama 1 tahun. 2. Pendapatan bersih yang diperoleh dari petani dengan Kondomisasi pada buah kakao lebih besar darip pada pendapatan bersih usahatani non Kondomisasi pada buah kakao yaitu masingmasing Rp. 8.236.992/Ha dan Rp. 4.866.793/Ha dengan selisih Rp. 3.370.199. Dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa petani dengan kondomosasi pada buah kakao

VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 mendapatkan keuntungan yang lebih besar, dibandingkan dengan non kondomosasi pada buah kakao selama 1 tahun. 3. B/C Ratio yang dihasilkan dengan penambahan teknologi Kondomisasi pada buah kakao adalah 5,25. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani dengan Kondomisasi pada buah kakao lebih menguntungkan dibandingkan dengan non Kondomisasi pada buah kakao. 6Saran Disarankan kepada petani untuk melakukan penyarungan karna lebih menguntungkan dengan B/C ratio 5,25. DAFTAR PUSTAKA Alba, M.c., A.C. Salvador,T.C Galvizo dan E, Thomas, 1985. Additional Information on The Bilogy of Acrocercops (Cramerellaell Lepi doptera Gracillaridae) in the Philippines. Philip. Anonim, 2010. Sulawesi Selatan Dalam Angka. Dinas Perkebunan, SulSel. Anonim, 2010. Kabupaten Luwu Dalam Angka. Badan Statistik Kabupaten Luwu. Arikunto, Suharsimi, 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta. Djamin Z., 1992. Perencanaan dan Analisa Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Entwiste., 1972. Society an Introductory Analysis. London, Mac Milan & Co Ltd. Hernanto, Fadholi, 1993. Ilmu Usahatani. Penevar Swadaya, Jakarta. Kuswadi, 2006. Memahami Rasiorasio Keuangan Bagi Orang Awam. Penerbit Elex Media Kompotindo. Jakarta Moersamdono dan S., Wardojo, 1984. Kemajuan dalam Percobaan Perlindungan Buah Cokelat dengan Kantung Plastik dari serangan Acrocercops cramerellesn. Menara Perkebunan, 52:9396 Mubyarto; 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta., 1996. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit LP3ES, Jakarta. PT. Mars Syimbioscience Indonesia. Praktek Perkebunan Kakao Yang Baik. Mars SustainabilityCSP, Noling. Siregar T., Slamet R., Lacli N., 1997. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Coklat. Penebar Swadaya, Jakarta. Soeharjo dan Dahlan Patong, 1982. SendiSendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmuilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Soekartawi, 1987. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. CV. Rajawali, Jakarta., 1995. Analisis Usahatani, Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta., 2002. Analisis Usahatani, Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta. Spillane, j.j. 1995. Komoditi Kakao Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius, Jakarta. 11

JURNAL PERBAL UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO Sunanto Hatta, 1994. Coklat, Budidaya, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya, Kanisius, Jakarta. Wardojo, S, 1980. The cocoa pod borer a major hidranceto cocoa development. Indonesian Agricultural Research & development Journal, 2: 14., 1984. Kemungkinan Pembebasan Maluku Utara daripada Masalah Penggerek Buah Cokelat, Acrocercops cramerella Sn. Menara Perkebunan 52 (3) : 57 64. Wirartha, I Made. 2005. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Yoyakarta.