BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Deskripsi Wilayah Kabupaten Sleman 2.1.1 Visi dan Misi Kabupaten Sleman a. Visi Kabupaten Sleman Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih Sejahtera, Mandiri, Berbudaya dan Terintegrasikannya sistem e-government menuju smart regency (kabupaten cerdas) pada tahun 2021. b. Misi Kabupaten Sleman Selain menyusun visi juga telah ditetapkan misi-misi yang membuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten Sleman agar tercapainya visi kabupaten tersebut. Berikut ini adalah misi dari Kabupaten Sleman : 1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas birokrasi yang responsif dan penerapan e-govt yang terintegrasi dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat. 2. Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan menjangkau bagi semua lapisan masyarakat. 3. Meningkatkan penguatan sistem ekonomi kerakyatan, aksesibilitas dan kemampuan ekonomi rakyat, serta penanggulangan kemiskinan.
4. Memantapkan dan meningkatkan kualitas pengelolaan sumberdaya alam, penataan ruang, lingkungan hidup dan kenyamanan. 5. Meningkatkan kualitas budaya masyarakat dan kesetaraan gender yang proporsional. 1 2.2. Kondisi Geografis a. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Gambar 2.1 Peta Desa Kabupaten Sleman Sumber : Slemankab.go.id 1 www.slemankab.go.id
Wilayah Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi D.I.Yogyakarta. b. Luas Wilayah Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar 18% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta 3.185,80 Km2,dengan jarak terjauh Utara Selatan 32 Km,Timur Barat 35 Km. Secara administratif terdiri 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun. Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman No Kecamatan Banyaknya Jml Penduduk Kepadatan Luas Desa Dusun (Jiwa) (Km2) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Moyudan 4 65 2.762 33.595 1,216 2 Godean 7 57 2.684 57.245 2,133 3 Minggir 5 68 2.727 34.562 1,267 4 Gamping 5 59 2.925 65.789 2,249 5 Seyegan 5 67 2.663 42.151 1,583 6 Sleman 5 83 3.132 55.549 1,774 7 Ngaglik 6 87 3.852 65.927 1,712 8 Mlati 5 74 2.852 67.073 2,351 9 Temple 8 98 3.249 46.386 1,428 10 Turi 4 54 4.309 32.544 0,755 11 Prambanan 6 68 4.315 44.003 1,064 12 Kalasan 4 80 3.584 54.621 1,524 13 Berbah 4 58 2.299 40.226 1,750
14 Ngemplak 5 82 3.571 44.382 1,243 15 Pakem 5 61 4.384 30.713 0,701 16 Depok 3 58 3.555 109.092 3,069 17 Cangkringan 5 73 4.799 26.354 0,549 Jumlah 86 1.212 57.482 850.176 1,479 Sumber : Slemankab.go.id 2.3. Kondisi Demografi Kecamatan yang relatif padat penduduknya adalah Depok dengan 5.224 jiwa per km 2, Mlati dengan 3.898 jiwa per km 2. Kepadatan penduduk Kabupaten Sleman adalah 2.031 jiwa per km 2. 3.1. Banyaknya Penduduk dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan hasil proyeksi sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Sleman Tahun 2015 sebesar 1.167.481 jiwa, terdiri dari 588.368 laki-laki dan 579.113 perempuan. Tabel 2.2. Banyaknya Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Sleman Tahun 2015 Kelompok Lakilaki umur % Perempuan % Jumlah % 0-4 45.596 7.81 43.610 7.53 89.566 7.67 5-9 43.954 7.47 41.148 7.11 85.102 7.29 10-14 40.829 6.94 38.301 6.61 79.130 6.78 15-19 46.429 7.86 44.601 7.70 91.030 7.80 20-24 67.005 11.39 59.301 10.24 126.306 10.82 25-29 56.721 9.64 51.389 8.87 108.110 9.26 30-34 47.376 8.05 46.184 7.97 93.560 8.01 35-39 43.590 7.41 43.000 7.43 86.590 7.42 40-44 40.463 6.88 40.676 7.02 81.139 6.95 45-49 36.553 6.21 38.317 6.62 74.870 6.41 50-54 32.716 5.56 35.067 6.06 67.783 5.81 55-59 27.312 4.64 28.892 4.99 56.204 4.81
60-64 20.609 3.50 20.935 3.62 41.544 3.56 65-69 14.331 2.44 15.579 2.69 29.910 2.56 70-74 10.200 1.73 12.111 2.09 22.311 1.91 75+ 14.324 2.43 20.002 3.45 34.326 2.94 Jumlah 588.368 100.00 579.113 100.00 1.167.481 100.00 Sumber : slemankab.bps.go.id 3.2. Keuangan Daerah Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman tahun anggaran 2015 mencapai 2.294,622 milyar rupiah atau naik sebesar 10,48 persen. Pendapatan terbesar berasal dari bagian Dana Perimbangan yaitu sebesar 1.080,162 milyar rupiah (47,07 persen). Realisasi Pemerintah Asli Daerah (PAD) pada tahun 2015 mencapai 643.130,079 milyar rupiah, atau sekitar 28,03 persen penyumbang penerimaan daerah, dengan penerimaan terbesar berasal dari pajak daerah, yaitu mencapai 373,137 milyar rupiah pada tahun anggaran 2015. Tabel 2.3. Realisasi Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pos Pajak menurut Jenis Pajak di Kabupaten Sleman Tahun 2015 No Jenis Pendapatan Jumlah (Rp) 1 Pajak Hotel 52.305.963,91 2 Pajak Restoran 39.132.497,13 3 Pajak Hiburan 8.688.347,30 4 Pajak Reklame 9.245.264,67 5 Pajak Penerangan Jalan 707.942,10 6 Pajak Mineral Bukan Logam dan Buatan 5.803.326,08 7 Pajak Air Tanah 2.291.706,28 8 Pajak Parkir 1.659.004,30 9 PBB-P2 63.111.572,73 10 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 120.107.635,25 Jumlah 373.137.768,07 Sumber : slemankab.bps.go.id
3.3. Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator makro ekonomi yang menggambarkan kinerja perkembangan suatu wilayah. Pada tahun 2015, PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Sleman mencapai 33.756 triliun rupiah, sementara PDRB atas dasar harga konstan (2010=100) sebesar 28,159 triliun rupiah. Dalam menilai PDRB atas dasar harga konstan 2010, data harga yang digunakan adalah harga tahun 2010. Dengan menggunakan data harga pada tahun dasar diharapkan bisa memantau pertumbuhan ekonomi secara rill tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga yang secara umum dikenal dengan istilah inflasi. Sektor yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Sleman adalah kategori industri pengolahan dengan peran sebesar 14,21 persen, disusul dengan kategori konstruksi sebesar 10,99 persen, kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 9,88 persen, kategori Jasa Pendidikan sebesar 9,35 persen, kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 8,96 persen, Informasi dan Komunikasi sebesar 8,73 persen, sedangkan kategori-kategori lainnya di bawah 8 persen. PDRB dapat juga digunakan untuk melihat pertumbuhan perekonomian Kabupaten Sleman, yaitu dengan melihat data indeks perkembangan PDRB atas dasar harga konstan. Pada tahun 2015 perekonomian Kabupaten Sleman mampu tumbuh sebesar 5,41 persen. Kondisi perekonomian tahun 2015 mengalami perlambatan dibanding tahun 2014.
Indikator lain yang bisa dipakai untuk mengukur tingkat kesejahteraan rakyat di suatu wilayah adalah data PDRB Per Kapita. Meskipun perlu disadari bahwa nilai ini belum mencerminkan nilai yang betul-betul diperoleh oleh masyarakat. Kesejahteraan penduduk Kabupaten Sleman terlihat meningkat, terlihat PDRB Per Kapita menurut harga berlaku Kabupaten Sleman mencapai 24,12 juta rupiah pada tahun 2015, lebih tinggi dibanding tahun 2014 sebesar 23,16 juta rupiah. 3.4. Potensi ekonomi Kabupaten Sleman Jika dibandingkan tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan. Pertumbuhan pada tahun 2012 sebesar 5,45% dan pada tahun 2013 kinerja sektor-sektor ekonomi mengalami pertumbuhan sebesar 5,70%. Pada tahun 2014 kinerja sektor-sektor ekonomi mengalami pertumbuhan sebesar 5,81%. Selama tahun 2010-2014, empat sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga konstan adalah sektor perdagangan, hotel dan jasa-jasa, industri pengolahan dan pertanian. Faktor penting lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah adalah penanaman modal atau investasi. Penanaman modal tidak bisa dilepaskan dari sektor industri, semakin besar dan berkembang industri di suatu daerah semakin besar investasi yang ditanamkan dalam daerah tersebut. Penanaman modal di Kabupaten Sleman di Tahun 2014 meliputi investasi PMA 45 unit dengan nilai investasi US $231.963.752,71 daya serap tenaga kerja 7.492 orang dan realisasi kenaikan investasinya dari tahun 2013 sebesar 12,17%.
Sedangkan untuk PMDN jumlah usahanya sebanyak 45 unit, nilai investasi sebesar 4,16% dan untuk investasi Non PMA/PMDN jumlah unitnya sebanyak 33.671 unit, nilai investasi sebesar Rp3.895.422.023.615,00 dengan daya serap tenaga kerja sebanyak 268.779 orang dan kenaikan realisasi investasinya dari tahun 2013 sebesar 2,85%. Seperti yang sudah tertera diatas sektor industri merupakan sektor yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Sleman yaitu sebesar 14,21 persen. Industri dikelompokkan ke dalam 2 sektor, yaitu Sektor Industri kecil dan Sektor Industri Besar-Menengah. Kelompok Sektor Industri Kecil merupakan perusahaan yang mempunyai nilai asset kurang dari Rp. 200 juta, sedangkan perusahaan yang mempunyai nilai asset lebih dari Rp. 200 juta dikelompokkan menjadi Sektor Industri Besar-Menengah. Pada tahun 2013, jumlah perusahaan Industri Kecil adalah 15.850 dan bertambah pada tahun 2014 menjadi 15.944 peusahaan. Banyaknya perusahaan industri besar menengah mencapai 144 perusahaan pada tahun 2014, lebih banyak diabandingkan dengan tahun 2013 (136 perusahaan) dan tahun 2012 (128 perusahaan). Basis dari lokasi perusahaan industri, 12,92% dari jumlah perusahan industri kecil berada di Kecamatan Moyudan, yaitu sebesar 2.060 perusahaan. Kemudian diikuti Kecamatan Godean sebanyak 1.929 perusahaan atau 12,10%. Untuk industri Besar-Menengah, kecamatan Depok dan Mlati mempunyai jumlah paling banyak, yaitu masing-masing sebanyak 25 dan 23 perusahaan.
Penyerapan tenaga kerja perusahaan industri mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2014 yaitu mencapai 66.370 orang pada tahun 2014. Dari tahun 2013 ke tahun 2014, meningkat 1,59%. Kecamatan Sleman adalah kecamatan yang paling banyak menyerap tenaga kerja dari sektor industri yaitu sebanyak 8.631 orang (13,00%) dan diikuti oleh kecamatan Moyudan sebanyak 6.320 orang (9,52%). Selain sektor industri dominan meningkatkan perekonomian Kabupaten Sleman yaitu restoran dan hotel. Jumlah restoran di Kabupaten Sleman lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah rumah makan. Pada tahun 2013 persentase jumlah restoran sebesar 20,54%, berkurang menjadi 20,06% pada tahun 2014. Sementara itu persentase jumlah rumah makan meningkat dari 79,46% pada tahun 2013 menjadi 79,94% pada tahun 2014. Persentase jumlah penginapan di Kabupaten Sleman terbesar adalah pondok wisata, yaitu sebesar 59,33% pada tahun 2013 menjadi 59,53% pada tahun 2014. Persentase hotel melati sebesar 34,45% pada tahun 2013 menjadi 32,79% pada tahun 2014. Demikian juga jumlah hotel berbintang di Kabupaten Sleman pada tahun 2013 sebesar 6,22% menjadi 7,67% pada tahun 2014. Persentase jumlah restoran dan hotel tersebut dapat dilihat pada tabel : Tabel 2.4. Persentase Jumlah Restoran dan Hotel Menurut Jenis Tahun 2010-2014 Kabupaten Sleman No Indikator Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1 Jenis dan jumlah restoran -restoran (%) 20,00 21,21 21,30 20,54 20,06
-rumah makan (%) 80,00 78,79 78,70 79,46 79,94 2 Jenis dan jumlah hotel -hotel berbintang (%) -hotel mlati (%) -pondok wisata (%) 4,13 34,44 61,43 5,04 34,76 60,20 5,61 34,39 60,00 6,22 34,45 59,33 7,67 32,79 59,53 Sumber : RKPD Kabupaten Sleman tahun 2016 2.4. AMNESTI PAJAK Amnesti pajak adalah program pengampunan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak yang seharusnya terutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan, serta penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan atas harta yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan dalam SPT, dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang tebusan. 2.4.1. Cara Pengajuan Amnesty Pajak 1) Wajib Pajak datang ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau tempat lain yang ditentukan oleh Menteri untuk meminta penjelasan mengenai pengisian dan pemenuhan kelengkapan dokumen yang harus dilampirkan dalam Surat Pernyataan, yaitu: - bukti pembayaran Uang Tebusan - pelunasan Tunggakan Pajak bagi Wajib Pajak yang memiliki Tunggakan Pajak - daftar rincian Harta beserta informasi kepemilikan Harta yang dilaporkan - daftar Utang serta dokumen pendukung
- bukti pelunasan pajak yang tidak atau kurang dibayar atau pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan atau penyidikan - fotokopi SPT PPh Terakhir - surat pernyataan mencabut segala permohonan yang telah diajukan ke Direktorat Jenderal Pajak - surat pernyataan mengalihkan dan menginvestasikan Harta ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak dialihkan dalam hal Wajib Pajak akan melaksanakan repatriasi - melampirkan surat pernyataan tidak mengalihkan Harta ke luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak diterbitkannya Surat Keterangan dalam hal Wajib Pajak akan melaksanakan deklarasi - surat pernyataan mengenai besaran peredaran usaha bagi Wajib Pajak yang bergerak di bidang UMKM 2) Wajib Pajak melengkapi dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk mengajukan Amnesti Pajak melalui Surat Pernyataan, termasuk membayar uang tebusan, melunasi tunggakan pajak, dan melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan atau penyidikan.
3) Wajib Pajak menyampaikan Surat Pernyataan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau Tempat Lain yang ditentukan Menteri Keuangan. 4) Wajib Pajak akan mendapatkan tanda terima Surat Pernyataan. 5) Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri menerbitkan Surat Keterangan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima Surat Pernyataan beserta lampirannya dan mengirimkan Surat Keterangan Pengampunan Pajak kepada Wajib Pajak. 6) Dalam hal jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri belum menerbitkan Surat Keterangan, Surat Pernyataan dianggap diterima. 7) Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pernyataan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017 di mana Surat Pernyataan Kedua dan Ketiga dapat disampaikan sebelum atau setelah Surat Keterangan atas Surat Pernyataan sebelumnya dikeluarkan. 2 2.4.2. Regulasi Amnesti Pajak I. Undang-Undang i. Batang Tubuh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak ii. Penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak 2 http://www.pajak.go.id/content/amnesti-pajak(selasa,28 februari 2016,16:48)
II. Peraturan Menteri Keuangan i. Nomor 118/PMK.03/2016 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak ii. Nomor 119/PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pengalihan Harta Pajak ke Dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penempatan pada Instrumen Investasi di Pasar Keuangan dalam rangka Pengampunan Pajak iii. Nomor 122.PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pengalihan Harta Wajib Pajak ke dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penempatan pada Investasi di Luar Pasar Keuangan dalam Rangka Pengampunan Pajak iv. Nomor 123.PMK.08/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pengalihan Harta Wajib Pajak ke dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penempatan pada Instrumen Investasi di Pasar Keuangan dalam Rangka Pengampunan Pajak v. Nomor 127/PMK.010/2016 tentang Pengampunan Pajak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak bagi Wajib Pajak yang Memiliki Harta Tidak Langsung Melalui Special Purpose Vehicle vi. Nomor 141/PMK.03/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.03/2016 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak vii. Nomor 142/PMK.010/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 127/PMK.010/2016 tentang Pengampunan Pajak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak Bagi Wajib Pajak yang Memiliki Harta Tidak Langsung Melalui Special Purpose Vihicle viii. Nomor 150/PMK.08/2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pengalihan Harta Wajib Pajak ke dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penempatan pada Instrumen Investasi di Pasar Keuangan Dalam Rangka Pengampunan Pajak ix. Nomor 151/PMK.08/2016 tentang Perubahan Aatas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.08/.2016 tentang Tata Cara Pengalihan Harta Wajib Pajak ke dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penempatan pada Investasi di Luar Pasar Keuangan Menimbang dalam Rangka Pengampunan Pajak III. Keputusan Menteri Keuangan i. Nomor 600/KMK.03/2016 tentang Penetapan Bank Persepsi Yang Bertindak Sebagai Penerimaan uang Tebusan Dalam rangka Pelaksanaan Pengampunan pajak ii. Nomor 658/KMK.03/2016 tentang Penetapan Kantor Pusat dan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sebagai Tempat Tertentu
Untuk Tempat Penyampaian Surat Pernyataan Harta Dalam Rangka Pengampunan Pajak IV. Peraturan Direktur Jendral Pajak i. Nomor PER-44/PJP/2015 tentang Perubahan Keempat atas Peratutan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-38/PJP/2009 tentang Bentuk Formulir Surat Seturan Pajak ii. Nomor PER-06/PJP/2016 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-38/PJP/2009 tentang Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak iii. Nomor PER-07/PJP/2016 tentang Dokumen dan Pedoman Teknis Pengisian Dokumen dalam rangka Pelaksaan Pengampunan pajak iv. Nomor PER-10/PJP/2016 tentang Perubahan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-07/PJP/2016 tentang Dokumen dan Pedoman Teknis Pengisian Dokumen dalam rangka Pelaksanaan Pengampunan Pajak v. Nomor PER-11/PJP/2016 tentang Pengaturan Lebih Lanjut Mengenai Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak vi. Nomor PER-12/PJP/2016 tentang Tata Cara Pengadministrasian Laporan Gateway Dalam Rangka Pengampunan Pajak vii. Nomor PER-13/PJP/2016 tentang Tata cara Penerimaan surat Pernyataan pada Minggu Terakhir Periode Pertama Penyampaian Surat Pernyataan
viii. Nomor PER-14/PJP/2016 tentang Tata cara Penerimaan Surat Pernyataan Dalam Hal Terjadi Gangguan Pada Jaringan dan/atau Keadaan Luar Biasa Pada Akhir Periode Penyampaian Surat Penyataan ix. Nomor PER-17/PJP/2016 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pernyataan Bagi Wajib Pajak Tertentu serta Tata Cara Penyampaian Surat Pernyataan dan Penertiban Surat Keterangan Bagi Wajib Pajak dengan Peredaran Usaha Tertentu x. Nomor PER-18/PJP/2016 tentang Pengembalian Kelebihan Pembayaran Uang Tebusan dalam Rangka Pengampunan Pajak xi. Nomor PER-20/PJP/2016 tentang Tata Cara Penertiban dan Pengiriman Surat Keterangan Pengampunan pajak xii. Nomor PER-21/PJP/2016 tentang Tata Cara Pencabutan atas Surat Pernyataan xiii. Nomor PER-26/PJP/2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-07/PJP/2016 tentang Dokumen dan Pedoman Teknis Pengisian Dokumen Dalam Rangka Pelaksanaan Pengampunan Pajak xiv. Nomor PER-28/PJP/2016 tentang Ketentuan Pengalihan Harta Berupa Dana ke Dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Dalam Rangka Pengampunan Pajak
2.5. Tax Amnesty Periode I dan II Jumlah realisasi uang tebusan program amnesty pajak atau pengampunan pajak mulai tanggal 1 Oktober 2016 hingga periode kedua yang berakhir pukul 00.00 minggu, 1 Januari 2017 mencapai Rp110 triliun atau sebesar 66,6 % dari target penerimaan uang tebusan amnesty pajak sebesar Rp165 triliun. Realisasi amnesti pajak itu didasarkan pada nominal surat setoran pajak (SSP) yang meliputi pembayaran uang tebusan amnesti pajak, pembayaran tunggakan pajak, dan pembayaran atas penghentian pemeriksaan bukti permulaan, dengan rincian, uang tebusan amnesti pajak Rp 103 triliun, tunggakan pajak Rp 5,58 Triliun, dan pembayaran bukti permulaan Rp 739 miliar (data diambil tanggal 6 Januari 2017). Adapun, jumlah harta yang dilaporkan melalui surat pernyataan harta amnesti pajak (SPH) mencapai Rp 4.300 triliun dengan jumlah uang tebusan amnesti pajak Rp 103 triliun. Dari jumlah harta itu, jumlah repatriasi Rp 141 triliun atau 14,1% dari target Rp 1.000 triliun, deklarasi harta dalam negeri Rp 3.147 triliun, dan deklarasi harta luar negeri Rp 1.013 triliun. Rincian Uang Tebusan Amnesti Pajak Rp 103 triliun itu, bersumber pada statistik amnesti pajak oleh Ditjen Pajak, dari orang pribadi non-umkm yaitu Rp 85,78 triliun, disusul badan non UMKM Rp 12,45 triliun, lalu orang pribadi UMKM Rp 4,77 triliun, dan terakhir badan UMKM Rp 339 miliar.
Hingga akhir periode pertama amnesti pajak, yang diakumulasi pada tanggal 6 Januari 2017, telah diterima total 640.340 SPH, dengan jumlah SSP 682.876 dan jumlah WP 618.623. 3 3 www.lembagapajak.com/2016/08/realisasi-uang-tebusan-amnesti-pajak