I. Habib, T. H. Suprayogi dan P. Sambodho* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA VOLUME AMBING, LAMA MASSAGE DAN LAMA PEMERAHAN TERHADAP PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA SKRIPSI.

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN, VOLUME AMBING TERHADAP PRODUKSI SUSU KAMBING PERAH LAKTASI PERANAKAN ETTAWA

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

Model Kurva Produksi dan korelasinya...kurniawan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian berlangsung mulai tanggal 23 Juli 2011 sampai dengan 23 Agustus

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

Hubungan Antara Konsumsi Serat Kasar dan Lemak Kasar dengan Kadar Total Solid dan Lemak Susu Kambing Peranakan Ettawa

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

MATERI DAN METODE. Metode

KHARISMA ANINDYA PUTRI H

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 5 Agustus

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

Faktor Koreksi Lama Laktasi Untuk Standarisasi Produksi Susu Sapi Perah

ABSTRAK. Kata kunci : Imbangan Pakan; Efisiensi Produksi Susu; Persistensi Susu. ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KONSUMSI SERAT KASAR TERHADAP PRODUKSI DAN LEMAK SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN RAKYAT KABUPATEN KLATEN SKRIPSI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

MILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS AT PT.ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

PERAN MASSAGE DAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI DAN LEMAK SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA SKRIPSI. Oleh WULAN SETYANINGSIH

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire,

DAFTAR PUSTAKA. Blakely, J dan D. H. Bade Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

KADAR PROTEIN DAN NILAI VISKOSITAS SUSU KAMBING SAPERA DI CILACAP DAN BOGOR

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

PERFORMANS PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) BERDASARKAN PARITAS, UMUR, BOBOT BADAN, DAN STATUS KEBUNTINGAN DI MADUKARA FARM, KOTA BATU

RINGKASAN PENDAHULUAN

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN LAKTOSA DAN AIR PADA SUSU SAPI PERAH SKRIPSI.

Hubungan Antara Lingkar Perut dan Volume Ambing dengan Kemampuan Produksi Susu Kambing Peranakan Ettawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian pengaruh penambahan kolin klorida pada pakan terhadap kadar

Animal Agriculture Journal 3(2): , Juli 2014 On Line at :

Hubungan antara konsumsi protein dengan produksi, protein dan laktosa susu kambing Peranakan Ettawa

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

PENGARUH PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA COMPLETE FEED TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

PENGARUH SELANG PEMERAHAN TERHADAP PRODUKSI SUSU SAPI FRIES HOLLAND (FH) SKRIPSI YUNI RESTI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

Peningkatan Produksi dan Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Sebagai Respon Perbaikan Kualitas Pakan

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PENDAHULUAN. Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu

PERBEDAAN KUANTITAS DAN KUALITAS AIR SUSU SAPI PERAH PADA KEBUNTINGAN TRIMESTER I DAN TRIMESTER II. Oleh :

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

POLA PERTUMBUHAN KAMBING JAWARANDU BETINA DI KABUPATEN REMBANG (Growth Pattern of Female Jawarandu Goat in Rembang Regency)

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

KAJIAN KADAR LEMAK DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU KAMBING SAPERA DI CILACAP DAN BOGOR

BAB III MATERI DAN METODE. Kacang jantan muda dan dewasa akibat taraf pemberian pakan yang berbeda

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

RELATIONSHIP OF DAYS OPEN AND SERVICE PER CONCEPTION WITH MILK PRODUCTION AND MILK QUALITY FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBRED (PFH) COWS AT JABUNG

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai Hubungan Konsumsi Bahan Kering dan Protein Pakan

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

b?> EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAP1 FRIES HOLLAND PERIODE LAKTASI KE-3 DAN KE-4 DI PT. TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

The Influence of Body Condition Score in Late Pregnancy on Protein Colostrum Total and Content of Friesian Holstein Cows

Penyusunan Faktor Koreksi Produksi Susu Sapi Perah

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

PENGARUH KOMBINASI SELANG PEMERAHAN TERHADAP PRODUKSI DAN KOMPOSISI SUSU SAPI PERAH SKRIPSI RINA ATRIANA

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

S. Sarah, T. H. Suprayogi dan Sudjatmogo* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

K. A. P. Hartaja, T. H. Suprayogi, dan Sudjatmogo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

Kata Kunci : sapi perah, bobot lahir, BCS (Body Condition Score) periode kering, produksi susu

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Kelompok Tani Marga Rahayu Sri Murni (KTMRSM)

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016

Dugaan Produksi Susu 305 Hari pada Sapi Perah FH.Herman

Transkripsi:

On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN ANTARA VOLUME AMBING, LAMA MASSAGE DAN LAMA PEMERAHAN TERHADAP PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (The Relationships between Udder Volume, Massage and Milking Durations on Milk Yield of Ettawa Grade) I. Habib, T. H. Suprayogi dan P. Sambodho* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang *fp@undip.ac.id ABSTRAK Penelitian mengenai hubungan antara volume ambing, lama massage dan lama pemerahan terhadap produksi susu kambing Peranakan Ettawa bertujuan untuk mengetahui hubungan antara volume ambing, lama massage dan lama pemerahan terhadap produksi susu. Materi yang digunakan adalah 60 ekor kambing perah PE laktasi periode II sampai III. Parameter yang diukur meliputi volume ambing, lama massage, lama pemerahan, dan produksi susu. Analisis hipotesis pendugaan hubungan antar variabel penelitian menggunakan analisis korelasi-regresi sederhana dan berganda. Hasil penelitian menunjukkan volume ambing, lama massage dan lama pemerahan dapat digunakan untuk memprediksi produksi susu. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan yaitu secara berurutan untuk memprediksi produksi susu dapat menggunakan parameter: volume ambing, lama pemerahan dan lama massage. Kata kunci: kambing Peranakan Ettawa; ambing; pemerahan; massage; produksi susu ABSTRACT Research on the relationship between the volume of the udder, massage and milking duration on milk yield of Ettawa grade aims to determine the relatioship between the volume of the udder, massage and milking duration on milk yield. The materials used were 60 dairy goats 2nd until 3rd lactations period. Parameters measured include udder volume, massage duration, milking duration and milk yield. Analysis of the relationship between variables hypothesized prediction research using corellation-simple and multiple regression analysis. The result showed the volume of the udder, massage and milking durationcan be used to predict milk yield. As conclusion, in sequence to predict milk yield can use the parameters: the volume of udder, massage and milking duration. Keywords : Ettawa grade; udder; milking; massage; milk yield

PENDAHULUAN Kambing merupakan komoditas ternak ruminansia kecil yang digemari oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan produktivitas susu diantaranya yaitu dengan memperbaiki mutu genetik supaya menghasilkan ternak kambing yang unggul. Salah satu ternak kambing unggul yaitu kambing Peranakan Ettawa (PE) yang dikenal sebagai ternak dwi guna untuk menghasilkan daging dan susu (Setiawan dan Arsa, 2005). Kambing PE adalah hasil perkawinan silang antara kambing lokal yaitu kambing Kacang dengan kambing Ettawa yang berasal dari India (Abidin dan Sodiq, 2002). Kambing PE merupakan bangsa kambing yang potensial sebagai penghasil susu dan daging (Murtidjo, 1993). Ambing adalah faktor utama yang menentukan banyak sedikitnya susu yang mampu dihasilkan (Gall, 1980). Ambing yang besar secara visual volumenya juga besar sehingga produksi susunya juga tinggi (Salama et al., 2003). Bentuk ambing yang besar, panjang dan berjumbai produksi susunya lebih tinggi. Hal ini karena jumlah sel-sel sekretorik di dalamnya juga akan semakin banyak untuk mensintesis susu yang dibentuk oleh sel epitel dalam lumen alveoli (Blakely dan Bade, 1994). Massage mempunyai fungsi untuk menstimulasi otak melalui kelenjar hipofisa dalam mengaktifkan hormon oksitosin pada proses sintesis susu. Massage merupakan bentuk stimulasi psikis untuk menciptakan suasana yang nyaman sehingga produksi susunya tinggi. Rangsangan yang terlalu lama dapat menyebabkan gangguan psikis yang berujung pada stres sehingga proses let-down susu menuju ke ambing menjadi terhambat. Pemerahan bertujuan untuk menjaga kesehatan ambing secara tidak langsung. Proses pemerahan untuk menghasilkan produksi susu yang tinggi terbatas pada lama waktu pemerahan. Semakin lama proses pemerahan maka susu yang dihasilkan semakin tinggi. Batas lama pemerahan untuk ternak kambing perah antara tiga sampai enam menit sedangkan sapi adalah delapan menit, hal ini tergantung karateristik ternak dan besarnya ambing dalam menampung volume susu (Ensminger dan Howard, 2006). MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Unit Pelaksanaan Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (UPT PT dan HMT) Singosari, Malang, Jawa Timur. Materi yang 9

digunakan adalah 60 ekor kambing perah PE laktasi periode II sampai III. Pakan yang diberikan meliputi: konsentrat, tebon dan rumput gajah dengan kandungan protein kasar (PK) 10,79% dan total digestible nutrients (TDN) 55,88. Alat yang digunakan adalah takaran susu, stopwatch, tabung ukur. Setiap ekor kambing pengambilan datanya diambil satu kali. Metode penelitian meliputi pengukuran volume ambing, lama massage, lama pemerahan dan produksi susu. Pengukuran volume ambing menggunakan prinsip air tumpah (hukum Archimedes), tumpahan air merupakan volume ambing. Pengukuran lama massage dan lama pemerahan dilakukan dari awal sampai akhir sesuai dengan kebiasaan pemerah tanpa adanya perlakuan lamanya waktu. Pemerahan dilakukan satu kali sehari setelah proses massage selesai kemudian dilakukan pengukuran produksi susu. Data hasil penelitian ditabulasi yang selanjutnya dianalisis menggunakan analisis korelasi-regresi dengan program SAS versi 9.13. Korelasi digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variabel/parameter yang diamati, sedangkan regresi untuk menduga besaran nilai antara variabel satu dengan variabel lainnya yang berkaitan (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan antara Volume Ambing terhadap Produksi Susu Kisaran dan rerata dari hasil pengukuran variabel penelitian disajikan pada Tabel 1. Koefisien korelasi (r), koefisien determinasi (R2) dan persamaan regresi volume ambing, lama massage dan lama pemerahan terhadap Produksi Susu disajikan pada Tabel 2. Garis regresi linier hubungan antar variabel terlihat pada Ilustrasi 1, 2 dan 3. Berdasarkan hasil analisis korelasi-regresi sederhana terdapat hubungan nyata antara volume ambing terhadap produksi susu seperti tergambar 4 pada Ilustrasi 1, secara lengkap persamaan korelasi-regresi sederhana dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Kisaran dan Rerata Volume Ambing, Lama Massage, Lama Pemerahan, Produksi Susu pada Kambing Penelitian Parameter Volume Ambing (ml) Lama Massage (detik) Lama Pemerahan (detik) Produksi Susu (ml) Hasil Pengukuran Kisaran 80-650 1,1-6,4 15,0-202,2 162-735 Rerata 367,8 3,7 82,7 406,2 10

Ilustrasi 1. Garis Regresi Linier Hubungan antara Volume Ambing terhadap Produksi Susu Hal ini berarti volume ambing dapat digunakan untuk memprediksi produksi susu kambing perah, karena semakin besar volume ambing maka produksi susunya semakin meningkat. Volume ambing yang besar terdapat jumlah sel sekretorik yang banyak untuk mensekresikan susu. Hal ini sesuai pendapat Gall (1980) yang menyatakan bahwa volume ambing berhubungan dengan jumlah sel sekretorik sehingga semakin besar volume ambing maka semakin bertambah pula banyaknya sel-sel sekretorik yang berfungsi untuk mensintesis susu sampai ke gland cistern. Volume ambing dan gland cistern mempunyai hubungan yang nyata terhadap produksi susu (Salama et al., 2003). Besarnya ambing memperlihatkan baik buruknya pertumbuhan ambing, pertumbuhan ambing yang baik menyebabkan berkembangnya jumlah sel sekretorik (Legarra and Ugarte, 2005). Hubungan antara Lama Massage terhadap Produksi Susu Berdasarkan hasil analisis yang didapatkan, terdapat hubungan yang tidak nyata antara lama massage terhadap produksi susu seperti terlihat pada Ilustrasi 2, persamaan korelasiregresi sederhana dapat dilihat pada Tabel 2. Hal tersebut berarti lama massage kurang bisa digunakan sebagai variabel untuk memprediksi produksi susu, karena pada penelitian ini lama massage terpanjang yang diamati hanya 6,40 detik sehingga terlalu cepat dan hal ini jauh di bawah ketentuan yaitu 1-3 menit (Setyaningsih et al., 2013) untuk setiap ambing setiap pemerahan yang dilakukan langsung setelah proses massage selesai, yang berkaitan dengan puncak sekresi hormon oksitosin pada proses pemerahan. Hal ini sesuai pendapat Sagi et al. (1980), Tucker (1981) dan Muljana (1985), bahwa puncak sekresi hormon oksitosin sekitar 2 menit setelah massage sehingga proses milk let- 11

down lebih cepat, massage yang terlalu lama atau terlalu cepat dapat mengakibatkan tingkat stres yang tinggi, sehingga rangsangan menjadi tidak sempurna dan akibatnya produksi susu menurun/rendah. Massage tersebut kurang sempurna sehingga stres pada kambing meningkat akibat dari meningkatnya hormon adrenalin dalam darah yang merupakan hormon penyebab stres (Setyaningsih et al., 2013). Hubungan antara Lama Pemerahan terhadap Produksi Susu Hasil analisis terdapat korelasi nyata antara lama pemerahan terhadap produksi susu seperti digambarkan pada Ilustrasi 3, persamaan korelasi regresi sederhana disajikan pada Tabel 2. Hal ini berarti lama pemerahan dapat digunakan untuk memprediksi produksi susu dikarenakan semakin lama pemerahan akan semakin banyak produksi susunya. Lama pemerahan selama penelitian yang dilakukan sekitar 3 menit hal ini dikarenakan, semakin lama proses pemerahan maka produksi susunya semakin banyak selama tidak melebihi ketentuan yaitu 8 menit (Schimdt, 1971; Ali, 1999; Ensminger dan Howard, 2006). Tabel 2. Koefisien Korelasi (r), Koefisien Determinasi (R2) dan Persamaan Regresi Volume Ambing, Lama Massage dan Lama Pemerahan terhadap Produksi Susu. 12

Ilustrasi 2. Garis Regresi Linier Hubungan antara Lama Massage terhadap Produksi Susu Ilustrasi 3. Garis Regresi Linier Hubungan antara Lama Pemerahan terhadap Produksi Susu Pemerahan diawali dengan stimulasi/rangsangan secara fisik maupun psikis akan meningkatkan lama pemerahan. Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan jumlah susu maksimal dari ambingnya (Williamson dan Payne, 1993). Pasca stimulasi setelah 45 menit terjadi reaksi ambing yang menegang dan padat serta gland cistern terisi penuh cairan susu menunjukkan ambing siap untuk diperah (Ensminger dan Howard, 2006). Hubungan antara Volume Ambing dan Lama Massage terhadap Produksi Susu Berdasarkan hasil analisis korelasi-regresi berganda terdapat hubungan yang nyata antara volume ambing, lama massage terhadap produksi susu. Hasil analisis korelasi-regresi berganda antara volume ambing dan lama massage terhadap produksi susu disajikan pada Tabel 2. Hal ini menunjukkan hubungan yang erat antara volume ambing dan lama massage 13

terhadap produksi susu. Antara volume ambing dan lama massage secara bersama-sama mempengaruhi produksi susu. Kenaikan volume ambing dan lama massage akan meningkatkan produksi susu per satuan volume ambing dan per satuan lama massage. Massage yang terlalu lama akan menimbulkan stres yang dapat meningkatkan hormon adrenalin sehingga sekresi hormon oksitosin menjadi terganggu dan kadarnya menurun bahkan berhenti. Hormon oksitosin meningkat pada menit pertama pemerahan, perlahan menurun sampai 8 menit dan aktivitasnya akan terhenti/beristirahat setelah 15 menit (Gorewit and Gassman, 1985). Hal ini sejalan dengan pendapat Setyaningsih et al. (2013) yang menyatakan bahwa massage terlalu lama dapat mengakibatkan tingkat stres yang tinggi sehingga menyebabkan rangsangan menjadi tidak sempurna, akibatnya produksi susunya menurun. Faktor lain penyebab produksi susu yang tidak maksimal adalah aktivitas hormon oksitosin dalam darah yang menurun, sehingga kontraksi pada sel myoepitel rendah atau tidak ada kontraksi sama sekali. Hubungan antara Volume Ambing dan Lama Pemerahan terhadap Produksi Susu Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan nyata antara volume ambing, lama pemerahan terhadap produksi susu. Hasil analisis korelasi-regresi berganda antara volume ambing dan lama pemerahan terhadap produksi susu disajikan pada Tabel 2. Hal ini menunjukkan hubungan yang erat antara volume ambing dan lama pemerahan terhadap produksi susu. Kenaikan volume ambing dan lama pemerahan dapat meningkatkan produksi susu per satuan volume ambing dan per satuan lama pemerahan. Keduanya akan mengakibatkan kenaikan secara signifikan pada produksi susu. Volume ambing yang besar terdapat jumlah jaringan sekretorik yang banyak, pada masa laktasi jaringan-jaringan tersebut terisi oleh cairan susu. Susu di dalam jaringan tersebut menandakan besaran produksinya sehingga mempengaruhi lama pemerahan. Pemerahan yang semakin lama mengindikasikan produksi susu yang tinggi. Penyesusian pemerahan diatur berdasarkan kadar hormon oksitosin dalam darah (Schimdt, 1971) yang dipengaruhi rangsangan (Gorewit and Gassman, 1985). Hubungan antara Lama Massage dan Lama Pemerahan terhadap Produksi Susu Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan positif antara lama massage, lama pemerahan terhadap produksi susu. Hasil analisis korelasi-regresi berganda 9 antara lama massage dan lama pemerahan terhadap produksi susu secara lengkap disajikan pada Tabel 2. Ada hubungan yang erat antara lama massage, lama pemerahan terhadap produksi susu sehingga keduanya bersinergi secara bersama-sama mempengaruhi produksi susu. Hasil 14

penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara lama massage dan lama pemerahan terhadap produksi susu. Kenaikan lama pemerahan akan mengakibatkan kenaikan produksi susu per satuan lama pemerahan, sedangkan kenaikan lama massage akan mengakibatkan perubahan yang tidak signifikan pada produksi susu. Hal ini sesuai pendapat Esminger dan Howard (2006) menyatakan bahwa ternak perah akan mengekskresikan susu selama tiga sampai enam menit yang ditentukan oleh jumlah susu yang dihasilkan dan karakteristik ternaknya. Produksi susu selama penelitian rata-ratanya yaitu 0,41 liter/ekor/hari atau 0,42 kg/ekor/hari. Produksi susu kambing PE di Indonesia masih bervariasi berkisar antara 0,45-2,2 liter/ekor/hari (Sutama et al., 1995). Menurut Abidin dan Sodiq (2002) dan Sarwono (2008) produksi susu kambing PE berkisar antara 1 2,2 liter per hari. Hubungan antara Volume Ambing, Lama Massage dan Lama Pemerahan terhadap Produksi Susu Berdasarkan hasil analisis terdapat hubungan yang nyata antara volume ambing, lama massage, lama pemerahan terhadap produksi susu. Hasil analisis korelasi-regresi berganda antara volume ambing, lama massage dan lama pemerahan terhadap produksi susu disajikan pada Tabel 2. Hal tersebut menunjukkan hubungan yang erat antara volume ambing, lama massage, lama pemerahan terhadap produksi susu. Antara volume ambing, lama massage dan lama pemerahan ketiganya secara bersama-sama mempengaruhi produksi susu. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara volume ambing, lama massage dan lama pemerahan terhadap produksi susu. Kenaikan volume ambing dan lama pemerahan akan mengakibatkan kenaikan produksi susu per satuan volume ambing dan per satuan lama pemerahan. Kenaikan setiap detik lama massage akan mengakibatkan kenaikan yang tidak signifikan pada produksi susu. Massage dapat meningkatkan produksi susu selama sekresi hormon oksitosin masih tetap ada di dalam darah. Hormon oksitosin berfungsi sebagai stimulator dalam mensekresikan susu (Tristy, 2009). SIMPULAN DAN SARAN Produksi susu dapat diprediksi secara berurutan menggunakan parameter: volume ambing, lama pemerahan dan lama massage. Perlu penelitian lebih lanjut tentang kedekatan hubungan antar variabel dengan cara mengelompokkan kambing berdasarkan bulan laktasi dan periode laktasi. 15

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. dan A. Sodiq. 2002. Kambing Peranakan Ettawa Penghasil Susu Berkhasiat Obat. Cetakan Pertama. Agromedia Pustaka, Jakarta. Ali, J. 1999. Hubungan antara Selang Waktu Pemerahan setelah Perangsangan dengan Produksi Susu pada Sapi Peranakan Fries Holland. Program Studi Teknologi Peternakan, Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana Peternakan). Blakely, J. dan D. H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: B. Srigandono dan Soedarsono). Ensminger, M. E. and Howard D. T. 2006. Dairy Cattle Science. 4 th Ed. The Interstate Printers and Publisher, Inc. Danville. Gall, C. 1980. Relationship between body conformation and production in dairy goats. J. Dairy Sci. 63(10): 1768-1778. Gorewit, R. C. and K. B. Gassman. 1985. Effects of duration of udder stimulation on milking dynamics and oxytocin release. J. Dairy Sci. 68(7): 1813-1818. Mattjik, A. A. dan I. M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Edisi kedua. IPB Press, Bogor. Muljana, W. 1985. Pemeliharaan dan Ternak Kegunaan Sapi Perah. Aneka Ilmu, Semarang. Murtidjo, B. A. 1993. Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius, Yogyakarta. Sagi, R., R. C. Gorewit, W. G. Merrill, and D. B. Wilson. 1980. Premilking stimulation effects on milking performance and oxytocin and prolactin release in cows. J. Dairy Sci. 63(5): 800-806. Salama, A. A. K., X. Such, G. Caja, M. Rovai, R. Casals, E. Albanell, M. P. Marin, and A. Marti. 2003. Effects of once versus twice daily milking throughout lactation on milk yield and milk composition in dairy goats. J. Dairy Sci. 86: 1673-680. Schmidt, G. H. 1971. Biology of Lactation. Freeman and Company, San Francisco. Setiawan, T. dan T. Arsa. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Penebar Swadaya, Jakarta. Setyaningsih, W., C. Budiarti, dan T. H. Suprayogi. 2013. Peran massage dan pakan terhadap produksi dan kadar lemak susu kambing peranakan Ettawa. Anim. Agric. J. 2(1): 329-335. Sutama, I. K., I. G. M. Budiarsana, H. Setianto and A. Priyanti. 1995. Productive and reproductive performance of young peranakan Ettawa does. J. Ilmu Ternak dan Vet. 1(2): 81-85. Tristy, N. H. 2009. Hubungan antara Kecepatan dengan Produksi Susu Sapi Perah di Peternakan Sapi Perah Rakyat Rahmawati Jaya Pengadegan Jakarta Selatan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana Peternakan). Tucker, H. A. 1981. Physiology control of mammary growth, lactogenesis, and lactation. J. Dairy Sci. 64(6): 1404-1421. 16