BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA IMPLEMENTASI SILA PERTAMA TERHADAP PEMBANGUNAN TEMPAT IBADAH

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) RAPAT KOORDINASI FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN ANGGARAN 2018

BAB I PENDAHULUAN. shahwaniyah (nafsu yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah), dengan

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUMLOKASI PENELITIAN. Kecamatan Lima puluh adalah sebuah kecamatan dikota Pekanbaru, propinsi Riau.

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DI JAWA BARAT

KEWARGANEGARAAN. Konsep Dasar Kewarganegaraan. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada. 1. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

TANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dan Memenuhi Tugas-tugas Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin. Oleh FEBBINAWATI NIM:

BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN. Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai jumlah penduduk

BAB II. GAMBARAN UMUM KECAMATAN SABAK AUH KABUPATEN SIAK SRI INDRAPURA A. Letak Geografis, Demografis, Visi dan Misi Kecamatan Sabak Auh

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kemajemukan, tetapi yang terpenting adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Agama seperti yang kita ketahui bahwa dalam perspektif umat merupakan

Oleh: H. Ismardi, M. Ag Dosen Fak. Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau/Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kota Pekanbaru.

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Dengan populasi penduduk

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pekanbaru, terdiri atas 65 RW dan 318 RT. Luas wilayah Kecamatan Tampan

RANCANGAN INSTRUMEN SURVEY LAPANGAN 1 PASIS SESKOAD TAHUN 2004 BIDANG SOSIAL BUDAYA A. Kependudukan/Demografi

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga aspek muamalah, khususnya ekonomi Islam.Al-Quran secara tegas. Allah SWT berfirman dalam al-quran yang berbunyi :

BAB II TINJAUAN UMUM RW 01. Kelurahan Simpang Empat Kecamatan Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perumahan, yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. penting terhadap kehidupan berjuta-juta manusia.penelitian menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. pekerja romusa ini dipekerjakan dengan paksa oleh penjajah jepang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tinjauan sosiologis mengenai lingkungan berarti sorotan yang

PEDOMAN OBSERVASI. No Aspek yang diamati Keterangan. dalam menjaga hubungan yang

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA WALIKOTA BANDA ACEH,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Geografis Dan Demografis Kecamatan Tampan

BAB I PENDAHULUAN. serta berbeda kepentingan. Akan tetapi perbedaan-perbedaan itu disatukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA. Penulis telah memaparkan pada bab-bab yang terdahulu mengenai dasar

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

I. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN RUMAH TOKO MENJADI RUMAH PERIBADATAN (STUDI DI KOTA SAMARINDA)

-1- QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN TEMPAT IBADAH

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kecamatan Batang Cenaku. Kecamatan Batang Cenaku memiliki luas daerah sebesar 634,43 Km

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 27 /KPTS/013/2016

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. batas antara Kota Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar pada tanggal 14 Mei

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pada tanggal 24 juli tahun Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal dari

NASKAH SOSIALISASI PERAT A URAN A B ERSAM A A

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

AL-QUR AN SEBAGAI PERANTARA PENGUATAN KARAKTER (RELIGIUS, TOLERANSI DAN DISIPLIN) MAHASISWA FKIP PGSD UMS ANGKATAN 2012

Izin Mendirikan Bangunan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

GUBERNUR BENGKULU. atau menodai agama, serta tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum;

PANCASILA & KEBEBASAN BERAGAMA STMIK AMIKOM Yogyakarta

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Desa Pangkalan Terap Kecamatan Teluk Meranti

BAB IV ANALISIS. Karenakerukunanmempertemukanunsur-unsur yang berbeda, sedangkantoleransimerupakansikapataurefleksi.tanpakeruknan,

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara universal (tanpa dipandang suku, etnis, stratifikasi sosial maupun agamanya) merupakan salah satu makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini 1. Manusia juga dilengkapi akal dan nafsu shahwaniyah (nafsu yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia menjalankan kehidupannya baik sebagai individu dan terlebih sebagai anggota suatu kelompok masyarakat dengan segala persamaan dan perbedaannya, semuanya mengharapkan suatu pola dan sistem kehidupan yang sempurna pula. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan yang harus disyukuri sebagai kekayaan bangsa. Namun, dari kemajemukan ini juga mengandung kerawanan yang dapat memunculkan konflik antara kelompok yang berbeda. Bangsa Indonesia saat ini, sedang menghadapi problema yang sangat besar, yakni masalah kerukunan nasional dan kerawanan sosial yang sangat mengkhawatirkan persatuan dan keutuhan negara Indonesia. Kenyataan empiris di beberapa wilayah Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan, yakni banyak aksi-aksi kekerasan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat melibatkan berbagai unsur dan kelompok, baik etnis maupun agama. Oleh karena 1 Abu Dzarrin Al-Hamidy, Toleransi dan Hubungan Antar Umat Beragama dalam Perspektif al-qur an, (Surabaya: elkaf, 2003), h. 3. 1

2 itu perlu dikaji secara serius dan mendalam untuk dijadikan bahan antisipasi ke depan 2. Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, negara menjamin bagi setiap rakyat Indonesia untuk memeluk agamanya masing-masing. Hal ini tertuang UUD 1945 pasal 29 ayat 2. Di samping itu, negara juga mengakui beberapa agama resmi di antaranya Agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha. Adanya jaminan dalam memeluk agama bagi setiap warga negara dan diakuinya enam agama resmi membuat masyarakat Indonesia yang bertempat tinggal dalam suatu daerah bisa hidup rukun dan damai tidak dalam satu keyakinan, akan tetapi banyak keyakinan. Untuk menghindari terjadinya konflik antar agama itu bukanlah hal yang mudah. Walaupun dalam masyarakat Indonesia dikembangkan sikap saling menghormati antar pemeluk agama yang berbeda. Namun, masalah yang berkaitan dengan agama sangat sensitif dan sangat mudah menimbulkan konflik. Sesuai dengan Keputusan Menteri Agama nomor 70 tahun 1978 Tentang Pedoman Penyiaran Agama untuk menjaga stabilitas nasional dan demi tegaknya kerukunan antar umat beragama, pengembangan, dan penyiaran agama supaya dilaksanakan dengan semangat kerukunan, tenggang rasa, saling menghargai, hormat menghormati antar umat beragama sesuai jiwa Pancasila. Seluruh Aparat Kementerian Agama sampai ke daerah-daerah diperintahkan untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Keputusan ini dan selalu mengadakan 2 Kurnia Ilahi dan Jamaluddin Rabain, Pemetaan Kerukunan dan Kerawanan Sosial Kehidupan Umat Beragama Di Kabupaten Kuantan Singingi, Jurnal Ushuluddin III, no 2 (2011), h. 207-208.

3 kosultasi/koordinasi dengan unsur Pemerintahan dan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Hal di atas berkaitan dengan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 01/BER/MDN-MAG/1969. Tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-pemeluknya. Intinya, kepala daerah dan kepala perwakilan memberi kesempatan, membimbing, dan mengawasi setiap usaha penyebaran agama dan pelaksanaan ibadah, agar pelaksanaan penyebaran dan ibadah oleh pemeluk-pemeluknya tidak melanggar hukum serta keamanan dan ketertiban umum 3. Untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama dan agar tidak terjadi konflik, maka setiap pemeluk agama mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, seperti dalam pembangunan rumah ibadah harus mendapat izin dari kepala pemerintahan dan masyarakat setempat dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya konflik antar umat beragama. Misalnya, pemerintah dengan mengadakan konferensi-konferensi antar agama dan dialogdialog antar pemuka agama untuk saling bersikap terbuka dan bekerjasama dengan sesama penganut agama di Indonesia dalam kehidupan masyarakat perlu dikembangkan sikap toleransi, hormat-menghormati, dan bekerjasama dengan masyarakat yang berbeda agama agar terbina kerukunan antar umat beragama dan menghindari terjadinya konflik. Apa yang diharapkan pemerintah dan tuntutan 3 Ibid.

4 dari Pancasila UUD 1945 agar masyarakat Indonesia dapat hidup rukun dan saling menghormati serta kerjasama belum sepenuhnya dapat tercapai. Hal ini masih banyak kita lihat terjadinya konflik antar umat beragama. Ini membuktikan belum tercapainya cita-cita bangsa Indonesia. Perbedaan suku, etnis dan agama ini sangat mempengaruhi interaksi sosial masyarakat disamping pengaruh lain. Kerukunan hidup beragama merupakan suasana komunikasi yang harmonis dalam dinamika interaksi antar umat beragama, baik interaksi sosial maupun antar kelompok keagamaan. Kerukunan tersebut tercermin dalam pergaulan hidup keseharian umat beragama yang berdampingan secara damai, toleran, saling menghargai kebebasan keyakinan dan beribadat sesuai dengan ajaran agama yang dianut, serta adanya kesediaan dan kemauan melakukan kerjasama sosial dalam membangun masyarakat dan bangsa 4. Dalam membina kerukunan antar umat beragama pasti ada yang namanya kesenjangan antara satu dengan yang lainnya. Berkenaan dengan berbagai permasalahan sosial yang mengandung potensi konflik dalam masyarakat setempat dan dapat mengganggu serta merugikan berbagai upaya perwujudan kerukunan umat beragama, misalnya saja tempat tinggal yang difungsikan sebagai rumah ibadah terdapat di sebagian besar kabupaten/kota yang dijadikan sasaran kajian ini. Hal ini menuai banyak protes, karena dipandang bertentangan dengan ketentuan yang disepakati bersama. Protes masyarakat juga muncul di beberapa wilayah terkait sehubungan dengan pendirian atau kehadiran 4 Haidlor Ali Ahmad, Potret Kerukunan Umat Beragama di Provinsi Jawa Timur, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2011), h. 19.

5 rumah ibadat yang dipandang tidak sesuai dengan prosedur atau persyaratan yang telah ditentukan. Protes-protes ini yang dapat menimbulkan gejolak yang mengganggu kerukunan 5. Perbedaan agama menjadi sebuah dinamika sosial yang menimbulkan disharmonisasi didalam interaksi hubungan bermasyarakat. Oleh karena itu, karena masing-masing agama mengklaim bahwa agama merekalah yang paling benar. Sejak zaman dahulu problematika yang terjadi karena masalah agama ini sudah membudidaya hingga saat ini, tentunya permasalahan ini membutuhkan perhatian serius dari Pemerintah untuk membuat kebijakan melalui Peraturan, sama seperti halnya problematika pendirian Rumah Ibadah juga merupakan suatu permasalahan yang acap kali kita temui. Seperti realita yang sudah terjadi di Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Lima Puluh, Kota Pekanbaru, bahwa warga yang tergabung dalam Forum Lintas Mesjid Kecamatan Lima Puluh Pekanbaru meminta penghentian pembangunan Vihara Pi Li Gong di wilayah mereka. Mereka beralasan pendirian gereja tersebut, tidak sesuai prosedur dan illegal (tidak adanya perizin pendirian) 6. Beberapa pihak juga mengatakan selama ini warga tidak pernah dilibatkan dalam musyawarah soal rencana pembangunan Vihara tersebut. Selain itu, pihak Vihara tidak mempunyai Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Salah satu 5 Ibid, h. 24. 6 Data dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Pekanbaru.

6 tokoh Islam Lima Puluh juga mengatakan kekhawatiran pengaruh agama Budha di wilayahnya akan semakin bertambah dengan berdirinya Vihara 7. Terlepas dari pemikiran tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti konflik antar umat agama tentang Penyelesaian Konflik Pendirian Rumah Ibadah Vihara Pi Li Gong di Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru Menurut Fiqh Siyasah. B. Batasan Masalah Dalam skripsi ini, penulis menguraikan apa yang telah penulis dapatkan dalam penelitian mengenai konflik pendirian rumah ibadah Vihara Pi Li Gong. Agar tidak terjadi perluasan/penjabaran mengenai skripsi ini, maka penulis membatasi penelitian ini hanya terfokus pada konflik pendirian rumah ibadah Vihara Pi Li Gong yang terjadi di RT.03 RW.04 Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru. C. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah ditulis, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana potensi konflik Umat Beragama di Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru? 2. Bagaimana strategi dan penyelesaian konflik pendirian rumah ibadah Vihara Pi Li Gong oleh pemerintah Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru? 7 Wawancara dengan H. Chairuddin, L Selaku Ketua Forum Lintas Mesjid Kecamatan Lima Puluh Pekanbaru pada tanggal 10 Desember 2016.

7 3. Bagaimana tinjauan Fiqh Siyasah dalam penyelesaian konflik pendirian rumah ibadah Vihara Pi Li Gong di Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui bagaimana potensi konflik yang terjadi di Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru. b. Untuk mengetahui bagaimana strategi dan penyelesaian konflik pendirian rumah ibadah Vihara Pi Li Gong oleh pemerintah Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru. c. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan fiqh siyasah dalam menyelesaikan konflik. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam bentuk karya ilmiah khususnya dalam bidang kajian Hukum Islam. b. Menyumbangkan dan mengakplikasikan disiplin ilmu penulis dalam bentuk penelitian. c. Khusus bagi penulis adalah untuk melengkapi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana S-1 di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau. E.Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

8 Penelitian ini bersifat Field reaserch yaitu dengan mengumpulkan data yang di lakukan secara langsung kepada subjek penelitian lapangan. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berlokasi di RT. 03 RW. 04 Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru. 3. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian Yang menjadi subjek penelitian adalah masyarakat di Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru. b. Objek Penelitian Objek penelitian adalah konflik pendirian rumah ibadah Vihara Pi Li Gong di Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru. 4. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di RT.03 RW.04 Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru yang berjumlah 65 KK. Dari jumlah populasi tersebut penulis menarik sampel sebanyak 50% dari masyarakat yang berada di RT.03 RW.04 Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru yaitu 33 KK dengan menggunakan teknik random sampling. 5. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari : a. Data Primer

9 Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui observasi, wawancara dari subjek penelitian atau dari pihak yang terkait dengan konflik pendirian rumah ibadah Vihara Pi Li Gong yang ada di Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang penulis peroleh dari berbagai literatur yang ada kaitannya dengan penelitian ini. 6. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan, maka penulis menggunakan beberapa metode yaitu : a. Observasi, yaitu penulis mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran yang tepat mengenai subjek penelitian. b. Wawancara, yaitu mengajukan pertanyaan secara langsung kepada informan. Wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara terbuka dimana informan tidak merasa dirinya sedang di wawancarai sehingga informasi yang diberikan benar-benar murni tanpa rekayasa. c. Study pustaka, yaitu menelaah buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 7. Analisa Data Adapun data yang telah terkumpul akan di analisa melalui metode deskriptif kualitatif, yaitu analisa dengan jalan mengklasifikasikan data-data berdasarkan kategori-kategori atas dasar persamaan jenis dari data-data

10 tersebut, kemudian diuraikan sedemikian rupa sehingga diperoleh gambaran yang utuh tentang masalah yang akan diteliti. 8. Metode Penulisan Setelah data terkumpul, maka penulis akan menguraikan data tersebut dengan menggunakan metode penelitian sebagai berikut : a. Metode Deduktif, yaitu penulis mengemukakan kaidah-kaidah atau pendapat-pendapat yang bersifat umum kemudian di bahas dan diambil kesimpulan secara khusus. b. Metode Induktif, yaitu dengan mengemukakan kaidah-kaidah atau pendapat-pendapat yang bersifat khusus, kemudian di bahas dan diambil kesimpulan secara umum. c. Metode deskriptif, yaitu dengan jalan mengemukakan data-data yang diperlukan apa adanya, lalu dianalisa sehingga dapat disusun menurut kebutuhan yang diperlukan dalam penelitian ini. F. Sistematika Penulisan Agar penelitian ini dapat mengarah pada tujuan yang diharapkan maka akan disusun sistematika. Sistematika penulisannya terdiri dari lima bab, yang masing-masing membicarakan masalah yang berbeda-beda namun saling memiliki keterkaitan. Secara rinci pembahasan masing-masing bab tersebut adalah sebagai berikut: Bab I berisi Pendahuluan yang menggambarkan obyek kajian secara ringkas, yang memuat pembahasan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

11 Bab II berisi tentang Tinjauan Umum Lokasi Penelitian, yang meliputi Tinjauan Geo-demografis Kecamatan Lima Puluh, Tinjauan Sosio Ekonomi Kecamatan Lima Puluh. Bab III berisi tentang Landasan Teori yang meliputi tentang tinjauan tentang konflik, jenis konflik, strategi antisipasi konflik, tinjauan umum tentang damai persfektif fiqh siyasah, tinjauan tentang pendirian rumah ibadah. Bab IV berisi tentang potensi konflik umat beragama di Kelurahan Tanjung Rhu Kota Pekanbaru, strategi dan penyelesaian konflik pendirian rumah ibadah Vihara Pi Li Gong oleh pemerintah Kelurahan Tanjung Rhu Kota Pekanbaru, serta tinjauan Fiqh Siyasah dalam menyelesaikan konflik pendirian rumah ibadah Vihara Pi Li Gong yang ada di Kelurahan Tanjung Rhu Kota Pekanbaru. Bab V berisi tentang Penutup, peneliti menyimpulkan seluruh hasil penelitian, yang memuat Kesimpulan dan Saran.