SESI 12: PENCEGAHAN PENELANTARAN DAN EKSPLOITASI TERHADAP ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
Daya Mas Media Komunikasi dan Informasi Hasil Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Volume 1 Nomor 2 September 2016; ISSN :

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK DI KOTA DENPASAR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN

PEKERJA ANAK. Dibahas dalam UU NO 13 Tahun 2003 Bab X Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejaterahan Bagian 1 Paragraf 2.

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III INKONSISTENSI KETENTUAN HUKUM PEKERJA ANAK Kontradiksi Pengaturan Tentang Pekerja Anak

BAB II. Pengaturan Tentang Tindak Pidana Eksploitasi Anak Dalam. Hukum Positif di Indonesia

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3)

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERLINDUNGAN HAK ANAK

Tujuan UUK adalah kesejahteraan tenaga kerja: Memperoleh, meningkatkan, mengembangkan kompetensi kerja.

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

-2- bertanggung jawab atas Pengasuhan Anak, demi terwujudnya perlindungan dan kesejahteraan Anak. Setiap Anak berhak untuk diasuh oleh Orang Tuanya se

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK. A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TANYA JAWAB UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB III KONSEP PENGASUHAN ANAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

Bab 2 KONSEP ANAK JALANAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 11

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

23-26 PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN HAK DASAR ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEKANISME PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK. Grasia Kurniati, S.H, M.H, Wulansari, S.H, M.H. Tim Abdimas Pusat Studi Gender

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

Bentuk Kekerasan Seksual

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I KETENTUAN U M U M

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

PATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

KEGIATAN YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN ANAK-ANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB II PENGANGKATAN ANAK MENURUT PP NOMOR 54 TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN

BUPATI DOMPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

Wawancara bersama penyidik Unit Pelayanan Perempuan Dan Anak

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA, MEKANISME DAN STANDAR LAYANAN PERLINDUNGAN ANAK

Latar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BA BUPATI BANYUWANGI NYUWANGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KHA definisi anak secara umum adalah manusia yang umurnya belum

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BUPATI PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

Institute for Criminal Justice Reform

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN-PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA. Oleh: Nurul Hidayati, SH. 1.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB II PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK YANG MENGALAMI PENELANTARAN DARI PERSPEKTIF HUKUM NASIONAL INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 110 / HUK /2009 TENTANG PERSYARATAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

Kekerasan Seksual. Sebuah Pengenalan. Bentuk

NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Transkripsi:

BAHAN BACAAN SESI 12: PENCEGAHAN PENELANTARAN DAN EKSPLOITASI TERHADAP ANAK A. PENCEGAHAN PENELANTARAN TERHADAP ANAK 1. Apa yang dimaksud dengan penelantaran? Penelantaran adalah tidak dilakukannya kewajiban dan tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar anak secara wajar, termasuk kasih sayang dan perhatian (Irwanto, 2014). Sedangkan anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kehidupan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik rohani, jasmani maupun sosial (pasal 1 UU Nomor 4 Tahun 1979). Terlantar disini bukan sekedar karena seorang anak sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orang tuanya. Tetapi juga dalam pengertian ketika hak-haknya untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidak mengertian, ketidakmampuan atau kesengajaan dari orang tua. Seorang anak yang kelahirannya tidak dikehendaki misalnya, sangat rawan untuk diterlantarkan karena ketidaksiapan orang tua untuk melahirkan KAMUS ISTILAH Penelantaran adalah tidak dilakukannya kewajiban dan tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar anak secara wajar,termasuk kasih sayang dan perhatian Pendiaman adalah tidak dilakukannya tindakan ketika diketahui seorang anak sedang membutuhkan pertolongan atau bantuan karena terancam kesejahteraan fisik dan mentalnya Pembahayaan adalah tindakan orang tua / atau dewasa yang dengan sengaja atau tidak sengaja menaruh anak pada situasi yang membahayakan kesejahteraan fisik dan mentalnya Sumber: Irwanto,2014 62

dan memelihara anaknya secara wajar. Penelantaran juga dapat berupa pendiaman dan pembahayaan. Penelantaran terkadang dilakukan oleh orang tua secara tidak disadari, karena disebabkan dampak dari kehidupannya sendiri, seperti kemiskinan, karakter atau tekanan yang sedang dialami oleh orang tua pada saat itu. Para orang tua atau sebagian besar orang menganggap penelantaran sebagai hal yang biasa sehingga sulit dideteksi. Hampir tidak ada orang yang melaporkan kondisi tersebut bahkan tidak pernah dilaporkan kepada pihak yang berwenang karena dengan dalih urusan keluarga, padahal hal ini sangat berdampak buruk untuk kehidupan anak kelak di kemudian hari. 2. Jenis / contoh dan dampak pelantaran terhadap anak a. Jenis dan contoh-contoh Penelantaran terhadap anak 1) Penelantaran Fisik Penelantaran fisik terjadi jika seseorang melalaikan kewajiban tugas dan tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan anak yang bersifat fisik, misalnya: tidak memberikan makanan yang sehat, aman dan bergizi, tidak memenuhi kebutuhan sandang termasuk memberikan pakaian kotor terhadap anak atau ketika seorang ibu tidak membawa ke posyandu/puskesmas ketika anak sakit adalah bagian dari penelantaran fisik. Begitupun jika orang tua tidak memberikan keleluasaan anak bekreasi (bermain), membiarkan anak terganggu binatang (kalajengking, kecoa, ular, anjing, dll), dan anak dibiarkan di rumah sendiri tanpa ada orang dewasa adalah juga bentuk-bentuk dari penelantaran fisik. 2) Penelantaran Mental Keterlantaran mental dapat terjadi jika orang tua/pengganti orang tua tidak memberikan pendidikan, kasih sayang, perhatian kepada anak. Begitu pula jika anak tidak didengar pendapatnya adalah bentuk penelantaran secara mental. 3) Penelantaran Spiritual Penelantaran spiritual dapat terjadi jika orang tua tidak melakukan tugas dan tanggung jawabnya untuk mengenalkan nilai-nilai baik dan buruk yang disebabkan karena sibuk, ataupun tidak ada waktu, atau apapun penyebabnya, sehingga anak tidak pernah tahu atau memahami nilai-nilai kehidupan. Selanjutnya, orang tua yang tidak pernah menghargai anak melalui celaan-celaan, selalu menyalahkan anak, merupakan bentuk penelantaran. 63

4) Penelantaran Sosial Jika anak tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan terkait dengan hubungan dengan orang lain seperti: ditinggal pergi dan sendirian, didiamkan oleh orang lain dalam kurun waktu tertentu, tidak dipedulikan. b. Akibat Penelantaran 1) Putus sekolah 2) Kurang gizi 3) Celaka, luka 4) Digigit binatang (,kalajengking, kecoa,ular, anjing) 5) Sering ketakutan/tidak berani 6) Kemampuan berbahasa rendah 7) Anak merasa tidak aman 8) Susah bergaul 9) Mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang 10) Dll 3. Cara mencegah Pelantaran terhadap anak Apapun bentuk penelantaran adalah melanggar hak anak dan tidak boleh dilakukan oleh siapapun termasuk orang tua, mengingat dampaknya sangat membahayakan terhadap kelangsungan hidup anak secara fisik, psikhis, sosial, dan spiritual. Jika kita menginginkan anak keturunan kita memiliki kecerdasan yang maksimal, maka orang tua harus berusaha memenuhi kebutuhan dasar diantaranya: fisik, psikis maupun sosial dan spiritualnya, dan menghindari penelantaran dalam bentuk apapun. Dengan kata lain, sebagai orang tua ada beberapa hal yang dapat dilakukan guna mencegah penelantaran terhadap anak: a. Memenuhi kebutuhan dasar anak (kasih sayang,sandang,pangan, dan papan) b. Meluangkan waktu untuk bersama dengan anak c. Berbagi tugas dalam mengasuh anak d. Mendidik tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan e. Memperhatikan pergaulan anak f. Memperhatikan perkembangan anak g. Menitipkan anak kepada keluarga/kerabat yang dapat dipercaya pada saat orangtua tidak berada di rumah h. Menitipkan anak di tempat penitipan anak 64

i. Mengkonsultasikan masalah keluarga dengan aparat setempat, atau penyedia layanan (misalnya guru ngaji, bidan, dll) j. Bawa anak ke tempat kerja (jika ada fasilitas yang aman) k. Konsultasi dengan pendamping PKH untuk membantu mencari solusi l. Dll Bila Orang Tua berpisah/bercerai Bila terjadi keterpisahan orangtua (antara ayah dan ibu), maka demi kepentingan terbaik bagi anak, keduanya harus tetap menjalankan peran sebagai orangtua. Tanggung jawab terhadap anak harus dijalankan secara bersama oleh kedua orangtua walaupun keduanya telah berpisah atau bercerai. Berikut merupakan uraian penting bagi orangtua yang berpisah agar pengasuhan yang kontinuum tetap dapat dilaksanakan. Pertimbangkan prioritas kebutuhan anak-anak, mempersiapkan segala sesuatu untuk anak-anak sesuai dengan prinsip kepentingan terbaik anak. Melindungi anak-anak dari bahaya fisik atau psikis atau dampak buruknya. Mendorong anak-anak untuk berbicara dan bertemu dengan orang tua lainnya (ayah atau ibu) secara berkala, kecuali jika hal itu akan membahayakan / merugikan anak. Jangan menyatakan tidak atau menghentikan komunikasi antara anak dengan salah satu orangtua (ayah atau ibu) karena hal tersebut akan menyebabkan hubungan yang buruk / merusak hubungan antara anak dengan orangtua (ayah atau ibu). B. PENCEGAHAN EKSPLOITASI TERHADAP ANAK 1. Apa yang dimaksud dengan Eksploitasi? Eksploitasi adalah pemanfaatan atau penyalahgunaan tenaga, tubuh, kenaifan (keluguan/kepolosan) anak untuk memperoleh keuntungan sosial maupun ekonomi (Irwanto, 2014). Contoh pemanfaatan tubuh anak yaitu anak yang dilacurkan, pornografi anak, atau anak yang memiliki kecacatan atau bayi untuk memancing rasa iba oleh pengemis dewasa. Pemanfaatan tenaga anak dapat berupa memberikan pekerjaan rutin, berat dan berbahaya kepada anak seperti memecah batu, mengupas kerang, mengumpulkan sampah, atau menyelam untuk mengambil mutiara, mendulang emas, bekerja lebih dari 3 jam perhari dan 65

terus menerus. Contoh pemanfaatan kepolosan dan keluguan anak yaitu perkawinan anak pada usia sebelum 18 tahun, anak yang dilacurkan, dll. Eksploitasi terhadap anak biasanya dilakukan karena 2 hal. Pertama, mengeksploitasi anak untuk memperoleh penghasilan berupa uang, contohnya anak yang dilacurkan, anak yang dipekerjakan, anak yang digunakan untuk mengemis, dll. Kedua, mengeksploitasi anak untuk memperoleh status sosial atau derajad yang lebih tinggi seperti anak perempuan yang dinikahkan dengan laki-laki yang lebih kaya atau berkedudukan lebih terhormat, anak perempuan yang dilacurkan untuk membeli HP dan meningkatkan status sosialnya, dll. Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immateriil (pasal 1 UU Nomor 21 Tahun 2007) Pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain, atau untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan menerima imbalan atau tidak (Bagong: 2010). Anak adalah setiap orang yang berusia 18 (delapan belas) tahun (UU Nomor 13 Tahun 2003). 2. Contoh-contoh eksploitasi terhadap anak. a. Eksploitasi ekonomi Eksploitasi ekonomi, yaitu pemanfaatan yang dilakukan secara sewenang-wenang dan berlebihan terhadap anak untuk kepentingan ekonomi sematamata tanpa mempertimbangkan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan terhadap anak. Contoh perbuatan yang termasuk eksploitasi ekonomi terhadap anak: misalnya buruh 66

anak sebagai pembantu, pekerja pabrik, buruh angkut pelabuhan, pengemis, pengamen, kuli bangunan, buruh tani, dll. b. Eksploitasi Seksual Eksploitasi Seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari seseorang anak untuk mendapatkan keuntungan pribadi, termasuk tetapi tidak terbatas pada semua kegiatan pelacuran, percabulan, wisata seks, promosi dan distribusi pornografi yang melibatkan anakanak, pelibatan anak dalam pertunjukan seks dan bentuk lainnya. Contoh perbuatan eksploitasi seksual terhadap anak: anak disuruh jadi pelacur untuk mendapatkan uang, anak dijual. Anak-anak sangat rentan mengalami kekerasan seksual/eksploitasi dari anggota masyarakat. Eksploitasi seksual sering kali dilakukan oleh orang yang dikenal oleh anak termasuk anggota keluarga atau orang dewasa yang dipercayai anak seperti pelatih olahraga, polisi, guru atau majikan. Akan tetapi dapat juga dilakukan oleh orang yang tidak dikenal (studi sekjen PBB tentang kekerasan terhadap anak, 2006). 3. Dimanakah eksploitasi seksual terhadap anak terjadi? a. Eksploitasi seksual terhadap anak terjadi di semua tempat termasuk: b. Di rumah, rumah singgah, panti asuhan c. Di sekolah, pesantren d. Di jalan e. Di tempat kerja f. Di tahanan kepolisian, lembaga permasyarakatan, pusat rehabilitasi g. Di masyarakat 67

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak beresiko terhadap eksploitasi a. Faktor Gender 1) Dalam berbagai budaya lokal, perempuan merupakan individu yang lebih beresiko dari laki-laki, terutama dalam kekerasan/ eksploitasi seksual (walaupun korban laki-laki juga mulai banyak dilaporkan). 2) Di Indonesia posisi perempuan yang beresiko dilihat dari budaya diperparah oleh hukum yang memperbolehkan anak perempuan dinikahkan pada usia 16 tahun atau lebih muda. 3) Undang undang kriminal yang tidak memihak pada korban eksploitasi anak; yaitu usia tanggung jawab kriminal 12-14 tahun, UU ini mengakibatkan anak perempuan akan sangat dirugikan. 4) Anak laki-laki juga lebih beresiko terhadap bulliying dan kekerasan fisik/bekerja berat. b. Faktor keutuhan orang tua Penelitian pada keluarga yang miskin dan hampir miskin menunjukkan bahwa kematian orang tua merupakan faktor yang dapat mengakibatkan anak putus sekolah sehingga membuat anak rentan untuk dieksploitasi orang lain. c. Putus Sekolah Putus sekolah terutama di jenjang pendidikan dasar 9 tahun, merupakan faktor yang menyebabkan anak rentan bekerja, kawin muda, dan menjadi sasaran bujuk rayu organisasi kriminal. d. Stigma dan Diskriminasi 1) Anak dengan disabilitas, anak yang mengalami gangguan mental/ intelektual, anak yang mengalami penyakit berstigma atau di cap jelek di masyarakat seperti kusta atau HIV/AIDS sehingga beresiko terhadap penolakan, penelantaran, kekerasan dan pengucilan oleh masyarakat. 2) Anak dari orang tua yang dicap jelek karena latar belakang politik, budaya, agama, dll juga rentan mengalami kekerasan, penelantaran, pengucilan, dan kekerasan. Contohnya: 3) orang tua yang mantan anggota PKI, orang tua yang menganut aliranaliran tertentu (sekte-sekte) cenderung untuk didiskriminasi. Karena dikucilkan, anak mengalami kesulitan untuk sekolah, orangtua mengalami kesulitan mencari nafkah sehingga mereka rentan untuk di bujuk rayu organisasi kriminal, kawin muda, rentan mendorong anak untuk bekerja. 68

e. Tinggal atau hidup di luar keluarga Anak yang karena sesuatu hal harus meninggalkan rumah/keluarganya mempunyai resiko tambahan untuk dieksploitasi. Apalagi kalau tinggal dan bekerja di jalanan, atau tempat-tempat yang tidak ramah anak seperti penjara, tempat pelacuran, dll. 5. Akibat-akibat dari anak-anak yang rentan dieksploitasi: a. Mudah ditarik dari sekolah dan dipekerjakan b. Untuk anak perempuan ada resiko untuk dinikahkan jika keluarga miskin c. Diincar/ditipu oleh organisasi kriminal untuk dilacurkan, dijual jadi pembantu, diminta untuk mengedarkan narkotika, digunakan untuk menipu, dijual belikan sebagi budak atau anak adopsi ilegal 6. Akibat Eksploitasi Anak Akibat dari eksploitasi anak yang terkait dengan kehidupan sehari-hari anak antara lain sebagai berikut: a. Anak putus sekolah b. Perkembangan fisik anak terganggu c. Menjadi penakut, murung, menarik diri d. Anak terkena PMS (Penyakit Menular Seksual), HIV/AIDS e. Tidak punya masa depan (kehilangan cita-cita) f. Anak berpotensi mengulang kembali eksploitasi yang dialaminya g. Anak kehilangan kepercayaan diri h. Anak dapat terluka/sakit-sakitan, celaka i. Anak tidak punya waktu bermain j. Anak stres/tertekan k. Anak terpisah dari keluarga l. Anak terlibat penyalahgunaan narkotika dan berkonflik dengan hukum m. Dll 7. Cara mencegah eksploitasi terhadap anak. Para orang tua dapat melakukan beberapa cara untuk mencegah terjadinya eksploitasi terhadap anak, yaitu: a. Mengupayakan anak tetap sekolah b. Tidak menyuruh bekerja c. Tidak membiarkan anak dengan orang dewasa tanpa pengawasan d. Pastikan jalur yang dilalui anak (keluar rumah) aman e. Pastikan anak bersama orang yang dikenal dan dipercaya 69

f. Melatih/ mengajarkan anak untuk tidak melayani orang yang tidak dikenal g. Tidak mudah mempercayai janji-janji -orang lain h. Memberitahu anak untuk waspada pada iming-iming pekerjaan dan gaji besar di kota i. Tidak menikahkan anak di usia sebelum 18 tahun j. Tidak membiarkan anak bermain dengan HP/internet tanpa pengawasan k. Menanyakan kepada anak tentang kegiatan yang dia lakukan dan dia alami l. Luangkan waktu untuk bercengkrama/bercerita dengan anak m. Kenali guru sekolah atau guru ngaji mereka n. Kenali teman-teman mereka o. Kenali orang-orang dewasa di sekitar mereka p. Tidak menjaminkan anak untuk hutang q. Tidak melakukan berbagai jenis kekerasan pada anak r. Memberikan anak kesempatan untuk belajar agama s. Memberikan kesempatan anak untuk beristirahat t. Memberikan waktu bermain untuk anak u. Membuat akta kelahiran anak v. Memasukkan anak dalam kartu keluarga C. Pencatatan kelahiran merupakan salah satu cara mencegah eksploitasi anak. Pencatatan kelahiran, yang merupakan pencatatan resmi nama dan umur anak, memberikan identitas sah pada anak. Hal tersebut merupakan langkah penting untuk melindungi hak-hak sipil,politik, ekonomi, sosial dan budaya anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak terdaftar kelahirannya merupakan kelompok korban pertama yang terlibat pada masalah obat-obat terlarang; menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar menjadi korban perdagangan manusia, eksploitasi seksual, dipaksa menjadi buruh anak atau tidak mempunyai akses kepada pelayanan sosial sama sekali. Pencatatan kelahiran juga memberikan data penting untuk dijadikan informasi bagi penyusunan perencanaan akan pelayanan kesehatan dan pendidikan terhadap anak. D. Peraturan terkait pencegahan eksploitasi anak Indonesia telah memiliki peraturan perundang-undangan terkait pencegahan eksploitasi terhadap anak. UU Nomor 13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Jika anak harus bekerja maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan: 70

1. Anak-anak dapat dipekerjakan dengan syarat berumur antara 13 (tiga belas) sampai dengan 15 (lima belas) tahun dengan melakukan pekerjaan ringan dan tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial anak. 2. Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Izin tertulis dari orangtua/wali b. Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali c. Waktu kerja maksimum 3 jam d. Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah e. Keselamatan dan kesehatan kerja f. Adanya hubungan kerja yang jelas g. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku 3. Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat berwenang, dengan syarat sebagai berikut: a. Berusia paling sedikit 14 tahun b. Diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan pekerjaan serta bimbingan dan pelaksanaan pekerjaan c. Diberi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja 4. Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan minat dan bakatnya, dengan syarat sebagai berikut: a. Dibawah pengawasan langsung dari orangtua atau wali b. Waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari c. Kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental, sosial dan waktu sekolah 5. Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat pekerja/buruh dewasa. 6. Dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan terburuk untuk anak, yaitu: a. Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya b. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian c. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya d. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak 71

Daftar Pustaka: Irwanto. 2014.. Universitas Atmajaya: Jakarta. Republik Indonesia. 1979. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Jakarta. Republik Indonesia. 2002. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Jakarta. Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jakarta. Republik Indonesia. 2004. Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jakarta. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Jakarta. Suyanto, Bagong. 2013. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Utomo, Hadi dkk. 2014. Berkelanjutan hak-hak Anak Dan Perlindungan Anak, kerangka Hukum Hak-Hak Anak Dan Perlindungan Anak kerangka Anak, Pengasuhan Berkelanjutan hak. Jakarta: Unicef. Utomo, Hadi, dkk. 2014. Hak-Hak Anak Dan Perlindungan Anak (Buku Pegangan Fasilitator PKH Atau Petugas Lapangan). Jakarta: Unicef. Utomo, Hadi, dkk. 2014. Panduan Diskusi Fasilitator PKH 2013. Jakarta: Unicef.,. Lembar Fakta Pencatatan Kelahiran. UNICEF. 72