RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus I. PEMOHON Dahlan Pido II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: - Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 menyatakan, Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi ; - Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, dan Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan, Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. IV. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING) Pemohon adalah perseorangan warga negara Indonesia yang merasa dirugikan dan/atau berpotensi dirugikan hak-hak konstitusionalnya dengan berlakunya Pasal 5 ayat (2) UU Yayasan karena telah menjadi norma yang diskriminatif bagi 1
Pemohon yang merupakan Pembina dan juga sebagai organ Yayasan bersamasama dengan Pengurus dan Pengawas Yayasan. Pasal tersebut menghilangkan hak Pemohon untuk mendapatkan gaji, upah atau honorarium seperti halnya Pengurus Yayasan lainnya. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI DAN NORMA UUD 1945 A. NORMA MATERIIL Norma yang diujikan yaitu: Pasal 5 ayat (2) UU Yayasan (2) Pengecualian atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditentukan dalam Anggaran Dasar Yayasan bahwa Pengurus menerima gaji, upah, atau honorarium, dalam hal Pengurus Yayasan : a. Bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina, dan Pengawas; dan b. Melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh. B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Negara Indonesia adalah negara hukum. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 (2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhdap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. 2
VI. ALASAN PERMOHONAN 1. Terdapat banyak dari kegiatan Yayasan di Indonesia, yang pelaksanaan kegiatannya dilakukan bersama-sama dengan organ Yayasan selain Pengurus, yaitu Pembina dan Pengawas. Seharusnya hak-hak Pembina juga diperlakukan sama dengan Pengurus, termasuk hak untuk mendapatkan dan menerima gaji, upah dan honorarium, karena Pengurus Yayasan tidak dapat bekerja sendiri tanpa dibantu oleh organ Yayasan lain, seperti Pembina dan Pengurus; 2. Berdasarkan pengalaman Pemohon sebagai Pembina di Yayasan TOYIB SALMAH HABIBIE, Yayasan tidak dapat memberikan gaji, upah atau honorarium kepada Pemohon sebagai Pembina karena adanya ketentuan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Padahal secara pelaksanaan pekerjaan, Pemohon sama dengan para pengurus lainnya di Yayasan, yang melakukan aktivitas secara rutin bersama-sama; 3. Norma yang tekandung dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan merupakan norma yang diskriminatif karena bertentangan dengan hak-hak konstitusional Pemohon, sehingga menurut Pemohon Pasal 5 ayat (2) tersebut harus dinyatakan inkonstitusional; 4. Hak konstitusional Pemohon yang dijamin oleh konstitusi yaitu untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun, termasuk karena posisi Pemohon di Yayasan TOYIB SALMAH HABIBIE sebagai Pembina bukan pengurus sebagaimana pengecualian yang terdapat di Pasal 5 ayat (2) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan; 5. Menurut Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, S.H. adanya perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang adil. Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu negara hukum yang demokratis; 3
6. Bahwa norma yang terdapat dalam Pasal 5 ayat (2) khususnya frasa Pengecualian atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditentukan dalam anggaran dasar yayasan bahwa pengurus menerima gaji, upah, atau honorarium bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang telah secara tegas mengatakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Menurut Prof. Dr. Sri Sumantri, Negara Hukum pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 paling tidak harus memenuhi unsur-unsur (1) Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas hukum atau peraturan perundang-undangan; (ii) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara); (iii) Adanya pembagian kekuasaan dalam negara; (iv) Adanya pengawasan dari badan badan pemerintahan negara; 7. Prof. Dr. Jimly Ashidiqie, SH., menegaskan terkait Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law), adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan yang diakui secara normatif dan dilaksanakan secara empirik. Dalam rangka prinsip persamaan ini, segala sikap dan tindakan yang diskriminatif dalam segala bentuk dan manifestasinya diakui sebagai sikap dan tindakan yang terlarang, kecuali tindakan yang bersifat khusus dan sementara yang dinamakan affirmative action guna mendorong dan mempercepat kelompok masyarakat tertentu untuk mengejar kemajuan sehingga mencapai tingkat perkembangan yang sama dan setara dengan kelompok masyarakat yang sudah jauh lebih maju. VII. PETITUM 1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon; 2. Menyatakan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Lembaran Negara Nomor 4132) bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945; 3. Menyatakan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang 4
Lembaran Negara Nomor 4132) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya; 4. Menyatakan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Lembaran Negara Nomor 4132) bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28I ayat (2) UUD 1945; 5. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Atau apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). 5