BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Balakang Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam melaksanakan pembangunan pemerintah mengandalkan dana dari dua sumber pokok, yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. Sumber dana luar negeri, misalnya pinjaman luar negeri dan hibah ( grant), sedangkan sumber dana dalam negeri misalnya penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Agar bisa menjadi bangsa yang mandiri pemerintah harus berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan sumber pendanaan dalam negeri, yaitu dengan meningkatkan penerimaan pajak (Sari dan Afriyanti, 2012). Upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri dari sektor pajak, antara lain dengan mengubah sistem pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assessment system yang mulai diterapkan sejak reformasi sistem perpajakan tahun 1983 yang berpengaruh bagi wajib pajak dengan memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang (Haris dan Salip, 2009). Perubahan sistem perpajakan tersebut dimaksudkan untuk menjadikan wajib pajak sebagai subjek Mandiri dalam pemenuhan hak untuk turut serta berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan dan penyederhanaan serta peningkatan administrasi di bidang perpajakan. 1
2 Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, potongan pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan (UU No. 28 Tahun 2007), sesuai dengan pengertian tersebut WP dibagi menjadi dua, WP Orang Pribadi dan WP Badan. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi: perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenisnya, lembaga bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya (Suandy, 2011:105). Guna meningkatkan penerimaan pajak, maka Dirjen pajak berusaha untuk meningkatkan jumlah WP yang aktif, terutama WP Badan karena jumlah peredaran bruto yang dikelola oleh WP Badan lebih besar dari pada WP OP sehingga potensi penerimaan pajak dalam hal ini cukup besar. Untuk mencapai target penerimaan pajak, perlu dibutuhkan selalu kesadaran dan kepatuhan masyarakat Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak. Kepatuhan pajak ( tax compliance) adalah tingkatan yang menunjukkan wajib pajak patuh atau tidak patuh terhadap aturan pajak di negaranya (International Tax Gossary (1992: 296) dalam Nascuha (2004: 131). Sebagai contoh dalam pernyataan besarnya penghasilan atau memasukkan Surat
3 Pemberitahuan Pajak dalam waktu yang telah dicantumkan. Kepatuhan yang diharapkan dalam self assessment system adalah kepatuhan sukarela dan bukan kepatuhan yang dipaksakan. Kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetor kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terhutang, serta kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Pemeriksaan pajak merupakan bagian penting untuk menentukan tingkat kepatuhan wajib pajak, baik formal maupun material. Pemeriksaan pajak memiliki tujuan untuk menguji dan meningkatkan tax compliance seorang wajib pajak, dimana kepatuhan wajib pajak merupakan posisi strategis dalam meningkatkan penerimaan pajak (Oktivani, 2007). Pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh KPP dengan melihat Surat Ketetapan Pajak (SKP). Surat Ketetapan Pajak diterbitkan apabila WP melaporkan ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data fisik yang telah dilaporkannya. Selisih lebih atas ketidakbenaran pengisian SPT tersebut atau jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang/tidak seharusnya terutang, maka KPP akan menerbitkan SKP lebih bayar (SKPLB). Sebaliknya, apabila jumlah pembayaran pokok pajak ternyata kurang, maka KPP akan menerbitkan SKP kurang bayar (SKPKB) dan WP wajib untuk membayar kekurangan sesuai dengan jumlah nominal yang tertera dalam SKPKB yang telah diberikan kepada WP tersebut. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) akan diterbitkan apabila terdapat selisih/imbas antara jumlah pokok pajak yang telah dibayarkan oleh WP dengan jumlah kredit pajak atau terutang dan tidak ada kredit. SKPKBT (Surat Ketetapan
4 Pajak Kurang Bayar Tambahan). Surat ini diterbitkan oleh KPP apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan (Vegirawati, 2011). Sedangkan jenis SKP yang terakhir adalah Surat Tagihan Pajak (STP). Surat ini diterbitkan oleh KPP apabila ditemukannya Wajib Pajak tidak atau belum melunasi kewajiban pajaknya maka dapat diterbitkan surat tagihan pajak dan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda administrasi. Jumlah WP Badan yang semakin banyak di Indonesia secara signifikan sangat berpengaruh pada jumlah penerimaan PPh, namun besarnya jumlah WP Badan belum tentu berpengaruh terhadap kepatuhan WP tersebut. Kepatuhan WP juga berpengaruh secara signifikan terhadap kesesuaian jumlah pajak yang dilaporkan. Apabila banyak WP Badan yang tidak patuh dan mayoritas melakukan kesalahan dalam melaporkan pajak terutangnya akan berdampak pada pemeriksaan pajak berupa penerbitan SKP oleh KPP tempat WP tersebut. Dan kesemuanya itu akan mempengaruhi penerimaan PPh, salah satunya adalah PPh pasal 25. PPh pasal 25 adalah angsuran PPh yang harus dibayarkan sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan (Waluyo, 201:305). Sari (2009) meneliti tentang pengaruh Jumlah Wajib Pajak Badan, Kepatuhan Wajib Pajak Badan, dan Tingkat Inflasi Tahunan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan di Wilayah Jakarta Selatan. Hasil penelitian ini, menemukan bahwa variabel kepatuhan memberikan pengaruh paling dominan, yaitu sebesar 5,448, dibandingkan dengan variabel bebas yang lain, yaitu jumlah WP Badan dan tingkat inflasi tahunan masing-masing sebesar 0,318 dan 0,891.
5 Namun hasil uji regresi ini menunjukkan nilai positif, dimana apabila ketiga variabel tersebut semakin meningkat maka akan membuat penerimaan PPh Badan meningkat. Sari dan Afriyanti (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh atas kepatuhan WP dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan PPh pasal 25/29 Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Denpasar Timur. Hasil penelitian ini, menemukan bahwa salah satu variabel yang paling dominan mempengaruhi penerimaan PPh pasal 25/29 adalah pemeriksaan pajak. Indikator pemeriksaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada jumlah SKPKB dan SKPKBT yang diterbitkan oleh KPP Pratama Denpasar Timur selama tahun 2004-2008. Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Jumlah Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25 Badan pada KPP Pratama Malang Selatan Tahun 2011-2013 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh antara jumlah wajib pajak, kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan PPh pasal 25 badan pada KPP Pratama Malang Selatan tahun 2011-2013?.
6 C. Tujuan Penelitian Penelitian dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh antara jumlah wajib pajak, kepatuhan wajib pajak, dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan PPh pasal 25 badan pada KPP Pratama Malang Selatan tahun 2011-2013. D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan sekaligus pertimbangan bagi pihak-pihak yang berwenang dalam hal penentuan kebijakan untuk meningkatkan kemauan wajib pajak badan dalam melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak khususnya dan melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya pada umumnya. 2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian pada aspek lain yang masih belum diteliti atau replikasi untuk melakukan penelitian sejenis.