BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendahuluan sebelum pemeriksaan sidang di pengadilan. 1 Istilah praperadilan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Tugas, Wewenang Hakim Dalam Peradilan Pidana

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PRAPERADILAN DITINJAU MENURUT KUHAP JO PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR: 21/PUU-XII/2014

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. serta pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peranan hakim adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XIII/2015 Objek Praperadilan

BAB II KEWENANGAN JAKSA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA. diatur secara eksplisit atau implisit dalam Undang-undang Dasar 1945, yang pasti

GANTI RUGI ATAS KESALAHAN PENANGKAPAN, PENAHANAN PASCA PUTUSAN PENGADILAN 1 Oleh: David Simbawa 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyelidikan dan Penyidikan. Pengertian penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

ALUR PERADILAN PIDANA

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR. penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

BAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam

BAB 2 TINJAUAN UMUM MENGENAI PRAPERADILAN DALAM HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LARANGAN PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN PRAPERADILAN

1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

TINJAUAN HUKUM TERHADAP TUNTUTAN GANTI KERUGIAN KARENA SALAH TANGKAP DAN MENAHAN ORANG MUHAMMAD CHAHYADI/D Pembimbing:

1. Pendahuluan. Serat Acitya Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang ISSN : , Vol. 4 No. 3, 2015

Pemeriksaan Sebelum Persidangan

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

BAB II PERANAN POLISI SEBAGAI PENYIDIK DALAM MELAKUKAN PENANGANAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

BAB 4 PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN UPAYA PAKSA MENURUT KONSEP PRAPERADILAN DI DALAM KUHAP DAN KONSEP HAKIM KOMISARIS MENURUT RUU KUHAP

V. PENUTUP. 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim Komisaris. dalam RUU KUHAP Tahun 2009 atau hal utama digantinya lembaga pra

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

BAB III PENUTUP. praperadilan, maka dapat disimpulkan bahwa: akan memeriksa tuntutan tersebut. Tata cara atau acara dalam proses pemeriksaan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 126/PUU-XIII/2015 Yurisprudensi Mahkamah Agung Mengenai Bilyet Giro Kosong

I. PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap pemeriksaan penyidikan dan atau penuntutan. 1

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut, khususnya mengenai kepentingan anak tentunya hal ini perlu diatur oleh

RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

Fungsi Pra Penuntutan Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Penuntutan Perkara Pidana Oleh Penuntut Umum. Cakra Nur Budi Hartanto *

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan salah satunya lembaga tersebut adalah Pengadilan Negeri. Saat

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

PRAPERADILAN SEBAGAI KEWENANGAN TAMBAHAN PENGADILAN NEGERI PRETRIAL COURT AS ADDITIONAL POWERS

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

KEWENANGAN JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM PROSES PRA PENUNTUTAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA 1 Oleh : Richard Olongsongke 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)

I. PENDAHULUAN. Ditinjau dari hal-hal yang baru dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara

II. TINJAUAN PUSTAKA. penegakan hukum berdasarkan ketentuan hukum, maka hilanglah sifat melanggar

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

PERMOHONAN PRAPERADILAN ATAS PENUNDAAN PELAKSANAAN PENETAPAN HAKIM DALAM PERKARA KESAKSIAN PALSU Desita Sari S.H dan Hesti Setyowaty

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melindungi individu terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dan

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang diterapkan dapat sesuai dengan hukum positif dan nilai keadilan.

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

JAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP. Oleh : LBH Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. negara harus berlandaskan hukum. Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang

ANALISIS YURIDIS PRAPERADILAN PENGHENTIAN PENYIDIKAN DENGAN ALASAN POLRES SUKOHARJO TIDAK MENERIMA. LAPORAN DARI PEMOHON (No.03/Pid/Pra/2008/PN.

JURNAL TUNTUTAN GANTI KERUGIAN AKIBAT TIDAK SAHNYA PENANGKAPAN DAN PENAHANAN MELALUI PROSES PRAPERADILAN

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS. Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Pasal 1 Ayat 3. Sebagai Negara hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

KEMUNGKINAN PENYIDIKAN DELIK ADUAN TANPA PENGADUAN 1. Oleh: Wempi Jh. Kumendong 2 Abstrack

Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016. PENYITAAN SEBAGAI OBJEK PRAPERADILAN 1 Oleh: Arif Salasa 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 1988 SERI D NOMOR 2

I. PENDAHULUAN. mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

AKIBAT HUKUM PENGHENTIAN PENYIDIKAN PERKARA PIDAN DAN PERMASALAHANNYA DALAM PRAKTIK

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Praperadilan 2.1.1 Pengertian Praperadilan : Secara harfiah pengertian praperadilan dalam KUHAP memiliki arti yang berbeda, Pra memilik arti mendahului dan praperadilan sama dengan pendahuluan sebelum pemeriksaan sidang di pengadilan. 1 Istilah praperadilan juga diambil dari kata pre trial, walaupun fungsi dan tujuan pretrial adalah meneliti apakah ada dasar hukum yang cukup untuk mengajukan penuntutan mengenai suatu perkara tuduhan pidana di hadapan pengadilan yang berbeda dengan maksud praperadilan yang bertujuan untuk melindungi hak asasi tersangka terhadap pelanggaran syarat formil maupun materiil yang dilakukan dalam tingkat penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan yang diatur dalam pasal-pasal mengenai penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, hak-hak tersangka/terdakwa dan mengenai bantuan hukum. 2 Menurut pasal 1 butir 10 KUHAP, Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini tentang : 3 a) Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan/atau penahanan atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka; 1 Andi Hamzah.2008.Hukum Acara Pidana Indonesia.Jakarta.Sinar Grafika. Hal 187 2 Harjono Tjitrosoebono.1987.Komentar DPP Peradin Terhadap KUHAP.Jakarta.Hal 4 3 KUHAP.Pasal.1 butir 10. 12

b) Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan tersangka/ penyidik/ penuntut umum demi tegaknya hukumdan keadilan; c) Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya, yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan. Praperadilan berdasarkan penjelasan di atas, hanyalah untuk menguji dan menilai tentang kebenaran dan ketepatan tindakan upaya paksa yang dilakukan penyidik dan penuntut umum dalam hal menyangkut ketepatan penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan dan penuntutan serta ganti kerugian dan rehabilitasi.praperadilan merupakan tiruan dari Rechter Commisaris di Negeri Belanda. 4 Lembaga RechterCommisaris (hakim yang memimpin pemeriksaan pendahuluan), muncul sebagai wujud dari peran serta keaktifan Hakim, yang di Eropa Tengah memberikan peranan Rechter Commisaris suatu posisi yang mempunyai kewenangan untuk menangani upaya paksa (dwang middelen), penahanan, penyitaan, penggeledahan badan, rumah, pemeriksaan surat-surat. 5 Dasar terwujudnya praperadilan menurut Pedoman Pelaksanaan Kitab undangundang Hukum Acara Pidana adalah sebagai berikut: Mengingat bahwa demi kepentingan pemeriksaan perkara diperlukan adanya pengurangan-pengurangan dari hak-hak asasi tersangka, namun bagaimanapun hendaknya selalu berdasar ketentuan yang diatur dalam undang-undang, maka untuk kepentingan 4 Andi Hamzah, op. cit., hal. 183. 5 Oemar Seno Adji. 1980. Hukum Hakim Pidana, Jakarta.Erlangga.Hal.88. 13

pengawasan terhadap perlindungan hak-hak asasi tersangka atau terdakwa diadakan suatu lembaga yang dinamakan praperadilan. 6 Praperadilan merupakan bagian dari pengadilan negeri yang melakukan fungsi pengawasan terutama dalam hal dilakukan upaya paksa terhadap tersangka oleh penyidik atau penuntut umum.pengawasan yang dimaksud adalah pengawasan bagaimana seorang aparat penegak hukum melaksanakan wewenang yang ada padanya sesui dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang ada, sehingga aparat penegak hukum tidak sewenang-wenang dalam melaksanakan tugasnya. Sementara itu, bagi tersangka atau keluarganya sebagai akibat dari tindakan meyimpang yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya dan berhak mendapat ganti kerugian dan rehabilitasi. 7 Menurut Yahya Harahap mengenai pengertian praperadilan yakni sebagai tugas tambahan yang diberikan kepada Pengadilan Negeri selain tugas pokoknya mengadili dan memutus perkara pidana dan perdata untuk menilai sah tidaknya penahanan, penyitaan, penghentian penyidikan dan penghentian penuntutan, penahanan dan penyitaan yang dilakukan oleh penyidik. Tujuan utama pelembagaan praperadilan dalam KUHAP yaituuntuk melakukan pengawasan horizontal atas tindakan upaya paksa yang dikenakan terhadap tersangka selama 6 Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana cetakan ke-2 telah diperbaiki.departemen Kehakiman Republik Indonesia. 1982. Hal. 114-115. 7 Ratna Nurul Alfiah. Op.cit. Hal. 75. 14

iaberada dalam pemeriksaan penyidikan atau penuntutan agar benar-benar tindakan itu tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan undang-undang. 8 2.1.2 Permohonan dan Alasan Permohonan Praperadilan Menurut Pasal 79 KUHAP, yang berhak memohonkan permintaan praperadilan tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan/penahanan kepada Pengadilan Negeri adalah : a. Tersangka b. Keluarga dari tersangka c. Kuasanya Yang dimaksud dengan kuasanya adalah orang yang mendapat kuasa dari tersangka atau keluarganya untuk mengajukan permintaan praperadilan itu.permohonan Praperadilan disampaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri dengan menyebutkan alasannya. 9 Sedangkan yang berhak mengajukan permintaan praperadilan tentang sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan, menurut Pasal 80 KUHAP adalah : a. Penyidik b. Penuntut Umum c. Pihak ketiga yang berkepentingan Praperadilan merupakan salah satu kewenangan pengadilan dan juga penerapan upaya paksa oleh polisi dan jaksa meliputi : 8 Yahya Harahap. 2002. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta: Sinar Grafika. Hal.2-4. 9 Darwan Prinst. 2002. Hukum Acara Pidana Dalam Praktik. Jakarta. Djambatan.Hal. 198. 15

a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan dapat diajukan oleh penuntut umum atau pihak ketiga yang berkepentingan (Pasal 80 KUHAP). b. Ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya dihentikan ditingkat penyidikan atau penuntutan (Pasal 77 KUHAP). c. Sah atau tidaknya benda yang disita sebagai alat pembuktian (Pasal 82 ayat (1) b dan ayat (3) KUHAP). d. Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atas penangkapan atau penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orang atau badan hukum yang diterapkan pada perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri (Pasal 95 ayat (2) KUHAP). e. Permintaan rehabilitasi oleh tersangka atas penangkapan atau penahanan tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau kekeliruan mengenai orang atau badan hukum yang diterapkan pada perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri (Pasal 97 ayat (3) KUHAP). 2.1.3 Acara Pemeriksaan Sidang Praperadilan Hukum acara praperadilan sampai saat ini belum terdapat pengaturan secara khususnya, oleh karena itu belum ada keseragaman tentang acara 16

praperadilan.yang diperiksa dalam sidang praperadilan hanyalah masalah formil dari suatu tindakan yang dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum 10. 1. Penyidik/Penuntut Umum dapat memperadilankan dirinya sendiri untuk meminta penetapan, tentang sah atau tidaknya penghentian penyidikan/penuntut, penangkapan/penahanan. 2. Penyidik dapat mem-praperadilankan Penuntut Umum, atau Penuntut Umum dapat mem-praperadilankan Penyidik tersebut tentang sah atau tidaknya tindakan yang dilakukannya. Adapun acara pemeriksaan sesuai dengan Pasal 82 ayat (1) KUHAP, sebagai berikut : a. Dalam waktu tiga hari setelah diterimanya permintaan, hakim yang ditunjuk menetapkan hari sidang; b. Dalam memeriksa dan memutus tentang sah atau tidaknyapenangkapan atau penahanan, sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penuntutan; permintaan ganti kerugian dan atau rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan, akibat sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan dan ada benda yang disita yang tidak termasuk alat pembuktian, hakim mendengar keterangan baik dan tersangka atau pemohon maupun dan pejabat yang berwenang; c. Perneriksaan tersebut dilakukan cara cepat dan selambat-lambatnya tujuh hari hakim harus sudah menjatuhkan putusannya; 10 Darwan Prinst. Op.cit. Hal. 199. 17

d. Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri sedangkan pemeriksaan mengenai permintaan kepada praperadilan belum selesai, maka permintaan tersebut gugur; e. Putusan praperadilan pada tingkat penyidikan tidak menutup kemungkinan untuk mengadakan pemeriksaan praperadilan lagi pada tingkat pemeriksaan oleh penuntut umum, jika untuk itu diajukan permintaan baru. Pasal 77 KUHAP menentukan bahwa Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undangundang ini tentang : 1) Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan; 2) Ganti rugi dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan. Pemeriksaan praperadilan harus dilakukan secara cepat, dalam waktu 7 (tujuh) ghari harus sudah diputuskan.hal ini membedakan dengan perkara biasa yang tidak ditentukan batas waktu penyelesaiannya.permohonan praperadilan menjadi gugur apabila perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan, sedang pemeriksaan mengenai permintaan praperadilan belum selesai.timbul lagi hak seseorang untuk mengajukan permohonan pemeriksaan praperadilan (ganti kerugian dan atau rehabilitasi diatur dalam Pasal 95 dan 97 KUHAP yaitu : a. Jika terdakwa diputus bebas atau dilepas dari segala tuntutan hukum. b. Jika terpidana kurang dari lamanya masa penahanan. 18

c. Rehabilitasi dapat dimohon apabila seseorang diadili dan dipidana, akan tetapi masih memenuhi ketentuan hukum kepegawaian untuk rehabilitasi. d. Jika dalam menggunakan upaya hukum luar biasa (peninjauan kembali) dapat menimbulkan dasar bagi gugatan atau tuntutan ganti rugi dan rehabilitasi. Objek praperadilan diatur juga dalam pasal 77 KUHAP yaitu : a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan/penghentian penuntutan. b. Ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya di hentikan di tingkat penyidikan atau penuntutan. Namun Mahkamah Konstitusi dalam putusannya Nomor : 21/PUU- XII/2014 telah menetapkan objek praperadilan baru yaitu sah atau tidaknya penetapan tersangka, penggeledahan dan penyitaan. Mahkamah Konstitusi telah menjadikan penetapan tersangka sebagai salah satu objek praperadilan yang sebelumnya tidak ada di dalam KUHAP pasal 77 huruf (a) dinyatakan inkonstitusional bersyarat sepanjang dimaknai termasuk sebagai penetapan tersangka, penggeledahan, dan penyitaan. 2.1.4 Tinjauan Tentang Penyidik dan Penyidikan a) Pengertian Penyidik dan Penyidikan : Istilah penyidikan sinonim dengan pengertian bahasa Belanda opsporing atau dalam bahasa Inggris Investigation. 11 Penyidikan menurut hukum acara pindana lama merupakan aksi atau tindakan pertama dari penegak hukum yang 11 Andi Hamzah. Op.Cit. hal. 120 19

diberi wewenag untuk itu, yang dilakukan setelah diketahuinya akan terjadi atau diduga terjadinya suatu tindak pidana sehingga tindakan tersebut merupakan penyelenggaraan hukum pidana yang bersifat represif. 12 Defenisi penyidikan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) adalah sebagai berikut : Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Penyidikan dilakukan untuk mencari serta mengumpulkan bukti-bukti yang pada taraf pertama harus dapat memberikan keyakinan, walapun sifatnya masih sementara, kepada penuntut umum tentang apa yang sebenarnya terjadi atau tentang tindak pidana apa yang telah dilakukan serta siapa tersangkanya. 13 Atas dasar keyakinan tersebut penuntut umum akan menentukan pendapatnya apakah terdapat alasan yang cukup untuk mengajukan tersangka ke depan sidang pengadilan atau tidak. Dengan demikian hasil dari penyidikan sangat menentukan keberhasilan penuntut umum dalam melakukan penuntutan terhadap suatu perkara. Penyidikan yang tidak maksimal akan mempersulit jaksa dalam melakukan penuntutan pada pemeriksaan di sidang pengadilan sehingga penyidikan harus dilakukan semaksimal mungkin. Kegagalan polisi dalam melakukan penyidikan pada giliranya juga menjadi kegagalan jaksa, karena dalam penuntutan perkara jaksa sangat tergantung dari hasil penyidikan polisi sebagai penyidik. Hal itu disebabkan karena jaksa dalam melakukan penuntutan 12 Topo Santoso. 2000. Polisi dan Jaksa : Keterpaduan atau Pergulatan?, Cet.Ke-1, Depok.Pusat Studi Peradilan. Pidana Indonesia.Hal.73. 13 Ibid. 20

perlu memahami betul berkas penyidikan yang menjadi bahan baku penuntutanya. 14 Penyidik, sesuai ketentuan Pasal 109 ayat (1) KUHAP, memberitahukan kepada penuntut umum begitu ia memulai penyidikan. Pemberitahuan ini merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan secara tertulis.pentingnya pemberitahuan ini berkaitan dengan hak penuntut umum untuk mengajukan praperadilan apakah ternyata penyidik menghentikan penyidikan. Berdasar ketentuan yang diatur dalam Pasal 109 ayat (2) KUHAP penyidik berwenang menghentikan penyidikan atas dasar alasan: 15 a. Tidak terdapat cukup alat bukti. setelah penyidik melakukan penyidikan ternyata tidak dapat menemukan alat bukti minimal sebagaimana yang disyaratkan oleh Pasal 183 jo 184 KUHAP. Dengan tidak tersedianya alat bukti minimal yang sah berarti kebenaran telah terjadinya tindak pidana dan kesalahan tersangka tidak dapat dibuktikan. Demi terlaksananya asas peradilan yang cepat, sederhana dan berbiaya ringan, serta untuk memberikan kepastian hukum maka penyidikan harus dihentikan. Penghentian penyidikan atas alasan tidak cukup bukti tidak membawa akibat hapusnya wewenang penyidik untuk melakukan penyidikan kembali. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan buktibukti yang cukup untuk menuntut tersangka, penyidikan dapat dibuka kembali. Penghentian penyidikan tidak termasuk ne bis in idem, karena penghentian penyidikan bukan termasuk dalam lingkup putusan pengadilan, 14 Ibid. Hal 111. 15 Harun M Husein. 1991. Penyidikan Dan Penuntutan Dalam Proses Pidana, Cet.ke-1, Jakarta Rineka Cipt.Hal.312-317. 21

penghentian penyidikan baru pada taraf kebijakan yang diambil penyidik dalam tahap penyidikan ; b. Peristiwa yang disidik ternyata bukan merupakan tindak pidana. Setelah penyidik secara cermat melakukan penyidikan ternyata perbuatan yang disangkakan bukan merupakan perbuatan pelanggaran atau kejahatan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan pidana, misalnya termasuk lingkup keperdataan maka penyidikan harus dihentikan. Hal ini dikarenakan penyidik hanya diberi wewenang untuk melakukan penyidikan dalam lingkup hukum pidana ; c. Penyidikan dihentikan demi hukum. Penyidikan dihentikan demi hukum yang pada pokoknya sesuai dengan alasan hapusnya hak menuntut dan hilangnya kewajiban menjalankan pidana yaitu perkara delik aduan telah dicabut pengaduannya (Pasal 15 KUHP), Ne Bis In Idem Pasal (76 KUHP), tersangka meninggal dunia (Pasal 77 KUHP} atau perkara tersebut telah kadaluwarsa (Pasal 78 KUHP). d. Jika penyidik melakukan penghentian penyidikan, maka penyidik wajib memberitahukan tindakannya ini kepada penuntut umum.pemberitahuan penghentian penyidikan juga disampaikan kepada tersangka atau keluarganya (Pasal 109 ayat (2) KUHAP) dan menurut Keputusan Menteri Kehakiman No.M.14-PW. 03/1983 pemberitahuan penghentian penyidikan 22

juga disampaikan kepada penasihat hukum tersangka dan saksi pelapor atau korban. 16 Menurut Pasal 1 angka 1 KUHAP jo Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, bahwa yang dimaksud dengan penyidik adalah Pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan, demikian pula menurut Pasal 6 KUHAP, bahwa penyidik adalah : a. Pejabat polisi negara Republik Indonesia; b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. b) Tata Cara Penyidik dan Penyidikan : KUHAP : Tata cara penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a a) Menerima laporan atau pengaduan dan seseorang tentang adanya tindak pidana; b) Melakukan tindakan pertama pada saat ditemukan kejadian; c) Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d) Melakukan penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan; e) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; f) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; 16 PAF Lamintang.1984. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dengan Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi Dan Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana, Cet. Ke- 1.Bandung:Sinar Baru. Hal.278. 23

g) Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; h) Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan perkara; i) Mengadakan penghentian penyidikan; j) Mengadakan tindakan lain yang menurut hukum bertanggungjawab. 2.1.5 Putusan Praperadilan : a) Pengertian Putusan Tujuan diadakannya suatu proses di muka pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim. 17 Putusan hakim atau lazim disebut dengan istilah putusan pengadilan merupakan sesuatu yang sangat diinginkan atau dinantinantikan oleh pihak-pihak yang berperkara guna menyelesaikan sengketa diantara mereka dengan sebaik-baiknya.sebab dengan putusan hakim tersebut pihakpihak yang bersengketa mengharapkan adanya kepastian hukum dan keadilan dalam perkara yang mereka hadapi. 18 Untuk dapat memberikan putusan yang benar-benar menciptakan kepastian hukum dan mencerminkan keadilan, hakim sebagai aparatur negara yang melaksanakan peradilan harus benar-benar mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, serta peraturan hukum yang mengaturnya yang akan diterapkan, baik peraturan hukum yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan 17 M. Nur Rasaid.2008.Hukum Acara Perdata.cet. III.Jakarta: Sinar Grafika Offset. Hal. 48. 18 Moh. Taufik Makarao. 2004. Pokok-pokok Hukum Acara Perdata, cet. I. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal. 124. 24

maupun hukum yang tidak tertulis seperti hukum kebiasaan.19 Karenanya dalam Undang- Undang tentang Kekuasaan Kehakiman dinyatakan, bahwa hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. b) Putusan Terhadap Praperadilan : Pasal 96 ayat (1) menjelaskan tentang bentuk putusan praperadilan yang berupa penetapan.bentuk putusan penetapan pada lazimnya merupakan rangkaian berita acara dengan isi putusan itu sendiri.atas alasan yang dikemukakan tersebut, cukup menjadi dasar bentuk dan pembuatan putusan praperadilan merupakan penetapan yang memuat rangkaian kesatuan antara berita acara dan isi putusan. Jadi putusan tidak dibuat secara khusus melainkan dicatat dalam berita acara sebagaimana bentuk dan pembuatan putusan dalam proses acara singkat. Pasal 82 ayat (2), dijelaskan bahwa putusan praperadilan harus memuat alasan permintaan pemeriksaan yang menjadi dasar pertimbangan hukum yang kemudian menjadi dasar isi penetapan. Sedangkan dalam ayat (3) pasal tersebut meberikan penjelasan berupa isi putusan praperadilan seperti berikut : a. Dalam hal putusan menetapkan bahwa sesuatu penangkapan atau penahanan tidak sah; maka penyidik atau jaksa penuntut umum pada tingkat pemeriksaan masing-masing harus segera membebaskan tersangka; 19 Riduan Syahrani. 1998.Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum, cet. I, Jakarta: Pustaka Kartini. Hal. 83. 25

b. Dalam hal putusan menetapkan bahwa sesuatu penghentian penyidikan atau penuntutan tidak sah, penyidikan atau penuntutan terhadap tersangka wajib dilanjutkan; c. Dalam hal putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau penahanan tidak sah, maka dalam putusan dicantumkan jumlah besarnya ganti kerugian dan rehabilitasi yang diberikan, sedangkan dalam hal suatu penghentian penyidikan atau penuntutan adalah sah dan tersangkanya tidak ditahan, maka dalam putusan dicantumkan rehabilitasinya; d. Dalam hal putusan menetapkan bahwa benda yang disita ada yang tidak termasuk alat pembuktian, maka dalam putusan dicantumkan bahwa benda tersebut harus segera dikembalikan kepada tersangka atau dan siapa benda itu disita. Menurut pasal 82 ayat (2) KUHAP menyatakan bahwa, terhadap putusan praperadilan tidak dapat dimintakan banding, kecuali terhadap putusan praperadilan yang menetapkan tidak sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan.untuk itu penyidik dan penuntut umum dapat memintakan putusan akhir kepada pengadilan tinggi, dalam daerah hukum yang bersangkutan. 2.1.6 Konsep Argumentasi Permohonan Praperadilan : Legal standing yang tertera dalam perkara ini yang mengajukan permohonan praperadilan yaitu Dewi Maria sebagai pemohon I dan Agustina Lenny, SH sebagai istri dari pemohon II sesuai dengan ketentuan pasal 79 KUHAP point (a) dan (b) bahwa yang berhak mengajukan praperadilan tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan/penahanan kepada pengadilan negeri ialah 26

tersangka dan keluarga dari tersangka. Permohonan praperadilan yang diajukan oleh pemohon I dan istri pemohon II terkait dengan penetapan status tersangka oleh pihak penyidik kepolisian dalam perkara tindakan pidana menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa ada ijin dari pimpinan Bank Indonesia serta penipuan dan/atau penggelapan. Kewenangan pengadilan negeri terkait dengan kasus tersebut tentunya sesuai pasal 79 KUHAP yaitu : a. Sah atau tidaknya penangkapan b. Penahanan Permintaan pemeriksaan terhadap dua point diatas dapat diajukan oleh tersangka, keluarga, atau kuasanya kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan alasannya. Selanjutnya, pasca putusanmahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU- XII/2014 tentang pengujian Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengakibatkan perluasan terhadap objek praperadilan selain yang tersebut dalam pasal 77 KUHAP.Perluasan tersebut terkait dengan ditetapkannya obyek praperadilan baru yaitu penetapan tersangka, penggeledahan dan penyitaan, sehingga obyek praperadilan yang sebelumnya hanya berjumlah 4, kini menjadi 7 obyek praperadilan, yaitu : a. Sah atau tidaknya penangkapan b. Sah atau tidaknya penahanan c. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan d. Sah atau tidaknya penghentian penuntutan 27

e. Ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan f.sah atau tidaknya penetapan tersangka g. Sah atau tidaknya penggeledahan dan penyitaan 28