PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BANGUNHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL FINANCIAL MANAGEMENT OF BANGUNHARJO VILLAGE SEWON BANTUL Oleh : Damar Santo Prastowo, Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, dams.santo@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo yang berpedoman pada Peraturan Bupati Nomor 88 Tahun 2016 tentang pengelolaan keuangan desa dengan prinsip pengelolaan keuangan desa yang baik yaitu transparan, akuntabeldan partisipatif. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yaitu Kepala Desa Bangunharjo dan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa Bangunharjo (PTPKD). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles and Huberman. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengelolaan keuangan desa dengan prinsip transparan belum sepenuhnya bisa berjalan dengan baik karena belum tersedianya informasi yang dapat diakses oleh masyarakat. Prinsip akuntabilitas juga belum optimal karena masih terdapat kesalahan dan keterlambatan pelaporan keuangan Desa Bangunharjo. Partisipasi masyarakat Desa Bangunharjo belum optimal karena terbatasnya media aspirasi masyarakat. Hambatan dalam pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo yaitu sumber daya manusia aparat desa, sistem keuangan desa, dan sarana prasarana pengelola keuangan desa. Abstract This reseach aims to describe financial management of Bangunharjo Village Sewon Bantul be guided Perbup No 88 2016 about financial management village with good financial governance principle that is transparency, accountable, and participatory. This research is descriptive research with qualitative approach. Subject of research of village is head of Bangunharjo village and PTPKD. Data collection techniques used were interviews, documentation, and observation. The data analysis technique used is the model of Miles and Huberman. Mechanical examination of the data validity using triangulation techniques. The results showed that the financial management of the Bangunharjo Village begin of the planning, implementation and accountability reporting is in compliance with applicable regulations. Financial management of the village with the principle of transparency has not been fully able to not good because of the unavailability of information that can be accessed by the public. The principle of accountability is also not optimal because there are errors and delays in financial reporting Bangunharjo village. The village community participation Bangunharjo not optimal because of the limited media community aspirations. Constraints in the village financial management of human resources Bangunharjo village officials, village financial system, and the financial manager of infrastructure of the village. Keywords : Management of financial, good financial management 205
PENDAHULUAN Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan desa tersebut (Widjaja, 2003:66). Pemerintah desa yang merupakan pemerintahan terkecil di Indonesia yang telah diatur dalam UU No. 6 Tahun 2014, memberikan hak dan kewajiban salah satunya yaitu desa berhak atas dana dari pusat dan berkewajiban untuk mengelolanya. Potensi dari desa yang berada dalam lingkup kewenangan menjadi hak atas desa sabagai sumber pendapatan desa. Perencanaan pemerintah desa yaitu desa wajib melakukan penyusunan anggaran yang tetuang dalam APBDes, kemudian pelaksanaan program program yang telah direncanakan desa, selanjutnya desa wajib melakukan pelaporan keuangan atas semua dana yang dikeluarkan kepada daerah. Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten di DIY. Di Kabupaten Bantul terdiri dari 75 Desa. Dalam pengelolaan keuangan desa telah diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 88 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Perbup No. 88 Tahun 2016). Perbup inilah yang menjadi pedoman bagi setiap desa di Kabupaten Bantul dalam melakukan pengelolaan keuangan desa. Alokasi dana yang telah diberikan kepada daerah pusat kepada desa atas pemenuhan hak desa sebagai daerah otonom yang dimaksudkan harus diserap habis oleh desa untuk pembiayaan desa dalam melaksanakan pemerintahannya. Dana desa di Kabupaten Bantul dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2015, Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp 97,5 miliar. Selain itu masih ditambah Dana Desa ( DD) Rp 22,5 miliar. Sebelumnya dana yang diberikan ke desa rata rata Rp 200 juta saja beberapa desa di Kabupaten Bantul masih ada yang belum bisa menyerap dana hingga 100%, sekarang ditambah dengan adanya UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, setiap desa bisa menerima dana yang lebih besar lagi dengan rata rata setiap desa mencapai 1 miliar. Banyak desa di Kabupaten Bantul yang mengalami kesulitan akan dana yang tidak sedikit untuk diserap hingga 100%.(http://www.krjogja.com/web/news/ read/253069/hadhuh_banyak_lurah_belum _paham_administrasi_dana_desa). Di Kabupaten Bantul telah menetapkan total anggaran untuk desa yaitu sebesar Rp 124 miliar. Namun 206
selama lima bulan sejak Januari hingga Mei 2015, dana tersebut mangkrak di APBD Bantul. Baik ADD maupun dana desa tidak dapat dicairkan lantaran belum ada satu pun desa telah menyelesaikan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APBDes) (http://www.harianjogja.com/baca/2015/05 /27/anggaran-desa-rp124-miliar-limabulan-mangkrak-608182) Banyak desa yang masih banyak kesulitan tentang pengelolaan keuangan desa yang baru. Penyusunan APBDes yang rinci, serta pelaporan keuangan yang harus segera diserahkan pusat daerah dengan waktu yang ditentukan pun masih belum tepat waktu sehingga proses pencairan dana pun molor. Hal ini sangat berdampak bagi pelaksanaan pemerintahaan desa. Karena keterlambatan proses pencairan dana yang tidak tepat waktu sehingga program program yang direncanakan desapun belum langsung bisa berjalan dan hanya menunggu hingga dana diterima desa (Wawancara 16 September 2016). Salah satu elemen panting dalam rangka perwujudan Good Governance adalah adanya pengelolaan keuangan yang baik (Good Financial Governance). Hal ini berarti bahwa salah satu tolok ukur dari pelaksanaan Good Governance suatu negara dapat dilihat dari baik tidaknya pengelolaan keuangan di negara tersebut.(maryono, 2005:16). Peran good financial governance sangat penting dalam proses pengelolaan keuangan, agar dapat menciptakan pengelolaan keuangan yang baik, bersih, tertib dan bertangung jawab karena di dalamnya terdapat asas transparansi, akuntabilitas dan partisipatif. Keterlambatan penyusunan APBDes disebabkan aparat desa kesulitan menyusun rencana anggaran belanja (RAB). Selain itu kemampuan personil tiap desapun berbeda - beda. Beberapa konsekuensi atas keterlambatan penyusunan APBDes yang ditanggung pemerintah desa bersangkutan adalah salah satunya berupa tertundanya pencairan ADD (Wawancara 16 September 2016). Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut peniliti ingin melakukan penelitian yang berjudul Pengelolaan Keuangan Desa Bangunharjo Sewon Bantul. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bangunharjo Sewon Bantul. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 September 2016 hingga 30 Oktober 2016. 207
Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah Lurah Desa Bangunharjo, Carik Desa Bangunharjo, Kepala Urusan Keuangan, dan BPD Desa Bangunharjo. Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Instrumen penelitian adalah diri peneliti sendiri yang harus divalidasi terlebih dahulu untuk mengetahui seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian. Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang dibutuhkan seperti wawancara, dokumentasi serta observasi. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara semi terstruktur (semistructure interview) karena dengan wawancara semi terstruktur peneliti bisa menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. (Sugiyono, 2008: 233). Observasi adalah metode yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Burhan Bungin, 2007: 118). Pengamatan dalam penelitian ini penulis melakukan secara langsung kelapangan untuk mengamati apakah ada informasi - informasi tentang keuangan desa. Menurut Sugiyono (2008: 240), dokumentasi merupakan catatan suatu peristiwa yang sudah berlalu yang biasanya berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental seseorang. Dokumen yang dimaksud adalah semua jenis rekaman atau catatan sekunder, misalnya surat kabar, memo, foto dan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah penelitian yang sedang diteliti. Dokumen dalam penelitian ini digunakan sebagai penunjang atau untuk melengkapi data primer. Dalam penelitian ini dokumen digunakan yaitu seperti yang telah disebutkan diatas. Data-data tersebut diperoleh melalui informan secara langsung. Selain itu, juga diperoleh beritaberita melalui media online mengenai permasalahan pengelolaan keuangan desa dan beberapa hal lain yang terkait pengelolaan keuangan desa. Kemudian transkrip hasil wawancara yang direkam melalui voice recorder juga turut mendukung kelengkapan data dari hasil dokumentasi yang dilakukan peneliti. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2011: 246) yaitu aktivitas dalam analisis data kualitatif harus dilakukan secara terus menerus ampai tuntas, sehingga datanya 208
sudah jenuh. Proses analisis yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Aktivitas dalam analisis data, yaitu Data Reduction (Reduksi data), Data Display (Pe nyajian data), dan Verification (kesimpulan). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa. Keuangan Desa dikelola berdasarkan praktik - praktik pemerintahan yang baik (good governance). Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 yaitu transparan, akuntabel, partisipatif Dalam melaksanakan pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo dilakukan oleh PTPKD, berikut susunan PTPKD Bangunharjo. Lurah Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili Pemerintah. Pengelolaan keuangan desa terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pertanggungjawaban. Data yang diperoleh untuk mengetahui perencanaan dan penganggaran yang partisipatif Desa Bangunharjo yang harus sesuai dengan unsur-unsur didalam perencanaan itu sendiri yaitu perencanaan harus dilaksanakan dengan adanya upaya pemerintah desa melakukan musyawarah, melibatkan BPD, melibatkan unsur masyarakat dan adanya sosialisasi., berikut dapat dilihat pada tabel : Tabel 1 : Unsur Perencanaan dan Pengangaran Desa Bangunharjo Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diperlihatkan bahwa perencanaan keuangan Desa Bangunharjo sudah berjalan dengan baik dan adanya kesesuaian dengan peraturan yang berlaku. Partisipasi masyarakat dalam proses pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo juga berjalan dengan baik karena dalam proses perencanaan melibatkan semua 209
eleman masyarakat seperti BPD, LPMD, Kelompok Pokgiat, Dukuh, PKK, dan tokoh masyarakat. Kemudian pemerintah Desa Bangunharjo belum maksimal dalam melakukan sosialisasi terkait keuangan desa, juga masih ditemukan hambatan pemahaman sistem pengelolaan keuangan desa yang baru oleh aparat Desa Bangunharjo. Kemudian hasil observasi di kantor pemerintah desa Bangunharjo, tidak ditemukan adanya informasi terkait pengelolaan keuangan desa yang ditempel pada papan pengumuman desa Bangunharjo. Media lain seperti web dan pemberitahuan lewat surat kabar peneliti juga tidak menemukan informasi terkait pengelolaan keuangan desa Bangunharjo Konsep transparansi merupakan ketersediaan informasi pada setiap proses penyelengaraan pemerintahan. Informasi tesebut dapat mudah diakses oleh masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui terhadap semua proses penyelengaraan pemerintahan. Dalam proses pengelolaan keuangan, desa wajib menginformasikan kepada masyarakat. Hal tersebut juga tercantum dalam Perbup Bantul Nomor 88 Tahun 2016 tentang pengelolaan keuangan desa pasal 47 yang menyatakan bahwa laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis atau dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat. Media informasi tersebut antara lain papan pengumuman, radio komunitas, dan media informasi lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa transparansi pengelolaan keuangan desa Bangunharjo belum optimal, karena ketersediaan informasi pengelolaan keuangan desa Bangunharjo yang dapat diakses oleh masyarakat belum ada, sehingga informasi terkait pengelolaan keuangan desa Bangunharjo sangat terbatas Patisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan desa. Dalam pengelolaan keuangan desa masyarakat berhak atas aspirasi atau usulan dalam penyelengaraan pemerintahan. Sehingga pemahaman masyarakat akan meningkat dan peduli terhadap kegiatan penyelengaraan pemerintahan. Dari pemaparan diatas bahwa patisipatif dapat dikatakan belum optimal. Dalam pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah desa yang melibatkan masyarakat sudah berjalan dengan baik namun dalam hal pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan keuangan desa masih minim. Masyarakat yang 210
seharusnya mengerti tentang keseluruhan pengelolaan keuangan desa dalam hal ini masih belum paham karena tidak adanya informasi yang sampai pada tingkat penyelengara pemerintah desa yang paling rendah. Pelaksanaan pengelolaan keuangan yang akuntabel Desa Bangunharjo yang harus sesuai dengan unsur-unsur di dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan itu sendiri yaitu pelaksanaan keuangan harus dilaksanakan dengan adanya pencatatan peneriamaan dan pengeluaran keuangan desa, adanya prosedur pelaksanaan keuangan, pengawasan dan adanya penyimpanan/arsip bukti pembayaran, dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 2 : Unsur Pelaksanaan Keuangan Desa Bangunharjo keuangan desa dari BPKP. Semua kegiatan penerimaan dan pengeluaran keuangan desa sudah dicatat dan disimpan sesuai dengan peraturan. Pengawasan pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo dilakukan oleh BPD sebagai wakil dari masyarakat dan inspektorat dari Kabupaten Bantul. Namun masih ada hambatan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa yaitu SDM aparat Desa Bangunharjo yang masih minim pengetahuan tentang akuntansi dan TI. Pelaporan keuangan yang akuntabel dari Desa Bangunharjo dengan unsur-unsur didalam pelaporan keuangan itu sendiri yaitu pelaporan keuangan harus dilaksanakan dengan adanya laporan keuangan kepada Bupati Melalui Camat, adanya laporan kepada Ketua BPD, adanya pelaporan keuangan kepada masyarakat, adanya sagksi keterlambatan, penyusunan realisasi anggaran dan evaluasi bersama masyarakat, dipaparkan pada tabel sebagai berikut : Tabel 3 : Unsur Pelaporan dan Berdasarkan tabel diatas menyebutkan bahwa pelaksanaan pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo sudah mengikuti prosedur pengelolaan keuangan yang berlaku yaitu dengan berpedoman pada prosedur pengelolaan 211
Pertanggungjawaban Keuangan Desa Bangunharjo Dari tabel di atas, terungkap bahwa pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo belum dapat dikatakan akuntabel dan transparan karena belum dapat memberikan infomasi laporan realisasi keuangan desa kepada masyarakat. Sedangkan prinsip akuntabilitas menghendaki bahwa masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tetapi berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut. Akuntabilitas dipahami bahwa segala kegiatan penyelengaraan pemerintahan harus berdasarkan prosedur kerja dan berpedoman pada kebijakan yang berlaku. Pembuatan laporan pertangunggajawaban kepada pusat dan masyarakat harus dilakukan karena merupakan bukti bahwa setiap kegiatan penyelengaraan pemerintahan benar benar dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya untuk mencapai akuntabilitas perlu pemberian sanksi yang tegas untuk menjamin agar kegiatan penyelanggaraan pemerintahan terhindar dari kelalaian ataupun kesalahan sehingga praktik praktik pelanggaran dapat dicegah. Mengacu pada Perbup Bantul Nomor 88 tahun 2016 tentang pengelolaan keuangan desa pasal 10 ayat 5 menyebutkan bahwa pemerintah desa berhak atas pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan. Jadi pengelolaan keuangan desa harus dilaksanakan secara tertib dan disiplin dengan batasan waktu yang telah ditetapkan dalam peraturan undang undang. Kesimpulan yang dapat ditarik dari paparan diatas dalam mencapai akuntabilitas pengelolaan desa Bangunharjo belum sepenuhnya optimal. Hal tersebut dikarenakan pemahaman tim PTPKD Bangunharjo belum sepenuhnya memahami prosedur dan mekanisme pelaporan pertanggungjawaban yang harus dikerjakan dengan format yang benar dan sesuai peraturan yang berlaku. Kemudian masih adanya pembenahan jadi ketepatan waktu pelaporan pertanggungjawaban keuangan desa belum dapat tercapai. Selanjutnya belum adanya sanksi yang jelas yang diterapkan pemerintah desa Bangunharjo dalam proses pengelolaan keuangan desa yang dilaksanakan oleh PTPKD Bangunharjo. Selain itu sesuai yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemerintah desa bangunharjo belum menyediakan informasi laporan 212
pertanggngjawaban keuangan desa kepada masyarakat, yang seharusnya pemerintah desa memberikan informasi laporan pertanggungjawaban keuangan desa ke pusat dan juga ke masyarakat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Prinsip pengelolaan keuangan yang baik (good financial governance) transparansi, akuntabilitas dan partisipatif, pertama, prinsip transparansi dalam pengelolaan keuangan desa Bangunharjo belum sepenuhnya transparan karena keterbukaan informasi belum bisa dijangkau oleh masyarakat. Pemerintah desa Bangunharjo belum menyediakan informasi tentang pengelolaan keuangan desa untuk bisa diakses oleh masyarakat. Kedua, prinsip akuntabilitas pengelolaan keuangan desa Bangunharjo belum sepenuhnya optimal. Tahap pelaporan keuangan tidak bisa tepat waktu dan mundur karena masih ada kesalahan dan masih harus melakukan pembenahan. Ketiga, prinsip partisipatif dalam pengeolaan keuangan desa Bangunharjo masih belum optimal. Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan keuangan desa masih minim. Juga belum tersedianya informasi terkait musyawarah desa tentang pengelolaan keuangan desa sebagai wadah penyampaian aspirasi masyarakat. Proses pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan masih terdapat beberapa kendala. Pertama, sumber daya manusia pengelola keuangan desa yang masih minim, masih sedikit yang paham tentang pengetahuan IT dan akuntansi. Kedua, minimnya sarana dan prasarana pendukung dalam pengelolaan keuangan desa Bangunharjo seperti komputer dan sistem keuangan yang berbasis aplikasi untuk mempermudah penyusunan dan pelaporan keuangan desa Bangunharjo. Ketiga, kurangnya pendampingan dan pengawasan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa Bangunharjo. Pihak pengelola keuangan desa masih dalam tahap pembelajaran sehingga masih sering mengalami kesalahan dalam pelaporan keuangan menyebabkan ketepatan waktu belum bisa dicapai karena adanya pembenahan dalam pelaporan keuangan. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diberikan saran sebgai berikut : 1. Pemerintah Desa Bangunharjo perlu menyediakan informasi 213
terkait pengelolaan keuangan desa yang dapat diakses semua orang. Seperti informasi yang ditempel pada papan pengumuman desa, atau media lain yaitu surat kabar dan web yang berbasis internet. 2. Perlu adanya pendampingan dan pengawas yang intensif dalam melakukan pengelolaan keuangan desa, sehingga hasil laporan keuangan benar benar akuntabel dan dapat dipertangungjawabkan. 3. Pemerintah Desa Bangunharjo perlu melakukan sosialisasi tentang pengelolaan keuangan desa kepada masyarakat untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan keuangan desa juga dapat mencegah presepsi negatif terhadap pengelolaan keuangan desa. 4. Perlunya sarana dan prasarana pendukung dalam pengelolaan keuangan desa seperti komputer dan sistem pengelolaan keuangan desa berbasis aplikasi untuk mempermudah dalam meyajikan laporan keuangan desa. DAFTAR PUSTAKA Adisasmita Rahardjo, 2014. Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu Hani Handoko T. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE- YOGYAKARTA Mardiasmo, 2005. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi. Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Peraturan Bupati Kabupaten Bantul Nomor 88 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta 214