BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Suksesnya pembangunan negara Indonesia tidak terlepas dari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membuat pengelompokkan jenis pajak berdasarkan aktivitas yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB 1 BUKU SAKU PERPAJAKAN BAGI UMKM

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. untuk membiayai kegiatannya, maka pemerintah daerah juga menarik pajak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. ada didaerahya. Berbagai hal yang berhubungan dengan pembangunan tersebut tentu selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. Jenis pajak yang ada di Negara Indonesia dibagi menurut :

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Hampir semua pendapatan Negara saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Rochmat Soemitro (dalam Waluyo, 2010) pajak adalah iuran kepada kas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian. sumber dana yang berasal dari negeri, yaitu berupa pajak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia terdiri dari daerah-daerah yang tersebar di

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak. Seperti kita ketahui bersama semua Negara mempunyai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Demi mewujudkan kemandirian suatu bangsa dan negara dalam pembiayaan

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan bangsa yang aman, tertib, sejahtera, dan berkeadilan.suksesnya suatu pembangunan negara Indonesia tidak terlepas dari tersedianya dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan negaranya. Dengan pengolahan dana yang baik, maka semua sektor pendapatan negara dapat dioptomalkan untuk mewujudkan cita-cita negara yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia. Ditinjau dari sistem keuangan negara, pajak mempunyai peranan dan sekaligus merupakan unsur yang penting sebagai pemasok dana bagi anggaran negara (diantaranya Indonesia), perolehan dana dari pajak merupakan jumlah mayoritas atau dominan sebagai sumber penerimaan negara. Oleh karena itu, hampir disemua negara didunia memberlakukan dan mengenakan pajak atas masyarakatnya sebagai salah satu sumber penerimaan negara,dengan jenis, sistem dan sifat pengenaan yang mungkin berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. (Liberty Pandiangan dilain Afriandi : 2009:9). Pajak sebagai salah satu sektor pendapatan negara yang cukup besar, telah memberikan peran yang sangat penting bagi pembangunan dan dengan peranannya tersebut, maka diperlukan keikutsertaan Wajib Pajak untuk bersama- 1

2 sama melaksanakan kewajiban dalam membayar pajak sebagai pencerminan Warga Negara yang baik dan patuh terhadap hukum yang berlaku di negara Indonesia. Pajak merupakan iuran yang wajib diberlakukan pada setiap Wajib Pajak atas objek pajak yang dimilikinya dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.sektor pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam rangka menuju pembiayaan pembangunan negara. Usaha peningkatan penerimaan negara dari sektor Pajak Restoran dijumpai sedikit kendala yakni tingkat kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak yang masih relatif rendah. Ditinjau dari pemungutnya, pajak dibedakan menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh pemerintah pusat sedangkan pajak daerah adalah pajak yang dikelola dan difungsikan pemerintah daerah dan menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam melakukan percepatan pembangunan daerah masing-masing. Beberapa pajak yang langsung dipungut oleh pemerintah pusat yakni Pajak Penghasilan (Pph), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Pembelian Barang Mewah (PPnBM). Sedangkan pajak yang dikelola dan dipungut lansung oleh pemerintah daerah antara lain adalah Pajak Restoran, Pajak Hotel, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Kendraan Bermotor, dan lain-lain. (Marihot P, Siahaan : 2005 :9). Pada era otonomi daerah yang secara resmi diberlakukan di Indonesia sejak Tahun 2000, Pemerintah menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari

3 sumber penerimaannya yang dapat membiayai pengeluaran Pemerintah Daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Untuk mengatur tentang pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah, Pemerintah bersama dengan DPR telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang kemudian disempurnakan dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009. Menurut Basri dalam Zulkamain (20 : 2011). Otonomi daerah adalah suatu keadaaan yang memungkinkan daerah dapat mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang dimilikinya secara optimal. Untuk mewujudkan keadaan tersebut, berlaku proposisi bahwa pada dasarnya segala persoalan sepatutnya diserahkan kepada daerah untuk mengidentifikasi, merumuskan dan memecahkannya kecuali untuk persoalan-persoalan yang memang tidak mungkin diselesaikan oleh daerah itu sendiri. Otonomi daerah membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi daerah untuk mengaktualisasikan segala potensi terbaiknya secara optimal. Dengan demikian setiap daerah niscaya memiliki satu atau beberapa keunggulan tertentu, relatif terhadap daerah-daerah lainnya. Pendapatan Daerah pada hakikatnya diperoleh melalui mekanisme pajak dan retribusi atau pungutan lainnya yang dibebankan pada seluruh masyarakat.pajak daerah merupakan iuran yang wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

4 dengan peraturan daerah, yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. (Marihot P. Siahaan 10 : 2005). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 jenisjenis Pajak Daerah: 1. Jenis Pajak Provinsi terdiri atas : a) Pajak Kendraan Bermotor b) Bea Balik Nama Kendraaan Bermotor c) Pajak Bahan Bakar Kendraan Bermotor d) Pajak Air Permukaan, dan e) Pajak Rokok 2. Jenis Pajak Kabupaten / Kota terdiri atas : a) Pajak Hotel b) Pajak Restoran c) Pajak Hiburan d) Pajak Reklame e) Pajak Penerangan Jalan f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan g) Pajak Parkir h) Pajak Air Tanah i) Pajak Sarang Burung Walet j) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

5 k) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Dalam melakukan pembangunan suatu daerah membutuhkan dana yang cukup besar, salah satu sektor pendapatan daerah untuk membangun daerahnya sendiri yaitu berasal dari Pajak Restoran.Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Pelayanan yang disediakan restoran meliputi pelayanan penjualan makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi ditempat pelayanan maupun di tempat lain. Pemungutan Pajak Restoran di Indonesia saat ini berdasarkan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dan peraturan pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang tata cara pemberian dan pemanfaatan intensif pemungutan pajak daerah dan retrubusi daerah. Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi Riau. Kota ini merupakan kota perdagangan dan jasa, termasuk sebagai kota dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang tinggi. Saat ini Kota Pekanbaru sedang berkembang pesat menjadi kota dagang yang multi-etnik, keberagaman ini telah menjadi modal sosial dalam mencapai kepentingan bersama untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya. Saat ini, kebutuhan makan di kota-kota besar bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan lapar dan haus saja, namun juga untuk memenuhi kebutuhan sosial dan budaya. Saat ini makanan dikemas pula dalam sebuah suasana restoran,sehingga menu biasa menjadi luar biasa karena merk ataupun suasana restoran yang tak biasa. Maka dari itu, makan pun pada zaman sekarang menjadi sebuah lifestyle

6 kehidupan manusia modern. Pemenuhan kebutuhan dasar menjadi lux saat kegiatan makan dilakukan di tempat yang menjual nama dan suasana. Beli gengsi menandakan status sosial seseorang. Harga diri seseorang berubah citranya menjadi lebih baik atau buruk dinilai dari tempat makannya oleh masyarakat kapitalis. Pengenalan status sosial dari tempat makan ini menyebabkan orang lebih memilih tempat makan yang populer di kalangan tertentu. Sejak tahun 2010, Pekanbaru telah menjadi kota ketiga berpenduduk terbanyak di Pulau Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Laju pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju pertumbuhan penduduknya dan memberikan peluang menjanjikan pada sejumlah bidang usaha. Peluang usaha tersebut terkait dengan kondisi perekonomian nasional, terutama yang menyangkut daya beli masyarakat dan perubahan gaya hidup yang terjadi. Perubahan gaya hidup dapat terlihat dari perubahan pola konsumsi masyarakat Kota Pekanbaru yang semakin praktis dan dinamis. Pola konsumsi yang praktis dan dinamis saat ini dapat terlihat dari pemenuhan kebutuhan makan di luar rumah yang semakin meningkat. Peluang pemenuhan kebutuhan makanan di luar rumah dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk mendirikan usaha penyedia makanan salah satunya adalah restoran. Data Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru menunjukkan terjadi peningkatan jumlah restoran pada tahun 2009-2013 (Tabel I.1). Pertumbuhan bisnis restoran yang cepat di Kota Pekanbaru menimbulkan persaingan antar restoran untuk mendapatkan dan memenuhi kebutuhan konsumen.

7 Tabel I.1 Pertumbuhan rata-rata usaha industri bidang penyedia makanan dan minuman di Kota Pekanbaru Tahun 2009-2013 Jenis Tahun Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 Restoran 215 481 523 742 849 Rumah makan 504 600 646 705 746 Pusat Jajan - 48 54 55 59 Kafetaria - - 7 21 36 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru 2013 Fenomena yang menarik untuk ditelaah adalah perkembangan restoran, karena selain harusbersaing dengan sesama restoran sejenis, ia juga harus bersaing dengan restoran dengan menu khas Indonesia yang makin menjamur.oleh karena itu, Kota Pekanbaru harus mampu menunjang pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran agar seluruh warga yang menjadi Wajib Pajak dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar Pajak Restoran guna untuk meningkatkan pembangunan daerah. Dilihat dari kehidupan ekonomi Indonesia sekarang ini, amat berkembang dengan pesat terlebih lagi dengan kondisi pasar yang telah mengarah kepada perdangangan bebas. Semakin banyak pengunjung yang datang ataupun yang melakukan usaha di dalam negara kita, tentu tidak terlepas dari pajak.dalam pemungutan pajak, sangat diperlukan peranan aparat pemerintah daerah dalam menggerakan Wajib Pajak untuk melunasi Pajak Restoran. Disamping hal tersebut peranan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam pengawasan alur penerimaan

8 Pajak Restoran dari Wajib Pajak sampai ketempat pembayaran. Dibawah ini dapat dilihat tabel tentang target dan realisasi pajak di Kota Pekanbaru tahun 2013. Jenis Pajak Kota Tabel I.2 Target dan Realisasi Pemungutan Pajak Kota Pekanbaru Tahun 2013 (dalam Rupiah) Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase % Pajak Hotel 925.000.000,00 896.057.940,00 96,87 % Pajak Restoran 3.027.305.327,00 2.730.000.000,00 90,18 % Pajak Reklame 545.286.812,00 465.120.200,00 85,32 % Pajak Penerangan Jalan 13.899.761.040,00 9.128.953.638,00 65,67% Pajak Air Tanah 680.766.683,00 468.064.512,00 68,82% Bea Perolehan Hak atas 10.000.000.000,00 7.215.031.349,00 72,15 % Tanah dan Bangunan Pajak Parkir 2.800.000.000,00 1.432.908.540,00 51,18 % Pajak Hiburan 520.000.000,00 472.083.190,00 90,79 % Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbarut Tahun 2013 Tabel I.2 menggambarkan berbagai jenis pajak yang ada di Kota Pekanbaru. Terlihat bahwa dari sekian pajak yang ada, Pajak Restoran merupakan salah satu pajak yang memiliki angka persentase yang tinggi dengan nilai 96,87% setelah Pajak Hotel. Sedangkan Pajak Parkir memiliki angka persentase yang paling rendah dengan nilai 51,18%. Dengan melihat potensi yang ada, penerimaan daerah yang berupa pajak terkait dengan sektor yang berkembang dan perlu lebih di maksimalkan adalah Pajak Restoran dandemi pembangunan Daerah Kota Pekanbaru. Berdasarkan penjelasan di atas penulis memiliki suatu keinginan untuk mencari, menambah serta mempraktekan ilmu yang telah diperoleh dari bangku

9 perkuliahan serta melihat langsung bagaimana Undang-Undang yang telah dirumuskan oleh Pemerintah dapat dilaksanakan dengan Baik. Maka Penulis mengambil judul untuk tugas akhir yaitu: Analisis Sistem Pemungutan Pajak Restoran di Kota Pekanbaru Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan Latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan permasalahan yang diangkat adalah : Bagaimanakah sistem pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah Kota Pekanbaru terutama dari sektor Pajak Restoran? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimanakah sistem pemungutan pajak yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru khususnya Pajak Restoran. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Sebagai aplikasi ilmu pengetahuan bagi Penulis, khususnya di bidang Pajak Restoran yang diperoleh selama di bangku perkuliahan. 2. Sebagai bahan masukan bagi instansi dalam rangka meningkatkan Pajak Restoran. 3. Sebagai wadah bagi penulis untuk mengembangkan ilmu yang

10 diperoleh selama di bangku perkuliahan. 4. Sebagai sarana informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian terhadap objek yang sama. 1.4 Metode Penelitian 1.4.1 Lokasi Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada kantor Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Pekanbaru yang beralamat, di komplek perkantoran pemerintah Kota Pekanbaru. 1.4.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 3 (tiga) bulan, terhitung sejak bulan April s/d Juni 2014 di Instansi Pemerintah yakni Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Pekanbaru. 1.4.3 Jenis Data 1. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama atau sumber asli (langsung dari informan) melalui wawancara, yang dalam hal ini wawancara diberikan kepada Kasi Pendataan dan Pendaftaran dan Kasubag program beserta pegawai Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Pekanbaru. 2. Data Sekunder Data Sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data Sekunder umumnya berupa dokumen, arsip instansi dan

11 catatan lain yang diperlukan. 1.4.4 Metode Pengumpulan Data 1. Metode Obsevasi Penulis juga menggunakan metode observasi, dimana penulis melakukan pengamatan langsung terhadap karyawan Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Pekanbaru. 2. Metode Wawancara Didalam pengumpulan data, penulis memilih metode wawancara dimana penulis dapat menanyakan secara langsung tentang sistem pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah Kota Pekanbaru terutama dari sektor Pajak Restoran kepada kepala bagian perpajakan, kasi Pendataan dan Pendaftaran, kasubbag programdan pegawai Dispenda yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 3. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi adalah memanfaatkan data-data yang ada di instansi terkait, yang mana data tersebut di dapatkan dari dokumendokumen yang ada di instansi tersebut. 1.5 Analisis Data Setelah data tersusun secara sistematis, langkah selanjutnya yaitu mengadakan analisis data. Dalam hal ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Kualitatif adalah sebuah data yang dinyatakan bukan berbentuk angkaangka.

12 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini, penulis susun kedalam 4 (empat) bab dan masingmasing bab terdiri dari beberapa sub bab seperti diuraikan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan Latar belakang masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode pengumpulan Data, Serta Sistematika Penulisan. BAB II : BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mengemukakan sejarah singkat Dinas Pendapatan Asli Kota Pekanbaru, Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran, Struktur Organisasi, dan Uraian tugas. TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK Bab ini mengemukakan tentang pengertian pajak, pengertian sistem, fungsi pajak, jenis-jenis pajak, asas pengenaan pajak, syarat pemungutan pajak, sistem pemungutan pajak, cara pemungutan pajak, Surat Pemberitahuan Tanda Pajak Daerah (SPTPD), pengertian pajak restoran, dasar hukum pemungutan pajak restoran, objek dan subjek pajak restoran, dasar pengenaan, tarif danperhitungan pajak restoran, pengertian pajak daerah, dan pajak menurut syariat islam. BAB IV : PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang diperlukan.