BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. banyak perhatian. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak masih dalam

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-6 TAHUN) DI PAUD WILAYAH SUKAJADI KOTA BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. kamu makan sering dikutip tetapi tidak direnungkan lebih dalam apa maksud

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB I PENDAHULUAN. masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Visi pembangunan bidang kesehatan adalah Indonesia Sehat 2010, diharapkan akan menjadikan masyarakat Indonesia dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Karena peranan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan kebutuhan manusia sehari hari. Tanpa makanan

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. hampir sama dengan anak kebanyakan. Namun takdir berkata lain anak yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penyediaaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Makanan institusi (institutional food service) adalah bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Propsu, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. makan. Selain itu anak sekolah umumnya tidak pernah lepas dari makanan jajanan, karena anak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang masih belum bergizi-seimbang. Hasil Riskesdas (2007) anak balita yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI PADUKUHAN PUCANGANOM DESA WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Direktorat Gizi Masyarakat adalah terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Untuk dapat mencapai masyarakat yang sehat, perlu ditanamkan pola hidup sehat sejak usia dini. Kesehatan yang dimulai dari usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat target Direktorat Gizi Masyarakat, maka angka pemenuhan gizi balita harus baik dan tercukupi. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, hal ini merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Gizi ternyata sangat berpengaruh terhadap kecerdasan dan produktivitas kerja (Almatsier, 2009). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, secara nasional prevalensi gizi kurang anak usia pra sekolah (4-6 tahun) sebesar 19,6% dan gizi buruk sebesar 5,7% dilihat dari berat badan per umur. Prevalensi kurus pada anak usia balita adalah 12,1% terdiri dari 6,8% kurus dan 5,3% sangat kurus. Padahal status gizi yang kurang atau buruk dapat mempengaruhi kecerdasan anak dan daya tahan anak terhadap penyakit sehingga menentukan kesehatan anak di masa dewasa dan berpengaruh pada kualitas generasi penerus Indonesia. Pada usia ini anak balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat, sehingga memerlukan zat zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Golongan kelompok ini merupakan kelompok umur yang sering menderita sakit 1

2 akibat kekurangan gizi. Pada usia ini anak juga sudah mempunyai sifat konsumen aktif, yaitu sudah bisa memilih makanan yang disukainya. Anak kelompok usia 4-6 tahun sudah mulai dapat memilih apa yang disukai. Yang terpenting orang tua harus bijaksana dalam hal memperkenalkan makanan pada usia prasekolah. Sebagian orang tua ada yang sudah memperkenalkan makanan semacam fast food yang saat ini sedang menjamur dimana-mana, sehingga anak sering hanya ingin mengonsumsi makanan jenis fast food yang menunya tidak merupakan makanan yang lengkap, karena tidak selalu dimakanan dengan sayuran. Kegemaran ini tentu akan dibawa sampai anak meningkat remaja dan dewasa. Akibatnya, banyak anak muda sudah menderita penyakit degeneratif (Irianto dan Kusno, 2007). Pada usia ini mulai adanya penolakan yang dilakukan pada makanan yang ditawarkan. Kebanyakan anak hanya mau makan satu jenis makanan yang sangat disukainya selama berminggu-minggu Karena di usia ini balita belum mengerti tentang pemenuhan kebutuhan gizi yang tidak mungkin hanya didapatkan dari satu jenis makanan saja. Selain itu adanya faktor budaya yang lebih mengistimewakan kepala rumah tangga, sehingga anak balita umumnya hanya mendapat makanan dengan porsi kecil dibandingkan anggota keluarga lainnya. Usia prasekolah merupakan periode emas (golden period) atau masa kritis (critical period) seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan anak salah satu faktor yang berperan penting adalah asupan nutrisinya. Asupan nutrisi yang baik berpengaruh pada kondisi fisik, kemampuan kognitif, dan produktivitasnya di masa depan.

3 Berdasarkan hasil penelitian Aritonang, E dkk (2016) menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan karbohidrat yang adekuat dan asupan lemak yang adekuat terhadap status gizi. Pola pemberian makan seimbang sesuai dengan kebutuhan gizi serta pemilihan bahan makanan yang tepat dan aman akan menghasilkan status gizi yang baik. Asupan makanan yang tidak mencukupi atau bahkan kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh kurus dan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan zat gizi, sebaliknya jika asupan makanan yang diberikan melebihi kebutuhan akan menyebabkan kelebihan berat badan. Kondisi status gizi yang baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang akan digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadi pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kemampuan kerja organ tubuh. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas makanan. Taman Kanak-kanak (TK) merupakan awal dari pengenalan anak dengan suatu lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar keluarga. Seorang anak usia TK sedang mengalami masa tumbuh kembang yang relatif pesat. Pada masa ini, proses perubahan fisik, emosi, dan sosial anak berlangsung dengan cepat. Proses ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu dari diri sendiri dan lingkungan. Pada usia ini anak masih belum dapat mengambil dan memilih makanan sendiri sesuai kebutuhan gizinya, sehingga pada usia ini anak sangat rentan terhadap berbagai masalah kesehatan apabila kondisinya kurang gizi. Pada usia ini sangat diperlukan perhatian khusus dari orang tua. Membimbing anak agar menyukai makanan yang sehat dan bergizi adalah peranan penting orang tua. Nutrisi yang baik membantu pertumbuhan yang

4 optimal. Pada masa balita terjadi pertumbuhan fisik maupun mental yang sangat cepat. Menu seimbang seharusnya diberikan sejak bayi sesuai dengan kebutuhannya. Status gizi adalah cerminan dari apa yang dimakan (Irianto dan Kusno, 2007). Orang tua yang telah menanamkan kebiasaan makan yang baik dan bergizi pada usia dini tentunya sangat mudah mengarahkan makanan anak, karena dia telah mengenal makanan yang baik. Apalagi jika di sekolah diarahkan pula oleh gurunya dengan praktik makan makanan yang bergizi setiap minggunya. Hal ini sangat menguntungkan karena seandainya ada anak yang susuah makan, dengan petunjuk guru tentunya anak akan mengikuti. Oleh karena itu, adanya program Pemberian Makanan Tambahan yang diadakan oleh TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan dirasa sangat baik dilaksanakan sebagai modal dasar supaya anak mau diarahkan pada gizi yang baik. Berdasarkan Permendagri nomor 18 tahun 2011, Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah yang selanjutnya disingkat PMT-AS adalah kegiatan pemberian makanan kepada peserta didik dalam bentuk jajanan/kudapan atau makanan lengkap yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya, dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Tujuan PMT ini sendiri adalah untuk meningkatkan kecukupan asupan gizi peserta didik melalui makanan tambahan dan meningkatkan ketahanan fisik dan kehadiran peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar. Penanaman perilaku hidup sehat sangat baik jika dimulai dari usia dini. Dengan adanya program PMT di TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten

5 Asahan diharapkan dapat mengenalkan makanan sehat kepada peserta didik dan menyukainya, serta tata cara makan yang baik. Perilaku hidup sehat anak mulai terbentuk dari lingkungan rumah, sekolah, dan sekitarnya. Dari data pengukuran tinggi badan dan berat badan siswa-siswi TK Tunas Buana pada anak baru masuk sekolah yang dilakukan oleh guru TK Tunas Buana terhadap 22 siswanya yang hadir pada saat pengukuran, diketahui bahwa siswa dalam kategori kurus adalah 18,17% (4 siswa), terdiri dari 13,63% (3 siswa) kurus dan 4,54% (1 siswa) sangat kurus. Anak yang status gizinya berada dalam kategori kurus kemungkinan karena asupan gizinya yang tidak terpenuhi. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan ada 24,4% anak balita yang konsumsi energinya dalam kategori defisit (<70% AKG). Dari hasil food recall saat survei pendahuluan pada 6 orang ibu dari siswa-siswi TK Tunas Buana, 5 siswa mengonsumsi energi dibawah 80% AKG dan 3 siswa mengonsumsi protein dibawah 80% AKG. Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung energi dan protein dapat menjadi penyebab langsung dari masalah gizi Kurang Energi Protein (KEP). Harapannya dengan adanya program penyediaan makanan tambahan di TK Tunas Buana ini dapat membantu orang tua dan anak untuk meningkatkan konsumsi makan anak. TK Tunas Buana ini sudah melaksanakan program Penyediaan Makanan Tambahan secara mandiri dan berkelanjutan sejak sekitar 20 tahun lalu sampai dengan sekarang. Dananya berasal dari uang sekolah siswa-siswi TK Tunas Buana setiap bulannya dan dilaksanakan satu kali seminggu yaitu setiap hari Sabtu. Jenis makanan yang biasanya diberikan adalah bubur kacang hijau, nasi

6 goreng, nasi sop ayam, mie goreng dan beberapa jenis makanan lainnya dalam porsi kecil. Makanan tambahan yang diberikan diolah oleh guru TK Tunas Buana tersebut. Untuk cita rasa makanan tambahan, siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja mengaku menyukai makanan yang diberikan pihak sekolah. Hal ini juga dapat diketahui karena sebagian besar anak menghabiskan makanannya dan hanya sedikitnya makanan yang tersisa setelah pemberian makanan tambahan. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pola konsumsi dan kontribusi pemberian makanan tambahan di TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan karena TK ini sudah sekitar 20 tahun terakhir melaksanakan pemberian makanan tambahan namun dari survei pendahuluan yang dilakukan sebelumnya, masih ada siswa-siswi yang konsumsi energi dan proteinnya dibawah 80% AKG, juga belum pernah diadakan penelitian sebelumnya tentang bagaimana pemberian makanan tambahan ini berkontribusi terhadap tingkat kecukupan energi dan protein harian siswa-siswi di TK tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola konsumsi dan makanan tambahan yang diberikan pada siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan berkontribusi terhadap tingkat kecukupan energi dan protein harian.

7 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum Untuk mengetahui pola konsumsi dan kontribusi makanan tambahan terhadap tingkat kecukupan energi dan protein pada siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan. 1.3.2. Tujuan khusus 1. Mengetahui konsumsi energi siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan dari makanan di rumah. 2. Mengetahui konsumsi protein siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan dari konsumsi makanan di rumah. 3. Mengetahui konsumsi energi siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan dari makanan tambahan. 4. Mengetahui konsumsi protein siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan dari makanan tambahan. 5. Mengetahui kontribusi makanan tambahan terhadap kecukupan energi dan protein harian siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai refrensi keilmuan mengenai gizi kesehatan masyarakat, khususnya mengenai penyediaan makanan tambahan dan kontribusinya pada anak Taman Kanak-kanak.

8 2. Sebagai bahan untuk memperkaya informasi yang ada di TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan mengenai kegiatan pemberian makanan tambahan.