1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan sumberdaya alam terutama air dan tanah oleh masyarakat kian hari kian meningkat sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup terutama pangan dan papan. Dalam hal tertentu kebutuhan pangan mendorong masyarakat memanfaatkan lahan, bahkan memperluas lahan garapan. Manusia yang memakai lahan sebagai objek untuk memenuhi kebutuhannya kurang menyadari bahwa luasan lahan yang tetap dan terbatas berbanding terbalik dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi. Akibatnya dalam mengelola lahan oleh manusia sebagai subjek pengguna tidak lagi memperhitungkan pengelolaan lahan sesuai dengan kaidah pelestarian. Hal tersebut menyebabkan banyaknya lahan yang beralih fungsi. Banyak kawasan lindung maupun kawasan penyangga berubah fungsi menjadi kawasan budidaya baik tanaman tahunan maupun tanaman semusim. Berkenaan dengan hal tersebut Kartasapoetra ( 1989 ) mengatakan bahwa: Apabila kita bandingkan diantara faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan tanah, dapat dikatakan bahwa faktor manusialah yang merupakan faktor utama dalam proses terjadinya kerusakan tanah. Manusia memang dapat melakukan hal-hal positif (perbaikan, pemeliharaan dan lain-lain). Disadari ataupun tidak hal/kegiatankegiatan yang negatif bahkan sering dilakukannya.
2 Daerah aliran Ci Tarum merupakan salah satu daerah resapan dan tangkapan air atau (Cachtment Area) yang harus dilestarikan. Karena daerah aliran ini berfungsi sebagai persediaan sumber air yang utama. Namun, sayangnya berdasarkan data dari BPLHD Jawa Barat sejak tahun 1983, 1993, hingga 2002 berbagai wilayah Sub Daerah Aliran Ci Tarum telah terjadi perubahan penggunaan lahan dengan tingkatan yang bervariasi seperti berkurangnya area hutan dan lahan bervegetasi lainnya sebesar 54% dan meningkatnya area terbangun sebesar 46% selama 1983-2002. Perubahan penggunaan lahan tersebut tentu saja telah memberikan dampak yang signifikan terhadap meningkatnya jumlah lahan kritis sebesar 66% dalam periode tersebut. Daerah Aliran Ci Karo yang merupakan salah satu Sub dari Daerah Aliran Ci Tarum bagian hulu dengan wilayah yang berbukit sampai gunung sehingga pola aliran Ci Karo berupa pola aliran denritik. Secara administratif Sub Daerah Aliran Ci Karo termasuk dalam wilayah Kabupaten Bandung, berada di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ibun dan Kecamatan Paseh dengan luas area Sub Daerah Aliran Sungai sebesar 3.218 Ha. Dari data monografi tahun 2008 menunjukan bahawa penduduk di Sub Daerah Aliran Ci Karo berjumlah 54.857 jiwa dengan rician masing-masing Kecamatan yaitu di Kecamatan Ibun berjumlah 44.479 jiwa dan Kecamatan Paseh berjumlah 10.378 jiwa dengan mata pencaharian sebagian besar sebagai petani, buruh tani dan pegawai swasta. Komoditi utama kedua Kecamatan tersebut dari hasil pertanian ialah padi, jagung dan tembakau. Meningkatnya
3 laju pertumbuhan penduduk yang terjadi di Sub Daerah Aliran Ci Karo menyebabkan peningkatan kebutuhan pangan dengan demikian kebutuhan akan lahan pertanian menjadi tinggi dan pada akhirnya memicu terjadinya pemanfaatan lahan lindung menjadi lahan pertanian. Apabila hal tersebut terus berlangsung maka bisa menimbulkan permasalahan serius. Alih fungsi lahan yang terjadi di Sub Daerah Aliran Ci Karo menjadikan daerah aliran ini salah satu sungai yang memberikan andil terjadinya banjir di wilayah Majalaya. Hal ini disebabkan Sub Daerah Aliran Ci Karo sudah tidak lagi berfungsi sebagai (Cachtment Area) dengan baik. Banyak dari lahan-lahan yang ada disekitar hulu sungai yang sudah menjadi ladang dan tegalan serta lahan pertanian, sementara hutan yang masih terpelihari hanya sekitar 370,6 Ha (hasil interpretasi Peta Rupa Bumi tahun 2005), itu pun hanya disekitar puncak Kamojang. Hal ini tentu menjadi faktor dipercepatnya besar erosi yang terjadi di lahan daerah aliran sungai. Untuk menata kembali dan memberi rekomendasi penggunaan lahan sebagimana mestinya, perlu kiranya dilakukan evaluasi sumber daya lahan untuk mengkaji dan menganilisis tentang fungsi dan pemanfaatan lahan yang akan menghasilkan sebuah solusi untuk perbaikan lahan dimasa yang akan datang. Selain itu, evaluasi penataan fungsi kawasan berdasarkan kemampuan lahan pada hakekatnya merupakan proses pencocokan penggunaan lahan yang telah ada dengan fungsi kawasan yang telah diatur dalam peraturan pemerintah yang dituangkan dalam SK Menteri Pertanian No.
4 837/Ktps/Um/11/1980 dan No. 683/Kpts/Um/8/1981serta dalam Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang penentuan dan pengelolaan kawasan lindung. Penggunaan sumberdaya lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan dan fungsi kawasan perlu menjadi perhatian dari semua pihak khususnya masyarakat yang berdekatan dengan hutan dan daerah tangkapan air supaya sumberdaya lahan tetap terjaga dengan baik. Sebenarnya alam mampu bekembang untuk mempertahankan kelestarian sumberdayanya sesuai ekosistem tanpa bantuan siapapun. Tetapi sebaliknya siapapun yang tidak mendapatkan bantuan dari salah satu sumberdaya alam tidak akan lestari hidupnya. Dengan demikian, melihat pemanfaatan lahan yang tidak lagi sesuai dengan fungsi kawasan yang berada di Sub Daerah Aliran Ci Karo, maka diperlukan suatu penanganan yang serius melalui sebuah penelitian. Hal inilah yang melandasi penulis mengadakan penelitian di Sub Daerah Aliran Ci Karo yang penulis beri judul Arahan Tata Guna Lahan Berbasis Kemampuan Lahan dan Fungsi Kawasan di Sub Daerah Aliran Ci Karo Daerah Aliran Ci Tarum Kabupaten Bandung. B. Rumusan Masalah Lahan memiliki sifat dan kemampuan yang berbeda di setiap tempat. Dalam rangka mengoptimalkan potensi sumberdaya lahan diperlukan penggunaan lahan yang sesuai dengan kelas kemampuan lahan. Evaluasi penataan fungsi kawasan berdasarkan kemampuan lahan sangat penting untuk
5 mengetahui kecocokan pemanfaatan dan penggunaan lahan beserta pengelolaanya yang tepat sehingga dapat mengurangi tingkat kerusakan lahan Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan yang akan diajaukan penulis dalam penelitian ini yaitu; Bagaimana tata guna lahan berbasis kemampuan lahan dan fungsi kawasan di Sub Daerah Aliran Ci Karo Daerah Aliran Ci Tarum Kabupaten Bandung?. didasari pertanyaan tersebut maka masalah tersebut dapat dijabarkan dalam rumusan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi karakteristrik kemampuan lahan di Sub Daerah Aliran Ci Karo? 2. Bagaimana kelas kemampuan lahan aktual dan fungsi kawasan di Sub Daerah Aliran Ci Karo? 3. Bagaimana arahan tata guna lahan berdasarkan kemampuan lahan aktual dan fungsi kawasan di Sub Daerah Aliran Ci Karo? C. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui kondisi karakteristrik kemampuan lahan di Sub Daerah Aliran Ci Karo. 2. Menganalisis kelas kemampuan lahan aktual dan fungsi kawasan di Sub Daerah Aliran Ci Karo.
6 3. Memperoleh gambaran mengenai arahan tata guna lahan berdasarkan kemampuan lahan aktual dan fungsi kawasan di Sub Daerah Aliran Ci Karo. D. Manfaat Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Diperoleh data atau informasi kondisi karakteristik fisik lahan kelas kemampuan lahan aktual dan peluang pemanfaatan lebih lanjut pada lahan yang tidak sesuai dengan kelas kemampuan lahan dan fungsi kawasan di Sub Daerah Aliran Ci Karo. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan penggunaan lahan dalam perencanaan dan pengelolaan lahan di Sub Daerah Aliran Ci Karo. E. Definisi Operasional Penelitian yang akan dilakasanakan berjudul Arahan Tata Guna Lahan Berbasis Kemampuan Lahan dan Fungsi Kawasan di Sub Daerah Aliran Ci Karo Daerah Aliran Ci Tarum Kabupaten Bandung Untuk menghindari kesalah pahaman atau kebingungan maka penulis memberikan definisi operasional sebagai berikut: 1. Tata Guna Lahan adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk
7 pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pertanian, pemukiman, perdagangan, industri, dll. 2. Fungsi kawasan berdasarkan (SK Menteri Pertanian No. 837/Ktps/Um/11/1980 dan No: 683/Kpts/Um/8/1981 ) merupakan suatu upaya penzonasian wilayah yang berdasarkan pada kondisi objektif yang mendukung. Dalam rangka penataan pemanfaatan sumberdaya lahan dan konservasi lahan. Jenis fungsi kawasan ditetapkan berdasarkan besarnya nilai skor kemampuan lahan dan kriteria khusus lainnya, sebagaimana kriteria dan tata cara yang ditetapkan dalam buku petunjuk penyusunan pola RLKT. Fungsi kawasan berdasarkan kriteria tersebut dibagi menjadi : a. Kawasan lindung merupakan suatu wilayah yang keadaan sumberdaya alam air, flora dan fauna seperti hutan lindung, hutan suaka, hutan wisata, daerah sekitar sumber mata air, alur sungai, dan kawasan lindung lainnya sebagimana diatur dalam Kepres 32 Tahun 1990. b. Kawasan Penyangga merupakan suatu wilayah yang dapat berfungsi lindung dan berfungsi budidaya, letaknya diantara kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi budidaya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun campur dan lainnya yang sejenis. c. Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan merupakan kawasan budidaya yang diusahakan dengan tanaman tahunan seperti Hutan
8 Produksi Tetap, Hutan Tanaman Industri, Hutan Rakyat, Perkebunan (tanaman keras), dan tanaman buah - buahan. d. Kawasan Budidaya Tanaman Semusim merupakan kawasan yang mempunyai fungsi budidaya dan diusahakan dengan tanaman semusim terutama tanaman pangan atau untuk pemukiman. 3. Kemampuan lahan adalah harkat lahan yang ditetapkan menurut macam pengelolaan atau syarat pengelolaan yang diperlukan berkenaan dengan pengendalian bahaya degradasi lahan atau penekanan resiko kerusakan lahan selama penggunaannya untuk suatu maksud tertentu, atau berkenaan dengan pemulihan lahan yang telah menunjukan gejala-gejala degradasi. Makin rumit pengelolaan yang diperlukan, kemampuan lahan untuk penggunaan termaksud dinilai makin rendah. Dalam menentukan kemampuan lahan pada umumnya disertai dengan deskripsi tentang karakteristik lahan yang akan memperlihat kemampuan lahan secara aktual. a. Karakteristik lahan Karakteristi lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau diestimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah dan sebagainya b. Kemampuan lahan aktual Kemampuan lahan aktual adalah potensi yang dimiliki suatu lahan sebelum dilakukan upaya perbaikan lahan tersebut.