BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB III PEMAAFAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KEADAAN MABUK. A. Alasan Obyektif Pemaafan bagi Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

BAB IV ANALISIS FIKIH MURAFA AT TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PENCURIAN HELM TOD YANG DIKENAKAN PASAL 362

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN DALAM PERKARA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

A. Analisis Putusan Hakim No.193/PID.B/2013/PN.Sda tentang Tindak Pidana

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. arti yang luas dan berubah-ubah, karena istilah tersebut dapat berkonotasi dengan bidang-bidang

BAB III TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAPPERCOBAAN KEJAHATAN

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENELANTARAN ORANG DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF FIQH JINAYAH DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004.

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau terjepit maka sangat dimungkinkan niat dan kesempatan yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF SANKSI TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN DALAM FIFIH JINAYAH DENGAN PASAL 364 KUHP DAN PERMA NOMOR 2 TAHUN 2012

BAB IV ANALISIS SANKSI PIDANA TERHADAPPUTUSAN PENGADILAN. NEGERI SEMARANG NO.162/Pid.B/2011/PN. Smg TENTANG SEDIAAN FARMASI YANG TIDAK BERIZIN

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PROBOLINGGO NO. 179/PID.B/PN.PBL TENTANG TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

BAB II JARIMAH HIRABAH. adalah menjalankan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

II. TINJAUAN PUSTAKA. bentuk kejahatan terhadap nyawa manusia, diatur dalam Pasal 340 yang

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu kegagalan dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri,

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NOMOR : 61 / PID. B / 2005 / PN. SMG TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DELIK PEMBUNUHAN TIDAK DISENGAJA OLEH ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. hak-hak anak yang terkena masalah hukum. Hal ini terkait penangkapan 3 pelajar SMU

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB IV. Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dipandang. sebagai tindak kejahatan yang melanggar norma hukum.

BAB III PENCURIAN DALAM HUKUM PIDANA. A. Pengertian Pidana, Hukum Pidana, dan Bentuk-bentuk Pidana

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

BAB IV ANALISIS PERCOBAAN MELAKUKAN PELANGGARAN DAN KEJAHATAN YANG TIDAK DIKENAI SANKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. dipidana jika tidak ada kesalahan ( Green Straf Zonder Schuld) merupakan dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI DI SURAKARTA)

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik bidang hukum, sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dari

BAB II KETENTUAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

TINJAUAN YURIDIS PEMBUKTIAN TURUT SERTA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No. 51/Pid.B/2009 /PN.PL) MOH. HARYONO / D

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MALANG DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN DENGAN PENGANCAMAN

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambaran Peristiwa Tindak Pidana Pencurian Oleh Penderita

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

BAB II KONSEP TINDAK PIDANA ISLAM

BAB IV. A. Analisis Hukum Pidana Islam tentang Kejahatan Korporasi Sebagaimana Diatur

BAB I PENDAHULUAN. Allah pada nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir. 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembuktian merupakan masalah yang memegang peranan penting dalam proses

Transkripsi:

65 BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO NO: 832/PID.B/2012/PN.Sda TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo No: 832/PID.B/2012/PN.Sda Tentang Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila demi terselenggaranya Negara hukum. 55 Kedudukan para hakim yang dimaksud di atas di atur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan Kehakiman, begitu pula rincian wewenang dan tugasnya dalam KUHP, khususnya mengenai bidang acara pidana. 56 Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara pidana, mempunyai tugas untuk tidak boleh menolak mengadili sesuatu perkara dengan dalih bahwa 55 Bambang Poernomo, Orientasi Hukum Acara Pidana Indonesia, (Yogyakarta: Armatika Buku, 1998). 30 56 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008). 100 65

66 hukum tidak atau kurang jel;as, karena ia wajib menggali hukum yang tertulis dan memutuskan berdasarkan hukum, sebagai orang yang bijak dan bertanggungjawab penuh dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara. Kewajiban hakim sebagai penegak hukum dan penegak keadilan, wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Tugas hakim dibidang pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan diperuntukkan bagi kepastian tentang dilaksanakannya hasil akhir proses perkara berupa keputusan hakim. Agar hukum memperoleh kewibawaan di hadapan masyarakat yang tata kehidupannya berdasarkan hukum. Sedangkan tugas pengamatan dimaksudkan ntuk memperoleh kepastian agar akibat dari putusan hakim dapat memperoleh efektifitas dari penjatuhan pidana yang ditetapkan dan mempunyai manfaat bagi setiap orang yang terpidana untuk menginsafi kembali kejalan yang benar, serta manfaat bagi masyarakat untuk mendapatkan ketentraman dan keseimbangan hidup bermasyarakat, guna mempertahankan terselenggaranya kertetiban sosial. Sebagaimana telah dibicarakan secara sepintas, bahwa hukuman dijatuhkan terhadap pribadi yang melakukan kejahatan pidana hukuman atau saksi yang dianut hukum pidana membedakan hukum pidana dengan hukum

67 yang lain. Huikuman dalam hukum pidana ditujukan untuk memelihara keamanan dan pergaulan hidup yang teratur. Tujuan pemidanaan suatu hal yang penting dan perlu dikaji lebih lanjut. Ternyata hakim dalam menjatuhkan pidana masih terikat dalam pandangan Yuridis Sistematis artinya hakim selalu meredusir kejadian dengan hanya memeperhatikan atau mengutamakan faktor-faktor yang menyangkut diri terdakwa. 57 Dari hasil persidangan, hakim dalam memutuskan hukum terhadap terdakwa Sugik alias Koplak dan Buamat menggunakan teori Pemidanaan gabungan, dimana teori tersebut adalah gabungan dari teori absolut atau pembalasan dan teori maksud atau tujuan. Dari teori gabungan tersebut diharapkan oleh hakim bahwa dalam menjatuhkan hukuman dapat menjatuhkan hukuman seadil-adilnya bagi pelaku dan korban. Penjatuhan hukuman yang diberikan diharapkan dapat dijadikan balasan atas kejahatan yang dilakukan pada terdakwa dan menjadikan terdakwa bisa menginsyafi perbuatan yang dilakukan dan bertujuan bagi terdakwa untuk tidak akan mengulangi dikemudian hari, serta menjadi pandangan dalam masyarakat untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh hukum. 115 57 Muladi Bandar Nawawi, Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana, (Bandung: Alumni, 1998),

68 Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa Sugik Alias Koplak dan Buamat dalam putusan perkara No: 832/PID.B/2012/PN.Sda. Menurut analisa penulis bahwa hakim didalam memberikan hukuman terdakwa telah mempertimbangkan unsur-unsur yang terdapat pada pasal 365 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang tindak pidana pencurian dengan kekerasan di Republik Indonesia dan mengandung kwalifikasi unsur unsur yang terdapat dalam pasal 362 tentang pencurian yang menjerat diri terdakwa antara lain : a. Unsur Obyektif 1. Barang siapa Subyek atau pelaku tindak pidana. 2. Mengambil Membawa barang tersebut dari tempat asalnya ketempat lain, jadi barang tersebut harus dapat diangkat dan dipindahkan. 3. Barang Memiliki arti terdapat barang yang diambil, adapun yang dimaksud barang adalah sesuatu yang harus bernilai. 4. Seluruhnya atau sebagian milik orang lain Barang tersebut milik pelaku tetapi merupakan milik orang lainseluruhnya atau sebagian.

69 b. Unsur Subjektif 1. Dengan maksud memiliki Pelaku memiliki tujuan untuk memiliki bagi diri sendiri barang yang sejatinya merupakan kepunyaan orang lain. 2. Secara melawan hukum Pelaku secara sadar dan telah mengetahui bahwa perbuatan mengambil yang dilakukan merupakan suatu yang dilarang oleh hukum. Menurut penulis hakim dalam menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa sudah cukup adil dan tidak bertentangan tengan isi pasal serta unsur unsur yang ada didalam pasal tersebut, dimana saksi-saksi dan buktinya sudah terbukti semua. B. Analisis Menurut Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo No: 832/PID.B/2012/PN.Sda Tentang Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Hukum adalah sesuatu yang diucapkan oleh hakim yang menunnjukkan kepada keharusan orang yang terhukum memenuhi suatu hak untuk terdakwa. Maka itulah yang menjadi mujtahid ataupun seorang muqalid, maupun dia seorang yang diperintahkan memutus perkara dengan Undang-Undang yang sudah ditentukan atau madzhab yang sudah ditetapkan. Putusan hakim bisa dengan perkataan bisa pula dengan perbuatan, seperti seorang hakim

70 mengawinkan anak yang masih kecil yang termasuk kedalam wewenangnya sedang gadis kecil itu tidak mempunyai wali. 58 Pedoman yang wajib dipegang oleh hakim dalam memutuskan perkara didalam Fikih Jinayah ialah : nash-nash yang qath i (nash yang sudah pasti) dan qath i tsubut nya (nash yang tetap), baik al-qur an atau as-sunnah dan hukum-hukum yang telah diijma kan, atau yang mudah diketahui dari agama. Dalam hal hakim harus memiliki dua pengetahuan yaitu: pengertian tenytang hukum dan pengetahuan mengenai peristiwa hukum yang terjadi, lalu mengkualifikasikannya, dan selanjutnya mengkonstiturnya dengan menerapkan hukum yang semestinya pada peristiwa itu. 59 Pengertian pertanggungjawaban pidana dalam syariat Islam adalah pembebanan seseorang dengan akibat perbuatan atau tidak adanya perbuatan yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri, dimana orang tersebut mengetahui maksud dan akibat dari perbuatannya itu. Dalam syariat Islam pertanggungjawaban itu didasarkan kepada tiga hal: 1. Adanya perbuatan yang dilarang. 2. Perbuatan itu dikerjakan dengan kemauan sendiri. 3. Pelaku mengetahui akibat perbuatan itu. 58 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqi, Peradilan Dan Hukum Acara Islam, Hal 61 59 Ibnu Qayyim Al-Juziya, Hukum Acara Peradilan Islam, hal 2

71 Apabila dari tiga hal tersebut maka terdapat pula pertanggungjawaban, demikian pula orang gila, anak dibawah umur, orang yang dipaksa dan terpaksa tidak dibebani pertanggunjawaban, karena dasar unsur pertanggungjawaban kepada mereka ini didasarkan pada al-qur an Hadits Nabi. Hukuman atau pidana merupakan suatu penderitaan atau nestapa atau akibat-akibat yang tidak menyenangkan yang diberikan dengan sengaja oleh badan yang berwenang kepada seseorang yang cakap menurut hukum yang telah melakukan perbuatan atau peristiwa pidana. 60 Hukum dianggap menjadi dasar (syariat) apabila ia didasarkan kepada sumber-sumber syara seperti al-qur an, al-sunnah, Ijma atau undangundang yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang (ulil amri). Seperti dalam hukuman ta zir. Dalam hal hukuman ditetapkan oleh ulil amri maka syariatkan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan syara. Apbila beretentangan, maka ketentuan hukuman tersebut menjadi bata. Dengan adanya persyaratan tersebut, maka sesorang hakim tidak boleh menjatuhkan hukuman atas dasar pemikiran sendiri, walaupun berkeyakinan bahwa hukuman tersebut lebih baik dan lebih utama dari pada hukuman yang telah ditetapkan. 61 2005), 76 60 Wardi, Ahmad Muslich, Pengantar Dan Acara Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika; 61 Ibid 141

72 Sebagian masyarakat mungkin menduga bahwa syariat Islam memberikan kewenagan kepada hakim untuk bertindak sewenang-wenag dalam menjatuhkan hukuman. Dengan itu tentu saja merupakan dugaan yang salah yang tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini disebabkan oleh ketidak tahuan mereka tentang hukum Islam. Syariat Islam membagi hukuman pada tiga bagian yaitu hudud, qishash dan ta zir. Hukuman hudud dan qishash merupakan hukuman hukuman yang telah ditentukan oleh syara dan tidak ada peluang bagi penguasa (hakim) untuk menguranginya, menambahnya atau menggantinya dengan hukuman yang lain misalnya, hukumannya adalah potong tangan, apabila tindak pidana tidak dapat dibuktikan, maka hakim tidak berwenang menghukum pencuri dengan hukuman potong tangan, kecuali ada alasan-alasan yang sah yang dapat menghalangi dan menggugurkannya. Seperti pencuri oleh ayah atas anaknya. Dengan demikian kewenangan hakim dalam jarimah hudud dan jarimah qishah sangat terbatas. Adapun jarimah yang dalam hukumannya ta zir, dalam hal ini kewenangan hakim sangat luas, tetapi tidak boleh bertindak sewenaangwenang. Hal ini oleh syara menetapkan ta zir dengan cara menetapkan sekumpulan hukum, mulai dari yang paling ringan seperti peringatan sampai yang berat sampai hukuman mati. Dengan konteks ini, hakim diberi

73 keluasaan untuk memilih mana diantara hukum-hukum tersebut yang sesuai dengan tindak pidana dan kondisi pelakunya, juga dalam menetapkan besarnya hukuman, dari hukuman paling rendah dan hukuman yang paling tinggi. Pemberian yang luas kepada hakim tersebut memberikan kemudahan baginya untuk menetapkan suatu perkara pada posisinya dan menghukum pelaku dari hukuman yang menjaga mensyaratkan dari perbuatan jarimah, sekaligus memperbaiki pelaku dan pendidiknya. Sedangkan dalam hukum pidana Islam, pencurian dengan kekerasan dianggap merusak hak dasar manusia dan hak dasar Allah sebagai Tuhan. Pencurian dengan kekerasan sama artinya dengan merampas hak manusia untuk merasakan ketenangan dan ketentraman. Tindak pidana pencurian dengan kekerasan juga sesuai dengan jarimah h}ira>bah. Sanksi terhadap pelaku pencurian dengan kekerasan dapat berupa hukuman had, qishash dan ta zir. Sedangkan tentang kasus tindak pidana pencurian yang ada didalam putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo No: 832/PID.B/2012/PN.Sda adalah termasuk kedalam hukuman ta zir. Hal ini disebabkan karena perbuatan tersebut merupakan pencurian dengan kekerasan penganiayaan yang ringan walaupun didalam hukum pidana Islam digolongkan sebagai jarimah h}ira>bah tipe dua yang hukumannya para ulama masih berbeda pendapat, hal ini juga didasarkan atas dengan teori penggabungan hukuman yaitu dengan tiga teorinya yaitu teori saling memasukkan, teori pencampuran, dan teori

74 penyerapan. Hukuman yang ada dalam tindak pidana hirabah dapat terhapus karena sebab-sebab yang menghapuskannya, hal ini sudah dijelaskan dalam Q.S. al-maidah ayat 34: Artinya: Kecuali orang-orang yang bertaubat (diantara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ayat ini terdapat pengecualian bagi mereka yang insyaf dan bertaubat kepada Allah sebelum tertangkap. Dia bertobat dengan sebenar-benarnya taubat, tidak bercampur lagi dengan gerombolan penjahat itu dan menarik diri dari kelompoknya serta betul-betul dia taubatan nasuha. Tentu saja bukti taubat itu harus ditunjukkannya, yaitu dengan menyerahkan diri kepada yang berkuasa, mengakui kesalahannya dan mulai memperbaiki hidup. Maka hukuman-hukuman itu bolehlah tidak dilakukan lagi terhadap dirinya, setelah hakim menyelidiki bahwa telah benar taubatnya, baik taubat sendiri maupun dengan semuanya. Jika Hakim melihat dan menimbang bahwa taubat mereka telah benar, maka hukum tidak dijatuhkan lagi kepada mereka. Tetapi harta benda orang yang telah mereka rusak dan rampas harus dan wajib diganti. Hukuman yang diterapkan di Indonesia dalam hal tobat ini selain tindak pidana perampokan, mirip dengan pendapat Imam Malik dan pendapat yang

75 rajih dalam Madzhab Syafi i bahwa tobat tidak menghapuskan hukuman. 62 Jadi sudah jelas bahwa hukuman bagi pelaku pencurian dan kekerasan dalam kasus tersebut diatas adalah tidak hapus meskipun pelaku menyatakan tobat atau tidak akan mengulangi perbuatannya lagi, tetapi hukumannya diperingan dalam hal ini hukuman ta zir yang diputuskan oleh penguasa (hakim). Orang yang diberi pertanggung jawaban suatau kejahatan adalah orang yang melakukan kejahatan itu sendiri. Adapun hukuman yang diberikan harus setimpal dengan apa yang telah diperbuat oleh pelaku. Peranggung jawaban pidana dimaksudkan untuk memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. Oleh karena itu, besarnya hukuman harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yakni tidak boleh melebihi apa yang diperlukan untuk melindungi kepentingan masyarakat atau kurang dari yang diperlukan untuk menjauhi akibat-akibat buruk dari perbuatan jarimah. 63 Demikian, bahwa putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo No: 832/PID.B/2012/PN.Sda Tentang Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan, yang dilakukan oleh terdakwa Sugik alias Koplak dan Buamat, dengan hukuman dua tahun penjara, sudah maksimal karena para terdakwa telah mengakui kesalahannya dan tidak akan mengulanginya lagi serta 62 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilail-Qur an, (Jakarta: Gema Insani, 2004), 39 63 Ahmad hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, ( Jakarta: PT Bulan Bintang, t.t), 156

76 sanggup mengembalikan barang yang mereka curi, menurut penulis perbuatan perbuatan yang dilakukan terdakwa Sugik alias Koplak dan Buamat masuk dalam perbuatan jarimah h{ira>bah dan tindak pidana pencurian dan kekerasan tersebut sesuai dengan hukuman ta zir. Kasus yang terjadi dalam putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo No: 832/PID.B/2012/PN.Sda Tentang Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan, jika dilihat dari hukum pidana Islam menurut pendapat penulis dapat dikategorikan dalam jarimah h}ira>bah yang ringan yaitu jarimah h{ira>bah tipe 2 dimana ada pengeculian barang tersebut belum sempat dipergunakan dan bersedia mengembalikannya dengan utuh, adapun penjatuhan hukuman yang dijatuhkan terhadap kedua terdakwa adalah hukuman ta zir, dimana hukuman tersebut diserahkan kepada ulil amri (hakim). Hakim boleh memilih jenis hukuman yang sesuai dengan jenis perbuatan, pribadi pelakunya serta faktor-faktor penyebabnya.