BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resistensi terhadap antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami yang dipercepat oleh penggunaan obat-obatan antibiotik (WHO, 2014). Spesies yang resisten lalu bertahan hidup dan berkembang biak. Resistensi terhadap antimikroba dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu resistensi antibiotik, resistensi antifungal, resistensi antivirus, dan resistensi antiparasit. Namun, resistensi antibiotik memiliki ancaman yang berbeda sehingga mendapatkan fokus yang lebih besar dalam penanganannya dibanding resistensi lain. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal di bawah ini (Amabile- Cuevas, 2010) 1. Penyalahgunaan antibiotik lebih sering terjadi dibanding penyalahgunaan antivirus atau antijamur. 2. Bakteri mampu berevolusi sangat cepat sehingga resistensi bakteri juga lebih cepat berkembang. 1
2 3. Populasi bakteri di dunia sangat besar. Jauh lebih besar dibanding populasi organisme lainnya. Akibatnya, banyak spesies bakteri yang sering terpapar beberapa jenis antibiotik dan akhirnya menyebabkan resistensi. 4. Jumlah penyakit yang disebabkan bakteri lebih banyak dibanding yang disebabkan virus, jamur, atau organisme lain. Hal ini juga meningkatkan paparan suatu spesies terhadap beberapa antibiotik. Resistensi antibiotik adalah masalah baru dunia (CDC, 2013). Sampai saat ini telah banyak bakteri yang menunjukkan resistensi.bahkan, tidak sedikit pula yang menunjukkan pola multi-drug resistance (MDR), yaitu pola resistensi terhadap beberapa jenis antibiotik (Levinson& Jawetz, 2003). Para pemimpin kesehatan dunia menyebut bahwa bakteri resisten adalah sebuah mimpi buruk (nightmare bacteria) yang dapat membawa umat manusia di seluruh dunia kepada sebuah bencana, terutama dalam hal pembiayaan kesehataan, selain memburuknya luaran pasien tentunya. Pada banyak kasus, infeksi bakteri resisten membutuhkan perawatan yang lebih lama dan lebih mahal, sehingga lama hospitalisasi
3 menjadi lebih panjang dan angka kematian meningkat (CDC, 2013). Salah satu bakteri yang telah banyak menunjukkan perkembangan resistensi adalah Staphylococcus epidermidis.bahkan, angka methicillin-resistence S. epidermidis (MRSE) telah mencapai 75%-90%, lebih tinggi dari methicillin-resistence S. aureus (MRSA)yang hanya mencapai 60% (Otto, 2009). MRSA sendiri merupakan bakteri resisten yang telah cukup banyak menyebabkan kematian (Klein & Smith, 2007). Dengan pilihan pengobatan yang sudah mulai habis, usaha eradikasi S. epidermidis semakin sulit. Hal ini menyebabkan biaya yang dikeluarkan akan semakin besar. Bahkan, di Amerika Serikat saja tercatat bahwa biaya yang dihasilkan oleh bakteremia S. epidermidis akibat pemasangan kateter vaskuler diperkirakan mencapai USD 2 miliar setiap tahunnya (WHO, 2014; Otto, 2009). Carlos F. Amabile-Cuevas (Amabile-Cuevas, 2010) dalam Global Perspectives of Antibiotic Resistance, menyebutkan bahwa masalah resistensi antibiotik tidak melihat batas dan tanpa disadari telah menembus batas negara bahkan benua. Selain berkembang di Amerika Serikat dan negara maju lainnya, arus globalisasi dan
4 kemajuan alat transportasi membuat penyebaran bakteri resisten ke negara berkembang semakin meningkat dan mengkhawatirkan.surveilans dan prevensi penyebaran resistensi sangat dibutuhkan karena merupakan kunci untuk menentukan aksi dan strategi dalam kesehatan masyarakat (WHO, 2014; Sosa et al, 2010). Oleh karena itu, dibutuhkan studi tentang pola kepekaan antibiotik terhadap S. epidermidis. Pola kepekaan antibiotik yang diperoleh nanti diharapkan dapat menjadi acuan dalam penanganan infeksi S. epidermidis sehingga penanganan dan menjadi lebih efektif dan efisien (Refdanita et al, 2004). B. Rumusan Masalah Bagaimanakah pola kepekaan S. epidermidis terhadap berbagai kelas antibiotik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan September 2012 hingga Agustus 2013? C. Tujuan Penelitian I. Tujuan umum Mengetahui pola kepekaan S. epidermidis terhadap berbagai kelas antibiotik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
5 II. Tujuan khusus 1. Mengetahui kepekaan S. epidermidis terhadap antibiotik dari kelas Aminoglikosida di RSUP Dr. 2. Mengetahui kepekaan S. epidermidis terhadap antibiotik dari kelas Fluorokuinolon di RSUP Dr. 3. Mengetahui kepekaan S. epidermidis terhadap antibiotik dari kelas Karbapenem di RSUP Dr. 4. Mengetahui kepekaan S. epidermidis terhadap antibiotik dari kelas Kloramfenikol di RSUP Dr. 5. Mengetahui kepekaan S. epidermidis terhadap antibiotik dari kelas Makrolida di RSUP Dr. 6. Mengetahui kepekaan S. epidermidis terhadap antibiotik dari kelas Penisilin di RSUP Dr. 7. Mengetahui kepekaan S. epidermidis terhadap antibiotik dari kelas Sefalosporin di RSUP Dr.
6 8. Mengetahui kepekaan S. epidermidis terhadap antibiotik dari kelas Tetrasiklin di RSUP Dr. D. Keaslian Penelitian Tabel 1. Daftar penelitian sebelumnya No Judul Peneliti Tahun Desain Hasil 1. Pola Refdanit 2004 Retro- Isolat S. Kepekaan a, spektif epidermidis Kuman Maksum yang diuji terhadap R, memiliki Antibiotik Nurgani kepekaa di Ruang A, tertinggi Rawat Endang P berturut- Intensif turut Rumah terhadap Sakit kanamisin, Fatmawati netilmisin, Jakarta tobramisin Tahun sefotaksim, 2001-2002 seftizoksim, amoksisiliasam
7 klavulanat, dan kotrimoksazo l. Resistensi tertinggi berturutturut pada ampisilin, amoksisilin, penisilin G, tetrasiklin, da kloramfeniko l. Tabel 1 Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda dalam waktu, jenis antibiotik, dan tempat penelitian. Peneliti menggunakan antibiotik amikasin, levofloksasin, siprofloksasin, meropenem, kloramfenikol, eritromisin, ampisilin, penisilin, kombinasi ampisilin dan sulbaktam, kombinasi amoksilin dan asam klavulanik, sefaleksin, sefamandol,
8 seftriakson, sefepim, tetrasiklin, dan kloksasiln serta melakukan penelitian di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. E. Manfaat Penelitian Pasien: Pelayanan kepada pasien dengan infeksi S. epidermidis akan lebih baik dengan mendapatkan terapi antibiotik yang lebih efektif dan efisien. Klinisi: Hasil pola kepekaan S. epidermidis terhadap antibiotik dari penelitian ini dapat digunakan oleh klinisi sebagai acuan dalam penanganan kasus infeksi S. epidermidis. Peneliti: Peneliti dapat mengetahui pola kepekaan S. epidermidis terhadap antibiotik. Peneliti juga mendapat pengalaman dalam penyusunan karya tulis/skripsi.