BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Berbudaya dan Terintegrasikannya sistem e-government menuju smart. regency (kabupaten cerdas) pada tahun 2021.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berkaitan dengan masa pajak sebelumnya atau periode tertentu tanpa takut

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FAQ PROGRAM AMNESTI PAJAK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.03/2016 TENTANG

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 1. Sejarah Berdirinya Kabupaten Sleman. Keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no.

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

AMNESTI PAJAK A. Pengertian Umum

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK

BAB IV. A. Pelaksanaan Pasal 24 huruf a, b, dan c Undang-undang Nomor 20 Tahun tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman.

Apa itu Amnesti Pajak? Tujuan Utama Amnesti Pajak

TAX AMNESTY PENGAMPUNAN PAJAK 30/06/2016. Sumber: RUU RI tentang Pengampunan Pajak Kompilasi oleh Julianto Salim

FREQUENTY ASKED QUESTION

KANWIL DJP. Jakarta Utara. Seminar Nasional KEBIJAKAN PERPAJAKAN. pasca tax. amnesty. Jakarta, 10 Mei 2017

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Adanya perubahan Undang-Undang Otonomi daerah dari UU

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80

TINDAK LANJUT AMNESTI PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG

PJ.091/PPh/S/004/ TINDAK LANJUT AMNESTI PAJAK

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

2017, No tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tenta

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK DAERAH BUPATI PURWAKARTA,

AKUNTANSI PERPAJAKAN DAMPAK TAX AMNESTY TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PSAK 70

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.03/2008 TENTANG

-32- RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 45/PJ/2016 TENTANG

TENTANG TAX AMNESTY Apa Tax Amnesty atau Pengampunan Pajak itu? Apa manfaat mengikuti Tax Amnesty? Apa yang dimaksud dengan Deklarasi?

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Pajak

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN ORISINALITAS... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK... vii. DAFTAR ISI...

TANYA JAWAB PELAKSANAAN TAX AMNESTY

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembangunan negara. Meskipun pendapatan negara dari

BAB I PENDAHULUAN. negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan nilai ekonomis aset dan potensi harta kekayaan. Di Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2014

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

BAB IV PEMBAHASAN. Konsultan Pajak D. Sarwono yang mengikuti program tax amnesty yaitu Bapak

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

Bab II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Direktorat Jenderal Pajak DIY

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 165/PMK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 118/PMK

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

Apakah yang dimaksud dengan amnesti pajak? Apa saja aspek yang dicakup dalam Amnesti pajak?

RechtsVinding Online

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata dengan jumlah penduduk

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Panama papers yang merupakan fenomena bocornya kumpulan 11,5 juta

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

Berdasarkan pernyataan Visi yang diinginkan sebagai tersebut diatas selanjutnya misi Polres Sleman adalah sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

FAQ Amnesti Pajak. Kompilator: Bambang Ravani Erlianto A. UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

No dan investasi Harta ke dalam wilayah NKRI, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengampunan Pajak, dan bagi Wajib Pajak yang tidak mengik

BAB III TINJAUAN TENTANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN DAN KAWASAN CA/TWA GUNUNG GAMPING

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

2 Penghapusan Sanksi Administrasi Bunga yang Terbit Berdasarkan Pasal 19 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Car

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 376/PJ.02/2017 TENTANG

BAB III. TINJAUAN KHUSUS WISMA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Kondisi Wilayah Kaliurang Sleman Yogyakarta Gambaran Umum Wilayah Sleman

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk. perpajakan, Indonesia menganut system self assessment yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.08/2017 TENTANG

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.03/2013 TENTANG

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENDAPATAN ASLI DAERAH, PAJAK DAERAH DAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN SIDOARJO

Transkripsi:

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Deskripsi Wilayah Kabupaten Sleman 2.1.1 Visi dan Misi Kabupaten Sleman a. Visi Kabupaten Sleman Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih Sejahtera, Mandiri, Berbudaya dan Terintegrasikannya sistem e-government menuju smart regency (kabupaten cerdas) pada tahun 2021. b. Misi Kabupaten Sleman Selain menyusun visi juga telah ditetapkan misi-misi yang membuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten Sleman agar tercapainya visi kabupaten tersebut. Berikut ini adalah misi dari Kabupaten Sleman : 1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas birokrasi yang responsif dan penerapan e-govt yang terintegrasi dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat. 2. Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan menjangkau bagi semua lapisan masyarakat. 3. Meningkatkan penguatan sistem ekonomi kerakyatan, aksesibilitas dan kemampuan ekonomi rakyat, serta penanggulangan kemiskinan.

4. Memantapkan dan meningkatkan kualitas pengelolaan sumberdaya alam, penataan ruang, lingkungan hidup dan kenyamanan. 5. Meningkatkan kualitas budaya masyarakat dan kesetaraan gender yang proporsional. 1 2.2. Kondisi Geografis a. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Gambar 2.1 Peta Desa Kabupaten Sleman Sumber : Slemankab.go.id 1 www.slemankab.go.id

Wilayah Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi D.I.Yogyakarta. b. Luas Wilayah Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar 18% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta 3.185,80 Km2,dengan jarak terjauh Utara Selatan 32 Km,Timur Barat 35 Km. Secara administratif terdiri 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun. Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman No Kecamatan Banyaknya Jml Penduduk Kepadatan Luas Desa Dusun (Jiwa) (Km2) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Moyudan 4 65 2.762 33.595 1,216 2 Godean 7 57 2.684 57.245 2,133 3 Minggir 5 68 2.727 34.562 1,267 4 Gamping 5 59 2.925 65.789 2,249 5 Seyegan 5 67 2.663 42.151 1,583 6 Sleman 5 83 3.132 55.549 1,774 7 Ngaglik 6 87 3.852 65.927 1,712 8 Mlati 5 74 2.852 67.073 2,351 9 Temple 8 98 3.249 46.386 1,428 10 Turi 4 54 4.309 32.544 0,755 11 Prambanan 6 68 4.315 44.003 1,064 12 Kalasan 4 80 3.584 54.621 1,524 13 Berbah 4 58 2.299 40.226 1,750

14 Ngemplak 5 82 3.571 44.382 1,243 15 Pakem 5 61 4.384 30.713 0,701 16 Depok 3 58 3.555 109.092 3,069 17 Cangkringan 5 73 4.799 26.354 0,549 Jumlah 86 1.212 57.482 850.176 1,479 Sumber : Slemankab.go.id 2.3. Kondisi Demografi Kecamatan yang relatif padat penduduknya adalah Depok dengan 5.224 jiwa per km 2, Mlati dengan 3.898 jiwa per km 2. Kepadatan penduduk Kabupaten Sleman adalah 2.031 jiwa per km 2. 3.1. Banyaknya Penduduk dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan hasil proyeksi sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Sleman Tahun 2015 sebesar 1.167.481 jiwa, terdiri dari 588.368 laki-laki dan 579.113 perempuan. Tabel 2.2. Banyaknya Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Sleman Tahun 2015 Kelompok Lakilaki umur % Perempuan % Jumlah % 0-4 45.596 7.81 43.610 7.53 89.566 7.67 5-9 43.954 7.47 41.148 7.11 85.102 7.29 10-14 40.829 6.94 38.301 6.61 79.130 6.78 15-19 46.429 7.86 44.601 7.70 91.030 7.80 20-24 67.005 11.39 59.301 10.24 126.306 10.82 25-29 56.721 9.64 51.389 8.87 108.110 9.26 30-34 47.376 8.05 46.184 7.97 93.560 8.01 35-39 43.590 7.41 43.000 7.43 86.590 7.42 40-44 40.463 6.88 40.676 7.02 81.139 6.95 45-49 36.553 6.21 38.317 6.62 74.870 6.41 50-54 32.716 5.56 35.067 6.06 67.783 5.81 55-59 27.312 4.64 28.892 4.99 56.204 4.81

60-64 20.609 3.50 20.935 3.62 41.544 3.56 65-69 14.331 2.44 15.579 2.69 29.910 2.56 70-74 10.200 1.73 12.111 2.09 22.311 1.91 75+ 14.324 2.43 20.002 3.45 34.326 2.94 Jumlah 588.368 100.00 579.113 100.00 1.167.481 100.00 Sumber : slemankab.bps.go.id 3.2. Keuangan Daerah Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman tahun anggaran 2015 mencapai 2.294,622 milyar rupiah atau naik sebesar 10,48 persen. Pendapatan terbesar berasal dari bagian Dana Perimbangan yaitu sebesar 1.080,162 milyar rupiah (47,07 persen). Realisasi Pemerintah Asli Daerah (PAD) pada tahun 2015 mencapai 643.130,079 milyar rupiah, atau sekitar 28,03 persen penyumbang penerimaan daerah, dengan penerimaan terbesar berasal dari pajak daerah, yaitu mencapai 373,137 milyar rupiah pada tahun anggaran 2015. Tabel 2.3. Realisasi Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pos Pajak menurut Jenis Pajak di Kabupaten Sleman Tahun 2015 No Jenis Pendapatan Jumlah (Rp) 1 Pajak Hotel 52.305.963,91 2 Pajak Restoran 39.132.497,13 3 Pajak Hiburan 8.688.347,30 4 Pajak Reklame 9.245.264,67 5 Pajak Penerangan Jalan 707.942,10 6 Pajak Mineral Bukan Logam dan Buatan 5.803.326,08 7 Pajak Air Tanah 2.291.706,28 8 Pajak Parkir 1.659.004,30 9 PBB-P2 63.111.572,73 10 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 120.107.635,25 Jumlah 373.137.768,07 Sumber : slemankab.bps.go.id

3.3. Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator makro ekonomi yang menggambarkan kinerja perkembangan suatu wilayah. Pada tahun 2015, PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Sleman mencapai 33.756 triliun rupiah, sementara PDRB atas dasar harga konstan (2010=100) sebesar 28,159 triliun rupiah. Dalam menilai PDRB atas dasar harga konstan 2010, data harga yang digunakan adalah harga tahun 2010. Dengan menggunakan data harga pada tahun dasar diharapkan bisa memantau pertumbuhan ekonomi secara rill tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga yang secara umum dikenal dengan istilah inflasi. Sektor yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Sleman adalah kategori industri pengolahan dengan peran sebesar 14,21 persen, disusul dengan kategori konstruksi sebesar 10,99 persen, kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 9,88 persen, kategori Jasa Pendidikan sebesar 9,35 persen, kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 8,96 persen, Informasi dan Komunikasi sebesar 8,73 persen, sedangkan kategori-kategori lainnya di bawah 8 persen. PDRB dapat juga digunakan untuk melihat pertumbuhan perekonomian Kabupaten Sleman, yaitu dengan melihat data indeks perkembangan PDRB atas dasar harga konstan. Pada tahun 2015 perekonomian Kabupaten Sleman mampu tumbuh sebesar 5,41 persen. Kondisi perekonomian tahun 2015 mengalami perlambatan dibanding tahun 2014.

Indikator lain yang bisa dipakai untuk mengukur tingkat kesejahteraan rakyat di suatu wilayah adalah data PDRB Per Kapita. Meskipun perlu disadari bahwa nilai ini belum mencerminkan nilai yang betul-betul diperoleh oleh masyarakat. Kesejahteraan penduduk Kabupaten Sleman terlihat meningkat, terlihat PDRB Per Kapita menurut harga berlaku Kabupaten Sleman mencapai 24,12 juta rupiah pada tahun 2015, lebih tinggi dibanding tahun 2014 sebesar 23,16 juta rupiah. 3.4. Potensi ekonomi Kabupaten Sleman Jika dibandingkan tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan. Pertumbuhan pada tahun 2012 sebesar 5,45% dan pada tahun 2013 kinerja sektor-sektor ekonomi mengalami pertumbuhan sebesar 5,70%. Pada tahun 2014 kinerja sektor-sektor ekonomi mengalami pertumbuhan sebesar 5,81%. Selama tahun 2010-2014, empat sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga konstan adalah sektor perdagangan, hotel dan jasa-jasa, industri pengolahan dan pertanian. Faktor penting lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah adalah penanaman modal atau investasi. Penanaman modal tidak bisa dilepaskan dari sektor industri, semakin besar dan berkembang industri di suatu daerah semakin besar investasi yang ditanamkan dalam daerah tersebut. Penanaman modal di Kabupaten Sleman di Tahun 2014 meliputi investasi PMA 45 unit dengan nilai investasi US $231.963.752,71 daya serap tenaga kerja 7.492 orang dan realisasi kenaikan investasinya dari tahun 2013 sebesar 12,17%.

Sedangkan untuk PMDN jumlah usahanya sebanyak 45 unit, nilai investasi sebesar 4,16% dan untuk investasi Non PMA/PMDN jumlah unitnya sebanyak 33.671 unit, nilai investasi sebesar Rp3.895.422.023.615,00 dengan daya serap tenaga kerja sebanyak 268.779 orang dan kenaikan realisasi investasinya dari tahun 2013 sebesar 2,85%. Seperti yang sudah tertera diatas sektor industri merupakan sektor yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Sleman yaitu sebesar 14,21 persen. Industri dikelompokkan ke dalam 2 sektor, yaitu Sektor Industri kecil dan Sektor Industri Besar-Menengah. Kelompok Sektor Industri Kecil merupakan perusahaan yang mempunyai nilai asset kurang dari Rp. 200 juta, sedangkan perusahaan yang mempunyai nilai asset lebih dari Rp. 200 juta dikelompokkan menjadi Sektor Industri Besar-Menengah. Pada tahun 2013, jumlah perusahaan Industri Kecil adalah 15.850 dan bertambah pada tahun 2014 menjadi 15.944 peusahaan. Banyaknya perusahaan industri besar menengah mencapai 144 perusahaan pada tahun 2014, lebih banyak diabandingkan dengan tahun 2013 (136 perusahaan) dan tahun 2012 (128 perusahaan). Basis dari lokasi perusahaan industri, 12,92% dari jumlah perusahan industri kecil berada di Kecamatan Moyudan, yaitu sebesar 2.060 perusahaan. Kemudian diikuti Kecamatan Godean sebanyak 1.929 perusahaan atau 12,10%. Untuk industri Besar-Menengah, kecamatan Depok dan Mlati mempunyai jumlah paling banyak, yaitu masing-masing sebanyak 25 dan 23 perusahaan.

Penyerapan tenaga kerja perusahaan industri mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2014 yaitu mencapai 66.370 orang pada tahun 2014. Dari tahun 2013 ke tahun 2014, meningkat 1,59%. Kecamatan Sleman adalah kecamatan yang paling banyak menyerap tenaga kerja dari sektor industri yaitu sebanyak 8.631 orang (13,00%) dan diikuti oleh kecamatan Moyudan sebanyak 6.320 orang (9,52%). Selain sektor industri dominan meningkatkan perekonomian Kabupaten Sleman yaitu restoran dan hotel. Jumlah restoran di Kabupaten Sleman lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah rumah makan. Pada tahun 2013 persentase jumlah restoran sebesar 20,54%, berkurang menjadi 20,06% pada tahun 2014. Sementara itu persentase jumlah rumah makan meningkat dari 79,46% pada tahun 2013 menjadi 79,94% pada tahun 2014. Persentase jumlah penginapan di Kabupaten Sleman terbesar adalah pondok wisata, yaitu sebesar 59,33% pada tahun 2013 menjadi 59,53% pada tahun 2014. Persentase hotel melati sebesar 34,45% pada tahun 2013 menjadi 32,79% pada tahun 2014. Demikian juga jumlah hotel berbintang di Kabupaten Sleman pada tahun 2013 sebesar 6,22% menjadi 7,67% pada tahun 2014. Persentase jumlah restoran dan hotel tersebut dapat dilihat pada tabel : Tabel 2.4. Persentase Jumlah Restoran dan Hotel Menurut Jenis Tahun 2010-2014 Kabupaten Sleman No Indikator Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1 Jenis dan jumlah restoran -restoran (%) 20,00 21,21 21,30 20,54 20,06

-rumah makan (%) 80,00 78,79 78,70 79,46 79,94 2 Jenis dan jumlah hotel -hotel berbintang (%) -hotel mlati (%) -pondok wisata (%) 4,13 34,44 61,43 5,04 34,76 60,20 5,61 34,39 60,00 6,22 34,45 59,33 7,67 32,79 59,53 Sumber : RKPD Kabupaten Sleman tahun 2016 2.4. AMNESTI PAJAK Amnesti pajak adalah program pengampunan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak yang seharusnya terutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan, serta penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan atas harta yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan dalam SPT, dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang tebusan. 2.4.1. Cara Pengajuan Amnesty Pajak 1) Wajib Pajak datang ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau tempat lain yang ditentukan oleh Menteri untuk meminta penjelasan mengenai pengisian dan pemenuhan kelengkapan dokumen yang harus dilampirkan dalam Surat Pernyataan, yaitu: - bukti pembayaran Uang Tebusan - pelunasan Tunggakan Pajak bagi Wajib Pajak yang memiliki Tunggakan Pajak - daftar rincian Harta beserta informasi kepemilikan Harta yang dilaporkan - daftar Utang serta dokumen pendukung

- bukti pelunasan pajak yang tidak atau kurang dibayar atau pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan atau penyidikan - fotokopi SPT PPh Terakhir - surat pernyataan mencabut segala permohonan yang telah diajukan ke Direktorat Jenderal Pajak - surat pernyataan mengalihkan dan menginvestasikan Harta ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak dialihkan dalam hal Wajib Pajak akan melaksanakan repatriasi - melampirkan surat pernyataan tidak mengalihkan Harta ke luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak diterbitkannya Surat Keterangan dalam hal Wajib Pajak akan melaksanakan deklarasi - surat pernyataan mengenai besaran peredaran usaha bagi Wajib Pajak yang bergerak di bidang UMKM 2) Wajib Pajak melengkapi dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk mengajukan Amnesti Pajak melalui Surat Pernyataan, termasuk membayar uang tebusan, melunasi tunggakan pajak, dan melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan atau penyidikan.

3) Wajib Pajak menyampaikan Surat Pernyataan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau Tempat Lain yang ditentukan Menteri Keuangan. 4) Wajib Pajak akan mendapatkan tanda terima Surat Pernyataan. 5) Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri menerbitkan Surat Keterangan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima Surat Pernyataan beserta lampirannya dan mengirimkan Surat Keterangan Pengampunan Pajak kepada Wajib Pajak. 6) Dalam hal jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri belum menerbitkan Surat Keterangan, Surat Pernyataan dianggap diterima. 7) Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pernyataan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017 di mana Surat Pernyataan Kedua dan Ketiga dapat disampaikan sebelum atau setelah Surat Keterangan atas Surat Pernyataan sebelumnya dikeluarkan. 2 2.4.2. Regulasi Amnesti Pajak I. Undang-Undang i. Batang Tubuh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak ii. Penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak 2 http://www.pajak.go.id/content/amnesti-pajak(selasa,28 februari 2016,16:48)

II. Peraturan Menteri Keuangan i. Nomor 118/PMK.03/2016 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak ii. Nomor 119/PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pengalihan Harta Pajak ke Dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penempatan pada Instrumen Investasi di Pasar Keuangan dalam rangka Pengampunan Pajak iii. Nomor 122.PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pengalihan Harta Wajib Pajak ke dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penempatan pada Investasi di Luar Pasar Keuangan dalam Rangka Pengampunan Pajak iv. Nomor 123.PMK.08/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pengalihan Harta Wajib Pajak ke dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penempatan pada Instrumen Investasi di Pasar Keuangan dalam Rangka Pengampunan Pajak v. Nomor 127/PMK.010/2016 tentang Pengampunan Pajak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak bagi Wajib Pajak yang Memiliki Harta Tidak Langsung Melalui Special Purpose Vehicle vi. Nomor 141/PMK.03/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.03/2016 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak vii. Nomor 142/PMK.010/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 127/PMK.010/2016 tentang Pengampunan Pajak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak Bagi Wajib Pajak yang Memiliki Harta Tidak Langsung Melalui Special Purpose Vihicle viii. Nomor 150/PMK.08/2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pengalihan Harta Wajib Pajak ke dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penempatan pada Instrumen Investasi di Pasar Keuangan Dalam Rangka Pengampunan Pajak ix. Nomor 151/PMK.08/2016 tentang Perubahan Aatas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.08/.2016 tentang Tata Cara Pengalihan Harta Wajib Pajak ke dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penempatan pada Investasi di Luar Pasar Keuangan Menimbang dalam Rangka Pengampunan Pajak III. Keputusan Menteri Keuangan i. Nomor 600/KMK.03/2016 tentang Penetapan Bank Persepsi Yang Bertindak Sebagai Penerimaan uang Tebusan Dalam rangka Pelaksanaan Pengampunan pajak ii. Nomor 658/KMK.03/2016 tentang Penetapan Kantor Pusat dan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sebagai Tempat Tertentu

Untuk Tempat Penyampaian Surat Pernyataan Harta Dalam Rangka Pengampunan Pajak IV. Peraturan Direktur Jendral Pajak i. Nomor PER-44/PJP/2015 tentang Perubahan Keempat atas Peratutan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-38/PJP/2009 tentang Bentuk Formulir Surat Seturan Pajak ii. Nomor PER-06/PJP/2016 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-38/PJP/2009 tentang Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak iii. Nomor PER-07/PJP/2016 tentang Dokumen dan Pedoman Teknis Pengisian Dokumen dalam rangka Pelaksaan Pengampunan pajak iv. Nomor PER-10/PJP/2016 tentang Perubahan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-07/PJP/2016 tentang Dokumen dan Pedoman Teknis Pengisian Dokumen dalam rangka Pelaksanaan Pengampunan Pajak v. Nomor PER-11/PJP/2016 tentang Pengaturan Lebih Lanjut Mengenai Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak vi. Nomor PER-12/PJP/2016 tentang Tata Cara Pengadministrasian Laporan Gateway Dalam Rangka Pengampunan Pajak vii. Nomor PER-13/PJP/2016 tentang Tata cara Penerimaan surat Pernyataan pada Minggu Terakhir Periode Pertama Penyampaian Surat Pernyataan

viii. Nomor PER-14/PJP/2016 tentang Tata cara Penerimaan Surat Pernyataan Dalam Hal Terjadi Gangguan Pada Jaringan dan/atau Keadaan Luar Biasa Pada Akhir Periode Penyampaian Surat Penyataan ix. Nomor PER-17/PJP/2016 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pernyataan Bagi Wajib Pajak Tertentu serta Tata Cara Penyampaian Surat Pernyataan dan Penertiban Surat Keterangan Bagi Wajib Pajak dengan Peredaran Usaha Tertentu x. Nomor PER-18/PJP/2016 tentang Pengembalian Kelebihan Pembayaran Uang Tebusan dalam Rangka Pengampunan Pajak xi. Nomor PER-20/PJP/2016 tentang Tata Cara Penertiban dan Pengiriman Surat Keterangan Pengampunan pajak xii. Nomor PER-21/PJP/2016 tentang Tata Cara Pencabutan atas Surat Pernyataan xiii. Nomor PER-26/PJP/2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-07/PJP/2016 tentang Dokumen dan Pedoman Teknis Pengisian Dokumen Dalam Rangka Pelaksanaan Pengampunan Pajak xiv. Nomor PER-28/PJP/2016 tentang Ketentuan Pengalihan Harta Berupa Dana ke Dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Dalam Rangka Pengampunan Pajak

2.5. Tax Amnesty Periode I dan II Jumlah realisasi uang tebusan program amnesty pajak atau pengampunan pajak mulai tanggal 1 Oktober 2016 hingga periode kedua yang berakhir pukul 00.00 minggu, 1 Januari 2017 mencapai Rp110 triliun atau sebesar 66,6 % dari target penerimaan uang tebusan amnesty pajak sebesar Rp165 triliun. Realisasi amnesti pajak itu didasarkan pada nominal surat setoran pajak (SSP) yang meliputi pembayaran uang tebusan amnesti pajak, pembayaran tunggakan pajak, dan pembayaran atas penghentian pemeriksaan bukti permulaan, dengan rincian, uang tebusan amnesti pajak Rp 103 triliun, tunggakan pajak Rp 5,58 Triliun, dan pembayaran bukti permulaan Rp 739 miliar (data diambil tanggal 6 Januari 2017). Adapun, jumlah harta yang dilaporkan melalui surat pernyataan harta amnesti pajak (SPH) mencapai Rp 4.300 triliun dengan jumlah uang tebusan amnesti pajak Rp 103 triliun. Dari jumlah harta itu, jumlah repatriasi Rp 141 triliun atau 14,1% dari target Rp 1.000 triliun, deklarasi harta dalam negeri Rp 3.147 triliun, dan deklarasi harta luar negeri Rp 1.013 triliun. Rincian Uang Tebusan Amnesti Pajak Rp 103 triliun itu, bersumber pada statistik amnesti pajak oleh Ditjen Pajak, dari orang pribadi non-umkm yaitu Rp 85,78 triliun, disusul badan non UMKM Rp 12,45 triliun, lalu orang pribadi UMKM Rp 4,77 triliun, dan terakhir badan UMKM Rp 339 miliar.

Hingga akhir periode pertama amnesti pajak, yang diakumulasi pada tanggal 6 Januari 2017, telah diterima total 640.340 SPH, dengan jumlah SSP 682.876 dan jumlah WP 618.623. 3 3 www.lembagapajak.com/2016/08/realisasi-uang-tebusan-amnesti-pajak