Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

dokumen-dokumen yang mirip
HIDROSFER Berdasarkan proses perjalanannya, siklus dapat dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut :

HIDROSFER. Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI

HIDROSFER II. Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila

PENGEMBANGAN POTENSI SUMBERDAYA AIR PERMUKAAN

Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu, juga mengkikis bumi, sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air

BAB 5: GEOGRAFI DINAMIKA HIDROSFER

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN I-1

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

07. Bentangalam Fluvial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai

BAB III LANDASAN TEORI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.2. air freatik. air artesis. air fotic. air payau.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: KARAKTERISTIK LAHAN PASUT DAN LEBAK DARI SEGI ASPEK HIDROLOGI.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

HIDROSFER IV. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

Sungai dan Daerah Aliran Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk lahan perumahan, industri sehingga terjadi. penyimpangan guna lahan yang mengakibatkan meluapnya aliran aliran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai untuk area konservasi

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi,

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi

3.1 Metode Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

dasar maupun limpasan, stabilitas aliran dasar sangat ditentukan oleh kualitas

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Jenis Jenis Sumberdaya Alam di Indonesia ( Pertemuan ke-3 )

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Transkripsi:

Stadia Sungai Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Dalam Bahasa Indonesia, kita hanya mengenal satu kata sungai. Sedangkan dalam Bahasa Inggris dikenal kata stream dan river. Kata stream dipergunakan untuk menyebutkan sungai kecil, sedang river untuk menyebutkan sungai besar. Daerah Aliran Sungai (DAS) Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan mengalir di permukaan bumi dan kemudian masuk ke dalam alur sungai dan mengalir sebagai aliran sungai. Kawasan di permukaan bumi yang bila turun hujan air itu masuk ke suatu aliran sungai tertentu disebut sebagai Daerah Aliran Sungai atau dikenal sebagai DAS. Jadi, besar atau kecilnya debit air sungai, selain ditentukan oleh tingginya curah hujan juga ditentukan oleh luas DAS. Struktur Aliran Sungai Aliran sungai di suatu kawasan atau di dalam DAS dapat kita umpamakan seperti sebatang pohon. Sungai utama sebanding dengan batang pohon, dan anak-anak sungai sebanding dengan cabang-cabang pohon dan rantingnya. Ibarat sebatang pohon, makin besar sungai itu, maka makin banyak pula anak-anak sungai yang mengalirkan aliran airnya ke dalam sungai utama. Pada sistem aliran sungai, cabang sungai yang paling luar atau yang terjauh dari sungai induk disebut sengan sungai orde satu. Pertemuan antara dua sungai orde satu menghasilkan sungai orde dua dan seterusnya sampai ke sungai induk. Jadi, makin besar sebuah sungai berarti makin banyak cabang dan anak-anak sungainya. Dengan demikian pula dengan debit sungai, makin banyak cabang atau anak sungai, maka makin besar pula debit sungai induknya. Sungai dan Banjir Aliran sungai sangat erat hubungannya dengan banjir. Banjir di sekitar aliran sungai, seperti yang terjadi di Australia dalam bulan Januari ini, terjadi karena volume air termukaan yang masuk ke dalam aliran sungai melebihi kapasitas alur sungai untuk menampungnya. Aliran sungai dimulai dari daerah yang lebih tinggi di kawasan pegunungan atau perbukitan dan berakhir di kawasan pesisir atau tepi pantai. Daerah tempat aliran sungai berawal disebut sebagai bagian hulu sungai, dan daerah tempat aliran sungai berakhir disebut sebagai bagian hilir. Di antara kedua daerah tersebut terdapat daerah pertengahan yang merupakan daerah transisi. Jadi, dalam kondisi ideal, daerah aliran sungai dapat dibedakan menjadi bagian hulu, bagian hilir dan bagian pertengahan. Berdasarkan kondisi fisiknya, sungai terbagi menjadi 3 yaitu :

1. Bagian hulu, pada kondisi hulu aliran air deras, batu-batuan juga besar dan erosi yang terjadi adalah erosi vertikal ke bawah (air terjun). Daerah hulu adalah daerah awal aliran sungai, dan berada di daerah pegunungan atau perbukitan. Sungai-sungai di daerah hulu memiliki ciriciri antara lain : o Memiliki lembah sungai berbentuk V. o Debit airnya relatif kecil dan sangat dipengaruhi oleh curah hujan. o Kondisi dasar sungai berbatu-batu. o Erosi oleh aliran air sungai terutama terjadi ke arah vertikal (aliran air sungai mengerosi dasar sungai). o Aliran sungai mengalir di atas batuan induk (country rocks). o Aliran sungai mengerosi batuan induk. o o Aliran sungai cenderung relatif lurus. Tidak pernah terjadi banjir (air sungai yang meluap) karena air segera mengalir ke hilir. 2. Bagian tengah, pada bagian ini aliran air sudah agak tenang, batu-batuan juga sudah tidak besar lagi dan erosi yang terjadi ke samping/horizontal. 3. Pada bagian hilir, pada bagian ini aliran air sudah tenang, batu-batuan juga sudah berubah menjadi kental/pasir dan sudah jarang terjadi erosi. Daerah hilir adalah daerah akhir aliran sungai, dan di dataran rendah tepi pantai. Sungai-sungai di daerah hilir dapat memiliki ciri-ciri antara lain : o Memiliki lembah sungai berbentuk U. o Aliran air permanen meskipun debit aliran sungai dapat dipengaruhi oleh curah hujan (musim). o Di dalam alur sungai cenderung terjadi pengendapan, dan aliran air sungai mengalir di atas endapannya sendiri. o Mendapat air dari alur yang berasal dari daerah hulu, dan kondisi debit dipengaruhi oleh kondisi daerah hulu. o Dapat terjadi banjir bila debit air yang datang dari daerah hulu melebihi daya tampung saluran sungai yang ada di daerah hilir. o Daerah genangan air sungai ketika banjir dikenal sebagai daerah dataran banjir, dan di dataran ini muatan yang dibawa oleh air sungai ketika banjir sebagian diendapkan. o Aliran sungai cenderung berkelok-kelok membentuk pola aliran sungai yang dikenal sebagai meander. o Sungai cenderung mengerosi ke arah lateral (mengerosi tebing sungai).

Sumber Air Air sungai bisa berasal dari air hujan (terutama di daerah tropis) dan bisa pula berasal dari es yang mencair di gunung atau pegunungan (terutama di daerah empat musim). Oleh karena itu, debit air sungai bisa sangat dipengaruhi oleh musim. Sungai berdasarkan sumber airnya, dibedakan menjadi : 1. Sungai Hujan : Sungai yang aliran airnya berasal dari air hujan. Contoh : Sungai Cisadane, Sungai Mahakam. 2. Sungai Gletser : Sungai yang terbentuk dari es yang mencair. 3. Sungai Campuran : Sungai yang aliran airnya berasal dari campuran gletser dan air hujan. Contoh Sungai Digul (Papua) dan Sungai Memberano (Papua) Pengaruh Musim Di Indonesia yang berada di daerah tropis, debit air sungai akan tinggi bila musim hujan dan rendah di musim kemarau. Sementara itu, di daerah empat musim, debit aliran sungai meningkat ketika musim dingin berakhir karena salju mencair.sungai berdasarkan debit aliran airnya : 1. Sungai permanen : Sungai yang debitnya stabil dan tidak dipengaruhi oleh musim. Contoh Sungai Mahakam, Sungai Barito, Sungai Musi dan Sungai Kapuas. 2. Sungai periodik : Sungai yang aliran airnya dipengaruhi oleh musim, meluap ketika musim hujan dan kering ketika musim kering. Contoh Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane. 3. Sungai Episodik ; sungai yang aliran airnya ada hanya di musim penghujan, contoh Sungai Kasada di Sumba. Sungai, berdasarkan stadia erosinya dapat dibedakan menjadi: 1. Sungai Muda, dengan ciri-ciri o penampang melintang sungai berbentuk V o banyak dijumpai air terjun o tidak terjadi pengendapan o erosi vertikal efektif o relatif lurus dan mengalir di atas batuan induk 2. Sungai Dewasa, dengan ciri-ciri o penampang melintang sungai berbentuk U o erosi relatif kecil o banyak bermunculan cabang-cabang sungai

o erosi lateral efektif 3. Sungai Tua dengan ciri-ciri o penampang melintang sungai berbentuk cawan o erosi lateral sangat efektif o anak sungai lebih banyak o bermeander o kemiringan datar - Sungai Muda : Aliran bentuk dari sungai nya rata rata lurus dan sedikit mengalami sedimentasi pada anak anak sungai - Sungai Tua : Aliran bentuk sungai berbelok belok, banyak mempunyai anak sungai dan pembelokan alaiaran sungai terdapat sedimentasi yang bayanak sesuai transportasi ukaran butir - Sungai Tua mengalami Muda : Sungai yang mencirikan Bagian hilir sungai menagalami penyempitan aliran Berdasarkan istilah geologi, aliran sungai digolongkan menjadi 4 (empat) stadia perkembangannya, yaitu : (1) stadia lahir, (2) stadia muda, (3) stadia dewasa, dan (4) stadia umur tua. Pada stadia lahir keadaan sungai belum tererosi, dimana pada stadia ini air tanah sangat berperan sehingga aliran sungai kadangkadang mengalir dan kadang-kadang tidak mengalir. Sungai pada stadia muda, kondisinya masih didukung oleh aliran air tanah alirannya terus menerus, sementara sungai pada stadia dewasa, kondisi air sungai umumnya lebih keruh dan lebih dalam dibandingkan dengan sungai muda, memiliki daerah dataran banjir, umumnya terdapat di lembah-lembah yang luas, disamping itu dasar aliran tersusun oleh lumpur, liat, debu atau pasir. Sedangkan sungai pada stadia tua telah hampir mencapai tingkat dasar geologinya, dimana selama banjir, dasar sungai tua tergores dan bahan-bahan ini diendapkan pada daerah dataran banjir yang luas. Sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah, sumberdaya air yang utama adalah berupa sungai-sungai yang besar dan terdapat di hampir seluruh kabupaten. Sungai-sungai secara garis besar terbagi dalam beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS). Daerah Aliran Sungai (DAS) menurut definisinya adalah suatu daerah yang dibatasi (dikelilingi) oleh garis ketinggian dimana setiap air yang jatuh dipermukaan tanah akan dialirkan melalui satu outlet. Dengan demikian,

dalam suatu DAS ada tiga komponen yang berpengaruh terhadap mekanismenya, yaitu : 1. Komponen masukan yang berupa curah hujan 2. Komponen output yang berupa debit aliran dan sedimen 3. Komponen proses yang berupa manusia, vegetasi, tanah, iklim dan topografi Kualitas Daerah Aliran Sungai (DAS) disuatu wilayah setidaknya dapat diamati dengan pendekatan 5 indikator, yaitu : 1. Indikator Kuantitas Air, yang dapat dilihat dari besarnya air limpasan permukaan maupun debit air sungai 2. Indikator Kualitas Air, yang dapat dilihat dari kualitas air limpasan, air sungai maupun air sumur warga 3. Indikator Perbandingan Debit Maksimum dan Debit Minimum, yang dapat didekati dengan lamanya genangan dan tingginya banjir (genangan) 4. Indikator Muka Air Tanah, yang dapat didekati dengan pengeboran tanah (untuk air tanah dangkal) dan pendugaan geolistrik (untuk air tanah dalam) 5. Indikator Curah Hujan, yang dapat didekati dengan menghitung tingginya curah hujan pada daerah tangkapan