Jurnal Politik Muda, Vol. 3 No. 3, Agustus-Desember 2014,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan,

RILIS SURVEI ELEKTABILITAS CALON GUBERNUR WAKIL GUBERNUR JAWA TIMUR 2018

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

(Perilaku Politik Eelit & Hubungan Kyai - Santri) Dukungan Politik Pondok Pesantren Mambaul Ma arif Denanyar Jombang Terhadap Pilgub Jatim 2013

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

Pelembagaan Partai Kebangkitan Bangsa Studi Kasus Kemerosotan Suara Pada Pemilihan Umum Tahun 2009 di Jawa Timur 1

Dinamika Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Wilayah Jawa Timur Dalam Pemilihan Umum Gubernur Jawa Timur 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok

Materi Bahasan. n Definisi Partai Politik. n Fungsi Partai Politik. n Sistem Kepartaian. n Aspek Penting dalam Sistem Kepartaian.

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang

PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

Dinamika Politik Internal Partai Kebangkitan Bangsa dalam Proses Penentuan Kandidat Calon Wakil Bupati Sidoarjo 2015

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

I. PENDAHULUAN. mencetak pemimpin yang berkualitas. Menurut Agustino (2009: 104) salah

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

I. PENDAHULUAN. pandangan mengenai nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Salah satu indikator

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

Peran Strategis Komisi Pemilihan Umum dalam Pelaksanaan Pemilu

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

Pelembagaan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan): Studi Kasus Kandidasi Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Malang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi, masyarakat berubah menjadi relatif demokratis. Mereka

I. PENDAHULUAN. Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada. terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern.

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan sarana pelaksanaan

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

Headline Berita Hari Ini Periode: 16/10/2017 Tanggal terbit: 16/10/2017

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

POLA REKRUTMEN CALON GUBERNUR SUMATERA UTARA TAHUN PADA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN SUMATERA UTARA OLEH: Leo Agustinus Hutagalung

IMPLIKASI HUKUM KOALISI PARTAI POLITIK DALAM MEMBENTUK PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah

POLA PENJARINGAN PARTAI GOLKAR TERHADAP BAKAL CALON WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA UNTUK PEMILUKADA KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2012

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. diperuntukkan untuk rakyat. Pemilihan umum merupakan bagian dari

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

Pecah Kongsi Pertahana Dalam Pencalonan Kepala Daerah Di Pilkada Kabupaten Mojokerto Pratiwi Fajriyah

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR: 18/Kpts/KPU-Prov-014/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

Universitas Sumatera Utara

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

ROBBY ANDRE / / 2EA26 TUGAS III. Disini saya akan coba untuk menjelaskan dan menggambarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.

Konflik di DPP PKB (Studi Tentang Ada Tidaknya Dampak Konflik Di DPC PKB Kota Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi memegang peran penting menurut porsinya masing-masing.

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

V. PENUTUP. seterusnya. Partai NasDem sebagai satu-satunya partai baru yang dinyatakan

Tjhai Chui Mie, Perempuan Tionghoa, Calon Walikota Singkawang Pilihan PDIP

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

yang mungkin selama ini belum banyak yang membaca pertarungan wacana semacam ini sebagai sebuah fenomena politis. Kontribusi Teoritik

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bukti nyata bahwa Negara dengan sistem demokrasi yang baik itu

I. PENDAHULUAN. dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Penelitian tentang pemilihan Kepala Daerah telah menjadi tema menarik dalam

PILKADA lewat DPRD?

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

PARTISIPASI POLITIK ANGGOTA SYARIKAT ISLAM BANJARNEGARA DALAM PILKADA KABUPATEN BANJARNEGARA 2017

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

PECAH KONGSI BUPATI DAN WAKIL BUPATI INCUMBENT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI SIDOARJO

Transkripsi:

319 DINAMIKA PROSES KANDIDASI CALON GUBERNUR PKB PADA PILGUB JAWA TIMUR 2013 Studi Deskriptif Tentang Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan Dukungan Antara Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz PKB Dalam Pilkada Jatim 2013 Revol Afkar (071013003) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kandidasi Calon Gubernur Jawa Timur yang dilakukan oleh PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz. Seperti yang diketahui bahwa PKB mewacanakan akan mengusung calon Gubernur yang merupakan kader NU (Nahdlatul Ulama) karena Jawa Timur merupakan representasi dari ormas Islam terbesar di Indonesia. Oleh karena itu saat penjaringan bakal calon munculah dua nama, yaitu Khofifah Indar Parawansa dan Saifullah Yusuf karena keduanya merupakan kader NU. Khofifah kemudian menjadi calon yang diusung setelah melalui berbagai tahapan yang dilakukan oleh PKB untuk kemudian memberinya rekomendasi sebagai calon Gubernur Jawa Timur menyisihkan Saifullah Yusuf yang pada akhirnya memilih untuk kembali menjadi calon Wakil Gubernur dari Soekarwo. Permasalahan ini menarik diteliti karena telah diketahui bahwa PKB merupakan partai yang akrab dengan konflik internal sejak didirikan pada 1998 dan puncaknya pada 2008 ketika PKB terpecah menjadi dua kubu. Perbedaan dukungan antara Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz ini tentu ini mengingatkan pada kejadian tersebut dimana dukungan PKB dalam pilgub ini juga terbelah menjadi dua antara kedua Dewan tersebut. Hasil penelitian yang didapat dengan melalui metode kualitatif menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor yang menyebabkan tejadinya perbedaan dukungan. Pertama, proses penentuan Khofifah sebagai calon Gubernur dianggap sepihak karena Dewan Syuro merasa tidak dilibatkan oleh Dewan Tanfidz dalam proses tersebut. Kedua, pragmatisme politik Dewan Syuro dimana Elit Dewan Syuro yang mendukung pasangan Karsa dengan berdasarkan hasil survei pra-pilgub. Sehingga mengindikasikan terdapat kepentingan politik yang berusaha dicapai oleh Dewan Syuro melalui politik transaksional. Ketiga adalah lunturnya kharisma Elit Dewan Syuro sebagai struktural tertinggi Elit partai yang membuat pandangannya tidak lagi berpengaruh dalam pembuatan kebijakan partai. Kata kunci: Elit, Pilgub, Proses politik Abstract This study aims to describe how the candidacy East Java Governor candidate conducted by PKB (National Awakening Party). This study focused on the factors that cause the difference in support between the Advisory Board and the Organizer Board. As it is known that PKB desire be carrying candidates for governor who is a cadre NU (Nahdlatul Ulama) for East Java is a representation of the largest Islamic organizations in Indonesia. Therefore, when comes the candidates of the two names, namely Khofifah Indar

Parawansa and Saifullah Yusuf as both an NU cadres. Khofifah then be promoted candidates after going through the various steps being taken by PKB to then give him advice as a candidate for Governor of East Java, Saifullah Yusuf set aside and ultimately chose to back a candidate for Vice-Governor of Soekarwo. This problem is an interesting study because it has been known that PKB is a party that is familiar with the internal conflict since it was founded in 1998 and its peak in 2008 when PKB was split into the two sides. The difference in support between the Advisory Board and the Organizer Board This is certainly reminiscent of the incident in which the support of PKB in this Governor Election also split into two between the two Boards. Research results obtained through qualitative methods shows that there are three that cause differences occured support. First, the process of determining Khofifah as a candidate for governor is considered a unilateral advisory board felt excluded by the Organizer Board in the process. Second, political pragmatism where Advisory Board Elite supporting the Karsa pair based on a survey of pre-election of Governor. So that indicates there is a political interest in trying to achieve political Advisory Board through transactional. Third is the decrease of charisma Advisory Board Elite as the highest structural Elites party which makes his views are no longer influential in policy-making party. 320 Keyword: Elite, Elections of Governor, Political Process Pendahuluan Dalam pengajuan calon Kepala Daerah, tentu terdapat proses dan mekanisme internal dalam penjaringan kandidat yang dimiliki oleh tiap-tiap partai politik untuk menentukan bagaimana kriteria para kandidat hingga keluarnya keputusan partai politik berupa dukungan atau rekomendasi yang diberikan partai politik terhadap calon Kepala Daerah. Namun sepertinya mekanisme seperti ini tidak berjalan lancar bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur yang dihelat pada Agustus 2013 lalu. Sebab, faktanya terjadi perbedaan dukungan dalam structural partai tersebut dalam memberikan dukungan terhadap Calon Gubernur (Cagub). Sebagai partai politik yang dianggap dominan di Jatim, dukungan partai dengan warna ciri khas hijau ini memang sejak awal diperebutkan oleh dua orang bakal cagub Jatim, yaitu Gus Ipul yang saat itu selaku wagub, serta Khofifah yang dalam pilgub 2008 juga maju sebagai cagub. Kedua kader Nahdlatul Ulama (NU) tersebut berebut untuk mendapatkan hati PKB sebagai kendaraan untuk maju dalam pilgub Jatim. Namun setelah berbagai komunikasi politik dan seleksi oleh PKB, maka akhirnya dukungan di berikan terhadap Khofifah. Gus Ipul yang sebelumnya berpasangan dengan Soekarwo akhirnya dipastikan rujuk dan kembali berduet dengan ketua DPD partai Demokrat Jatim tersebut. Dunia politik tidak bisa terlepas dari persaingan, terutama di dalam era yang dipenuhi persaingan macam sekarang ini. Dalam dunia politik, persaingan dapat terjadi dalam banyak hal, termasuk dalam bersaing berebut dukungan partai politik oleh beberapa Cagub seperti

321 yang dialami oleh PKB yang diperebutkan oleh dua cagub. Sebagaimana diketahui antara Dewan Tanfidz dan Dewan Syuro terdapat perbedaan pendapat dimana jajaran Dewan Syuro baik di Dewan Pengurus Pusat (DPP) maupun di Dewan Pengurus Wilayah (DPW) memberikan dukungan terhadap pasangan Cagub-Cawagub Soekarwo dan Saifullah Yusuf yang notabene diusung Partai Demokrat serta sembilan parpol parlemen dan 20 parpol nonparlemen. Sedangkan dari jajaran Dewan Tanfidz memberikan rekomendasi terhadap pasangan Cagub-Cawagub Khofifah Indar Parawansa dan Herman S yang hanya mendapat tambahan dukungan dari empat parpol non-parlemen. Meskipun secara administrasi dukungan atau rekomendasi PKB mengarah pada pasangan Khofifah-Herman S, tetapi secara de facto dengan pendeklarasian oleh Dewan Syuro yang mendukung pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf tentu hal tersebut tentu dapat memecah dukungan oleh massa PKB yang berimbas pada kurang signifikannya suara PKB pada pilgub jatim 2013 lalu. Sebab, tidak dapat dipungkiri bahwa kebesaran PKB sampai saat ini khususnya di jatim tidak lepas dari peran kiai-kiai dan ulama dari NU yang notabene merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia dan mempunyai jamaah luar biasa banyak khususnya di Jawa Timur, sekaligus merupakan organisasi yang membidani langsung berdirinya partai politik yang identik dengan Gus Dur tersebut. Sedangkan Dewan Syuro PKB biasanya diisi oleh kiai atau ulama NU yang mampu memberikan nasihat dan menjadi panutan bagi masyarakat. Disisi lain, budaya NU dimana seorang tokoh kiai atau ulama sangat dihormati, disegani dan dipatuhi oleh santrinya maupun masyarakat sangat kuat. Sehingga dengan pecahnya dukungan antara Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz tersebut, tentu akan berpengaruh terhadap dukungan yang diberikan oleh masyarakat NU terhadap PKB. Oleh karena itu PKB diharuskan tetap menjaga hubungan baik dengan NU selaku orang tua yang melahirkan PKB. Sebab PKB lahir karena keinginan kuat warga nahdliyin yang ingin mencari wadah untuk meyalurkan aspirasi lewat politik. Pergelaran Pigub Jatim kali ini tidak lepas dari intrik-intrik politik yang mewarnai pesta demokrasi di jatim tersebut. Dari empat Cagub yang mengikuti hajatan pilgub tersebut, pendaftaran pasangan Khofifah-Herman S menimbulkan kontroversi karena dukungan ganda yang diberikan oleh partai politik pendukungnya. Kontroversi tersebut sampai harus diselesaikan melalui sidang yang berujung pada skorsing beberapa komisioner Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) jatim oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).

322 Pilgub Jatim 2013 yang telah usai beberapa bulan lalu kembali menciptakan persaingan antar dua rival terdahulu dalam pelaksanaanya meskipun tidak sedahsyat 2008 yang berlangsung hingga dua putaran. Kembali bersaingnya dua calon yang meraih dua suara terbanyak pada pilgub 2008 yaitu Soekarwo dan Khofifah menjadi daya tarik tersendiri, sebab pada pilgub 2013 lalu keduanya kembali menjadi dua peraih suara terbanyak. Berdasarkan hasil dari rekapitulasi suara KPUD Jatim di seluruh Kota dan Kabupaten, pasangan incumbent Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) tampil sebagai pemenang d engan memperoleh 8.195.816 suara atau 47,25 persen. Sedangkan calon yang diusung PKB Khofifah Indar Parawansa-Herman S Sumawiredja (Berkah) harus puas menjadi runner-up dengan meraih suara 6.525.015 suara atau 37,62 persen. Sedangkan pasangan lain yaitu Pasangan Bambang DH-Said Abdullah (Jempol) yang diusung PDIP, menempati urutan ketiga dengan raihan suara 2.200.069 suara atau 12,69 persen dan diikuti Pasangan perseorangan Eggi Sudjana-M Sihat (Beres) menempati urutan buncit dengan memperoleh suara 422.932 suara atau 2,44 persen. Didalam politik perbedaan pendapat atau perbedaan dukungan merupakan hal yang wajar terjadi, namun apabila hal tersebut terjadi di dalam internal partai terutama terjadi ketika pemberian rekomendasi terhadap salah satu calon gubernur tentu ini akan berdampak pada persiapan partai tersebut dalam menyongsong hajatan pesta demokrasi terbesar di jatim tersebut. Banyak isu yang dibangun oleh media terkait dengan penyebab pecahnya dukungan Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz. Jajaran Dewan Syuro Jatim menganggap Dewan Tanfidz baik DPP atau DPW Jatim tidak pernah memusyawarahkan dan berkomunikasi dengan jajaran Dewan Syuro tentang dukungan yang akan diberikan kepada Khofifah, sehingga mereka kecewa dan melakukan manuver politik yang berlawanan. Selain karena kekecewaan tersebut, jajaran Pengurus Dewan Syuro khususnya K.H Azis Mansyur selaku ketua Dewan Syuro dalam wawancaranya dibeberapa media menganggap Karsa mampu meneruskan perjuangan para Kyai. Namun yang perlu disorot adalah proses bagaimana Khofifah dapat didukung oleh Dewan Tanfidz PKB dan Soekarwo bisa mendapatkan hati para elite Dewan Syuro. Perbedaan pendapat antara Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz yang terjadi di PKB bukanlah yang pertama, sejak didirikan tahun 1998 hingga sekarang PKB tidak pernah lepas dari konflik internal, khususnya yang melibatkan Dewan Syuro dan Dewan Syuro. Puncaknya konflik internal terbesar PKB terjadi pada tahun 2008 dimana partai yang berlambang bola dunia ini terpecah menjadi dua kubu, yaitu kubu Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan kubu Muhaimin Iskandar. Bahkan saat itu sempat terjadi dua Muktamar Luar Biasa

323 (MLB) antar dua kubu yang harus diselesaikan di Pengadilan Negeri untuk mengetahui PKB dari kubu mana yang sah. Dengan berbagai konflik internal yang pernah melanda, seharusnya partai sekelas PKB mampu lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan dukungan antara Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz karena partai politik tersebut berkali-kali mengalami konflik serupa dan mampu melewatinya dan terbukti survive, khususnya di Jawa Timur. Dari Fenomena tersebut peneliti tertarik untuk mengungkap permasalahan yang terjadi antara Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz PKB saat Pilgub jatim 2013 lalu. Bagaimana pengelolaan konflik dan pencarian solusi yang dilakukan oleh PKB. Fenomena ini juga semakin menarik diteliti ketika muncul indikasi bahwa ini merupakan salah satu strategi PKB dalam pilgub kali ini, sehingga muncul pertanyaan apakah ini merupakan strategi yang diterapkan para elite PKB untuk bermain politik dua kaki ataukah memang terdapat fiksi-fiksi dalam internal PKB yang sengaja bermain untuk sekedar kepentingan pribadi individu. Sehingga yang menjadi focus utama dalam penelitian ini adalah bagaimana proses dan mekanisme politik yang terjadi dalam internal PKB sehingga membuat dukungan yang diberikan PKB terbelah kepada dua Cagub. Dari Fenomena yang dijelaskan tersebut, maka dapat dirumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Mengapa terjadi perbedaan dukungan antara Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz PKB dalam Pilkada Jawa Timur? 2. Bagaimana Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz PKB Jatim memandang perbedaan dukungan yang terjadi? Teori Elit Pareto mengemukakan bahwa masyarakat terdiri dari 2 kelas, yaitu: (1) lapisan kelas atas, atau elit, yang terbagi ke dalam elit yang memerintah ( governing elite) dan elit yang tidak memerintah (non-governing elite), (2) lapisan yang lebih rendah, yaitu non-elit. Mosca juga memberikan penjelaskan serupa dengan Pareto, dan menambahkan bahwa terdapat pergantian elit. Karakteristik yang membedakan elit adalah kecakapan untuk memimpin dan menjalankan kontrol politik, sekali kelas yang memerintah tersebut kehilangan kecakapannya dan orang-orang diluar kelas tersebut menunjukkan kecakapan yang lebih baik, maka terdapat segala kemungkinan bahwa kelas yang berkuasa akan dijatuhkan dan digantikan oleh kelas penguasa yang baru.

324 Didalam teori elit terdapat elit penentu yang merupakan para spesialis istimewa. Seleksi atas dasar kompetensi peseorangan mencakup pula penyingkiran yang tidak kompeten. Berdasarkan analisa elit Putnan dan Suzanne Keller, yang dimaksud elit penentu, alternatifnya adalah: (1) orang yang menduduki posisi puncak dalam suatu organisasi; (2) orang yang memiliki pengaruh dan reputasi besar dalam organisasi dibanding orang lain; (3) orang yang memiliki kontribusi besar dalam pengambilan keputusan dalam organisasi. Namun jika ditemukan dalam suatu organisasi seorang individu tidak dalam posisi puncak namun reputasi dan kemampuan mengambil keputusan lebih besar dibanding orang lain termasuk orang yang sebenarnya menduduki puncak maka orang ini disebut orang kuat (strongmen), sementara yang menduduki posisi tetapi kekuasaannya dibawah bayang-bayang orang kuat disebut elit boneka (toy of elite). Dalam dinamika partai politik, orang kuat seperti ini pasti ditemukan dimana ia secara kualitas pribadi individu mampu menentukan arah dan kebijakan partai. Suzane Keller menyebutnya sebagai elit penentu. Orang kuat partai ini bahkan mampu menerobos ketentuan partai dan menentukan kebijakan partai karena memiliki kelebihan dan kapasitas yang lebih diatas pengurus lainnya. Orang kuat partai dapat menguasai dan mengendalikan partai bukan karena aturan partai yang dibuat untuk mengaturnya tetapi mereka menempati posisi penting dan memastikan alokasi sumber-sumber kekuasaan di partai karena reputasi dan kapasitas yang dimiliki. Proses Politik Miriam Budiardjo, dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik, menjelaskan bahwa proses politik adalah pola-pola politik yang dibuat oleh manusia dalam mengatur hubungan antara satu sama lain. Proses dalam setiap sistem dapat dijelaskan sebagai input dan output. Input itu sendiri merupakan tuntutan serta aspirasi masyarakat dan juga dukungan dari masyarakat. Input ini kemudian diolah menjadi output, kebijaksanaan, dan keputusankeputusan, yang akan dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Sedangkan Ramlan Surbakti berpandangan bahwa proses politik akan menimbulkan gejala kekuasaan, meskipun hal itu bukan satu-satunya hal. Suatu proses politik, pada intinya adalah penyelesaian konflik yang melibatkan pemerintah. Tahapan proses ini adalah politisasi dan/atau koalisi, pembuatan keputusan serta pelaksanaan dan integrasi. David Easton dalam teori sistem politik-nya menyebutkan bahwa system politik saling terkait dengan proses politik, authoritative decision diambil dan dilaksanakan untuk masyarakat. Didalam system itu terdapat aktivitas yang interrelated, artinya satu dengan yang

325 lain saling berhubungan dan membentuk suatu proses (proses, juga istilah ilmu administrasi). Dalam sistem politik disebut juga proses politik. Dari beberapa penjelasan dari ilmuwan politik yang menjelaskan tentang proses politik, maka dapat disimpulkan bahwa Pokok dari politik adalah upaya untuk mencapai tujuan, dan untuk mencapainya harus ada proses yang dilewati yang kemudian disebut sebagai proses politik. Secara garis besar, proses politik adalah semua interaksi yang terjadi dalam sebuah sistem politik. Proses politik dimulai dari adanya tuntutan untuk memenuhi tujuan dan kepentingan politik yang tentunya terdapat instrument untuk memperjuangkan tuntutannya. Proses politik merupakan tahapan setelah adanya input politik dimana proses mencakup serangkaian tindakan pengambilan keputusan, baik oleh perorangan, kelompok, maupun lembaga apapun macam legislatif, eksekutif, maupun yudikatif dan lain-lain dalam rangka memenuhi tujuan atau kepentingannya. Harus diketahui bagaimana input politik itu terbentuk dan bergerak, sebab dinamikanya akan sangat berpengaruh terhadap output politik atau setelah melalui proses politik. Oleh karena itu harus dikenali tenaga-tenaga pembuat atau tenaga pembantu dari input tersebut. Pembahasan Sejak kekalahan telak pasangan PKB Acmady-Suhartono (Achsan) pada Pilkada Jawa Timur 2008 lalu praktis PKB harus segera berbenah agar kejadian serupa tidak terulang pada Pilkada selanjutnya. Oleh karena itu PKB sejak jauh hari melakukan persiapan yang matang dengan melibatkan seluruh strukur mulai dari grassroot hingga jajaran elit PKB. Mereka tidak ingin menuai malu di Jawa Timur yang merupakan basis dari suara PKB. Agar tidak mengulang kesalahan yang sama dalam kandidasi tokoh tersebut, maka PKB mulai melakukan penjajagan dan penjaringan tokoh yang mendekat kepada PKB sebagai bakal calon yang ingin mencalonkan diri lewat partai berlambang bola dunia tersebut. Sejak awal memang muncul wacana bahwa PKB ingin mengusung kader dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) karena memang jatim mayoritas warganya adalah orang NU. Setelah melalui penjaringan dan seleksi tokoh yang dilakukan oleh tim PKB, maka munculah dua nama yang berminat untuk mendaftar menjadi bacagub PKB, yaitu Khofifah yang merupakan ketua PP Muslimat NU dan wagub pasangan incumbent yang juga mantan ketua GP Ansor NU Gus Ipul. Posisi Khofifah sebagai ketua salah satu badan otonom NU, yaitu PP Muslimat, dimanfaatkan dengan baik oleh Khofifah sebagai negosiasi yang diajukan ke PKB. Sebab usahanya menjadi calon Gubernur dari PKB ternyata juga didukung oleh pimpinan muslimat dari berbagai daerah di Jawa Timur sebagai representasi dari keinginan

326 PKB yang ingin mengusung kader NU sebagai calon Gubernur. Hal ini membuat Khofifah mempunyai akses untuk menggerakkan Muslimat di berbagai kota di Jawa Timur untuk mendukungnya sebagai calon Gubernur dari PKB. Khofifah menawarkan kesiapannya untuk mengerahkan massa organisasi yang dipimpinnya yaitu Muslimat untuk mendukung PKB pada Pileg 2014. Hal ini memberikan keuntungan dalam lobi politik yang dilakukannya agar PKB memberikan rekom kepada dirinya untuk maju sebagai Cagub dari PKB. Namun hal ini masih membuat PKB ragu karena PKB menganggap Khofifah tidak mempunyai investor yang mampu menyokong pembiayaan kampanye maupun saat Pilgub. Namun disisi lain PKB juga mempertimbangkan massa Muslimat yang ditawarkan oleh khofifah. Setelah melalui lobi politik yang alot dan desakan dari beberapa pihak seperti kaum Muslimat, PKB akhirnya menurunkan rekom terhadap Khofifah untuk maju sebagai cagub yang diusung PKB dalam Pilgub Jatim 2013. Hal ini merupakan serangkain bentuk proses politik yang melibatkan beberapa pihak yang mempunyai kepentingan politik. Proses politik merupakan tahapan setelah adanya input politik dimana proses mencakup serangkaian tindakan pengambilan keputusan, baik oleh perorangan, kelompok, maupun lembaga apapun macam legislatif, eksekutif, maupun yudikatif dan lain-lain dalam rangka memenuhi tujuan atau kepentingannya. Dengan kata lain proses politik merupakan sebuah pola-pola politik atau dinamika politik dalam upaya untuk mencapai tujuan, atau merupakan seluruh interaksi yang terjadi dalam mekanisme politik. Dinamika proses kandidasi Cagub dalam Pilkada 2013 yang dilakukan oleh PKB ini ternyata juga tidak berjalan mulus seperti yang terjadi ketika proses pengusungan pasangan dari PKB yaitu Achmady dan Suhartono pada Pilgub 2008. Kali ini pengusungan Khofifah diwarnai oleh perbedaan rekomendasi dimana Dewan Syuro memberikan rekomendasi atau dukungan terhadap pasangan rival Khofifah yaitu Soekarwo dan Saifullah Yusuf (Karsa). Sikap Dewan Syuro yang mendukung pasangan Karsa ini tidak lepas dari lobi politik yang dilakukan Gus Ipul terhadap Dewan Syuro ketika bersaing untuk memperebutkan rekom dengan Khofifah. Kedekatan Gus Ipul ini kemudian dimanfaatkan untuk mendapatkan dukungan dari Dewan Syuro PKB melalui lobi-lobi politik setelah ia kembali menjadi wagub Soekarwo. Selain karena kedekatan Gus Ipul dengan Dewan Syuro yang mempengaruhi sikap Dewan Syuro untuk mendukung pasangan Karsa, sikap ini ternyata juga didukung oleh Dewan Tanfidz PKB karena menganggap sikap Dewan Syuro tersebut merupakan sebuah strategi politik tersendiri yang dilakukan agar PKB tetap mempunyai akses terhadap pasangan Karsa.

327 Berdasarkan analisa Putnan dan Suzanne Keller, Dewan Syuro merupakan kategori Elit Penentu sebagai orang kuat partai yang mampu menerobos ketentuan-ketentuan partai. Ini disebabkan oleh jajaran Dewan Syuro yang diisi oleh Kyai dan Ulama NU. Kapasitas Kyai dianggap memiliki kelebihan dan kapasitas yang lebih diatas pengurus lainnya. Tradisi ini mengakar kuat di masyarakat kultural seperti Jawa Timur yang sangat patuh terhadap Kyai karena dianggap sebagai waliyullah. Orang kuat partai dapat menguasai dan mengendalikan partai bukan karena aturan partai yang dibuat untuk mengaturnya tetapi mereka mempunyai kualitas pribadi, menempati posisi penting dan memastikan alokasi sumber-sumber kekuasaan di partai karena reputasi dan kapasitas yang dimiliki. Selain itu, sikap Dewan Syuro yang mendukung pasangan Karsa juga disebabkan oleh beberapa faktor. Yang pertama adalah Dewan Syuro mendukung pasangan Karsa karena dari pihak jajaran Dewan Tanfidz terkesan mengabaikan Dewan Syuro. Dewan Syuro tidak dilibatkan dalam musyawarah proses penentuan calon yang diusung PKB sehingga Dewan Syuro tidak bisa mengutarakan aspirasinya. Hal ini ternyata membuat Dewan Syuro tidak tinggal diam dan mengadakan musyawarah dalam internal Dewan Syuro untuk membahas calon yang didukung PKB dalam Pilgub Jatim. keputusan Dewan Syuro yang mendukung pasangan Karsa merupakan bentuk kekecewaan atas diabaikannya Dewan Syuro oleh dianggap Dewan Tanfidz dalam proses penentuan pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur. Manuver Dewan Syuro merupakan dampak dari proses penentuan calon Gubernur yang sepihak dengan tidak melibatkan seluruh jajaran elit PKB. Ini merupakan resiko dari bentuk struktur partai PKB yang menggunakan Pluralitas Elit. Hal ini akan memicu timbulnya matahari kembar dalam internal. Faktor kedua adalah adanya pragmatisme politik dalam Dewan Syuro. Sikap Dewan Syuro yang mendukung pasangan Karsa dalam Pilgub Jatim tidak hanya di pengaruhi oleh Dewan Tanfidz yang dianggap sepihak dalam proses penentuan calon Gubernur PKB dengan tidak melibatkan Dewan Syuro. Namun terdapat kepentingan politik juga yang membuat Dewan Syuro memberikan rekomendasinya terhadap pasangan Karsa. Kepentingan politik adalah sebuah kepentingan yang bernuansa politik yang ingin dituju atau dicapai seorang individu/kelompok kepentingan yang mengadakan persekutuan. Kepentingan politik ini dapat berupa kepentingan umum atau masyarakat luas ataupun kepentingan untuk kelompok tertentu. Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz yang memiliki pandangan berbeda dalam memberikan dukungan menunjukkan bahwa terdapat kepentingan politik masing yang diusahakan untuk dicapai. Dalam kasus ini faktor Dewan Syuro yang berbeda dukungan dengan Dewan Tanfidz menunjukkan hal itu. Terdapat tawar-menawar politik yang dapat

328 mempengaruhi sikap Dewan Syuro untuk mendukung Karsa. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa Gus Ipul berperan besar dalam mempengaruhi Dewan Syuro berkat kedekatannya dengan KH. Aziz Mansyur. Gus Ipul sebagai kader NU dapat melakukan lobilobi politik ke jajaran Dewan Syuro karena Kyai dan Ulama yang ada di Dewan Syuro tentu merupakan orang NU sehingga terkesan terdapat pengecualian partai dalam hal ini karena dari hal tersebut NU akan mendapatkan sejumlah keuntungan. Namun, yang patut untuk digaris bawahi disini adalah bagaimana proses Dewan Syuro yang mendukung pasangan Karsa yang memunculkan image pragmatis terhadap Dewan Syuro tersebut. Sikap Elit Dewan Syuro yang mendukung Karsa telah mengabaikan ideologis partai demi memenuhi kepentingan politiknya. Sikap pragmatis cenderung menempuh segala cara untuk mencapai kepentingannya dengan mengabaikan prinsip-prinsip kebenaran. Sikap Dewan Syuro yang mendukung pasangan Karsa tersebut juga mengindikasikan politik transaksional yang dilakukan oleh elit Dewan Syuro. Ini ditunjukkan melalui bagaimana keputusan elit Dewan Syuro yang mendukung Karsa bernuansa pragmatis karena hanya berpikir siapapun pasangan yang didukung harus memenangkan Pilgub demi kepentingan dirinya maupun kelompoknya. Tidak dapat dipungkiri bahwa tentu terdapat timbal balik yang dijanjikan oleh pasangan Karsa terhadap jajaran Dewan Syuro seperti yang sudah dijelaskan diatas. Inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor Dewan Syuro mendukung Karsa. Sedangkan faktor yang ketiga adalah lunturnya kharisma Dewan Syuro. Dalam bahasan sebelumya telah menujukkan bahwa sejak awal Dewan Syuro lebih menghendaki Gus Ipul untuk direkom atau didukung PKB dalam perhelatan Pilgub Jatim kali ini. Namun rekom akhirnya turun kepada Khofifah sehingga ini membuat Dewan Syuro merasa diabaikan dan aspirasinya tidak ditampung sehingga ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Dewan Syuro melakukan manuver untuk mendukung pasangan Karsa. Dalam AD/ART partai hasil Muktamar Ancol disebutkan bahwa Dewan Syuro adalah dewan pimpinan partai yang membuat dan menetapkan kebijakan umum partai yang terdiri dari ulama dan para ahli serta mencerminkan representasi daerah. Ini menunjukkan bahwa Dewan Syuro merupakan struktural yang membuat kebijakan umum untuk selanjutnya ditindak lanjuti oleh Dewan Tanfidz melalui perumusan kebijakan strategis partai. Namun agaknya hal ini hanya menjadi sebuah tulisan dalam AD/ART, sebab pada pelaksanaannya saat ini Dewan Syuro hanya berperan untuk memberikan nasihat untuk perumusan kebijakan partai. Hal ini tentu berbeda ketika sebelum terjadinya konflik internal yang terjadi pada 2008 dimana saat itu Dewan Syuro dibawah kepemimpinan almarhum Abdurrahman Wahid

329 (Gus Dur) yang memegang kendali PKB disegala lini, bahkan segala kebijakan partai diputuskan oleh Dewan Syuro. Gus Dur diposisikan sebagai kyai sentral di PKB sehingga ia begitu dominan sehingga perannya sebagai Ketua Dewan Syuro yang saat itu dianggap sebagai elit tertinggi dalam struktural PKB. Ini juga tidak lain merupakan efek Gus Dur sebagai ketua Dewan Syuro saat itu. pengalaman pendidikan Gus Dur yang tinggi membuat Gus Dur menguasai permasalahan politik di dalam maupun diluar negeri, Hal ini membuat Gus Dur dianggap sebagai tokoh yang dipandang mempunyai wawasan yang luas dan memiliki keistimewaan yang luar biasa dan hal itulah yang tidak ada pada diri KH. Aziz Mansyur. Kemudian yang paling utama adalah faktor Gus Dur sebagai pendiri partai yang membuat Gus Dur sangat disegani oleh seluruh jajaran struktural partai. Selain hal tersebut pengalaman Gus Dur yang pernah menjabat sebagai ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) selama 1984 hingga 1999 dan membawa kemajuan pesat bagi NU membuat kepemimpinannya membuktikan dirinya tidak perlu diragukan lagi. Beberapa hal tersebut memang tidak ada dalam sosok ketua Dewan Syuro yang sekarang yaitu KH. Aziz Mansyur sehingga hal inilah yang membuat kharisma Dewan Syuro luntur. Penutup Dalam proses kandidasi calon Gubernur PKB, meskipun akhirnya PKB merekom Khofifah untuk maju, namun ditemukan fakta bahwa pencalonan Khofifah melalui PKB tidak berjalan mulus karena PKB dianggap tidak sepenuh hati untuk mendukung Khofifah. Secara kelembagaan PKB memang merekom Khofifah, tetapi secara de facto PKB tidak maksimal dalam mendukung Khofifah. Ini disebabkan oleh Khofifah yang dianggap minim dana untuk turut serta dalam kontestasi Pilgub Jatim kali ini. Selain itu, antara Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz terjadi perbedaan dukungan dalam Pilgub lalu. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan dukungan diantara Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz dalam mengusung calon Gubernur diantaranya yang pertama adalah kurangnya komunikasi internal pada proses kandidasi pasangan calon Gubernur yang menetapkan pasangan Khofifah-Herman (Berkah), sehingga dianggap sepihak oleh Dewan Syuro karena elit-elit Dewan Syuro menganggap bahwa mereka tidak dilibatkan dalam proses tersebut yang menyebabkan aspirasinya tidak tertampung. Ini yang membuat elit Dewan Syuro bermanuver untuk mendukung pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) meskipun sebelumnya Dewan Syuro lebih condong kepada Karsa melalui Gus Ipul. Yang kedua adalah pragmatisme politik yang ada dibalik sikap elit Dewan Syuro. Dewan Syuro Keputusan Dewan Syuro yang mendukung pasangan Karsa adalah sebuah sikap yang

330 tidak mencerminkan ideologis partai. Sikap Dewan Syuro tersebut kembali memperlihatkan komitmen yang terkesan hanya setengah-setengah PKB karena pola pikir pragmatis dan bertolak belakang dengan keputusan partai maupun cita-cita partai. Sebab, sikap dukungan elit Dewan Syuro tersebut hanyalah berdasarkan pada survei-survei pra-pilgub yang memenangkan pasangan Karsa. Ini tentu mengindikasikan adanya kepentingan politik pribadi pada elit Dewan Syuro karena pola pragmatisme politik tersebut. Sedangkan faktor yang terakhir adalah karena lunturnya kharisma Dewan Syuro yang membuat perannya sebagai pembuat pedoman umum kebijakan partai tidak berjalan maksimal. Sebagaimana yang diketahui bahwa komposisi elit Dewan Syuro adalah Kyai dan Ulama yang tentu memiliki kharisma dan wibawa, seperti halnya ketika kepemimpinan Gus Dur saat memimpin Dewan Syuro dimana segala kebijakan partai diputuskan oleh beliau. Gus Dur dianggap figur sentral oleh elit partai yang lain. Ini tentu berbeda dengan kondisi saat ini dimana peran Dewan Syuro saat ini hanyalah memberikan pandangan-pandangan terhadap permasalahan yang ada. Daftar Pustaka AD/ART PKB Hasil Muktamar Luar Biasa Ancol 2008 Amal, Ichlasul. 1996. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Firmanzah. 2011. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Bisnis Total dalam Era Globalisasi. Jakarta : Penerbit PT.Gramedia Hikmat, Mahi M. 2010. Komunikasi Politik: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Jackson, Karl D. 1990. Kewibawaan Tradisional, Islam, dan Pemberontakan Kasus Darul Islam Jawa Barat. Jakarta: Grafiti Keller, Suzanne. 1984. Penguasa dan Kelompok Elit: Peranan Elit Penentu dalam Masyarakat Modern. Jakarta: CV Rajawali Nimmo, Dan. 2006. Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Papasi, J.M. 2010. Ilmu Politik: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo

Varma, S.P. 2007. Teori Politik Modern. Jakarta: RajaGrafindo Persada 331 Artikel Jurnal: Jainuri, 2009, Orang Kuat Partai Di Aras Lokal: Blater Versus Lora Dalam Percaturan Politik, Partai Politik. Website: edukasi.kompasiana.com Tugas dan Fungsi Dewan Syuro PKB (diakses 19 Mei 2014) surabaya.okezone.com PKB Sudah Bulat Usung Khofifah di Pilgub Jatim (diakses 28 April 2014) www.dpp-pkb.org Mabda Siyasi PKB (diakses 2 April 2014) www.tempo.co PKB: 90 Persen Khofifah Cagub Jatim 2013 (diakses 28 April 2014)