MAKNA TARI TORTOR SEBAGAI IDENTITAS ORANG BATAK DI KOTA BALIKPAPAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BENTUK PENYAJIAN TARI TOR-TOR NAPOSO NAULI BULUNG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI KELURAHAN PIDOLI DOLOK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memperoleh nilai secara finansial masyarakatnya, namun lebih kepada penonjolan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai seperangkat norma, nilai, kepercayaan, adat-istiadat, aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

Transkripsi:

ejournal llmu Komunikasi, 2017, 5 (1) : 156-169 ISSN 2502-5961 (Cetak), 2502-597X (Online), ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 MAKNA TARI TORTOR SEBAGAI IDENTITAS ORANG BATAK DI KOTA BALIKPAPAN Maria Serlitaria Nainggolan 1 Abstrak Tari Tortor yang secara fisik merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan tortor merupakan sebuah media komunikasi, karena melalui media gerakan yang disajikan terjadi interaksi antar partisipan upacara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengetahui makna tari Tortor sebagai identitas orang Batak di Kota Balikpapan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Fokus penelitian mengenai makna tari Tortor sebagai identitas orang Batak di Kota Balikpapan, dengan indikator yaitu perspektif referensial, perspektif psikologi dan perspektif sosial. Informan kunci yaitu Pendeta Gereja HKBP Resort Balikpapan Baru dan tokoh masyarakat Batak, sedangkan informan pendukung yaitu penari Tortor dan tamu upacara perkawinan Suku Batak di Kota Balikpapan. Teknik pengumpulan data yaitu penelitian lapangan dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna referensial bagi masyarakat bukan Suku Batak, memaknai tari Tortor sebagai tarian pergaulan pada setiap kegiatan orang Batak sebagai warisan budaya yang dilestarikan dan ditampilkan untuk memeriahkan suatu acara, seperti untuk upacara perkawinan, reuni atau kumpul-kumpul kekerabatan, acara perpisahan sekolah, bahkan memeriahkan kemenangan pertandingan olahraga. Makna psikologi tari Tortor mengalami pergeseran atau identitas seperti penggunaan ulos yang tidak sesuai untuk upacara perkawinan. Makna sosial tari Tortor sebagai identitas orang Batak di Kota Balikpapan yaitu masyarakat Suku Batak menerapkan makna yang tersirat dalam kehidupan sehari-hari seperti menyembah Tuhan Yang Maha Esa, bertingkat laku sesuai adat istiadat, saling menghormati dalam kehidupan dan selalu bersemangat, agar kehidupan berjalan lancar. Kesimpulan yaitu tarian Batak bukan hanya sekedar tarian yang mempunyai keindahan dalam gerak-geriknya tetapi tarian ini mempunyai aturan dalam membawakannya sesuai ketentuan adat Batak dalam membawakan tarian Tortor, disamping itu juga terkandung makna dalam tiap gerakan, dan musik pengiringnya. Kata Kunci : Makna Tari Tortor, Identitas Orang Batak. Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Marianainggolan2403@yahoo.com@yahoo.co.id

Makna Tari Tortor Sebagai Identitas Orang Batak Di Kota Balikpapan (Maria S N) PENDAHULUAN Bangsa Indonesia memiliki berbagai macam suku dengan beranekaragam kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia harus dipandang sebagai sebuah kekayaan bukan kemiskinan. Bahwa Indonesia tidak memiliki identitas budaya yang tunggal bukan berarti tidak memiliki identitas, namun dengan keanekaragaman budaya yang ada membuktikan bahwa masyarakat kita memiliki kualitas produksi budaya yang luar biasa (Dibia, 2006:5). Identitas merupakan hal penting bagi suatu bangsa sebab akan menunjukkan ciri khas dari bangsa yang bersangkutan manakala berhubungan dengan bangsa lain. Sebuah bangsa membutuhkan identitas karena pada dasarnya membangun bangsa adalah membangun identitas suatu komunitas yang disebut bangsa (Sastrapratedja, 2006:46). Salah satu suku yang ada di Indonesia yaitu suku Batak, yang bermukim dan berasal dari Sumatera Utara. Macam-macam etnis dalam Suku Batak adalah Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Dalam acara ritual suku Batak yang berhubungan dengan roh disembahkan dalam bentuk tarian, dimana roh tersebut dipanggil dan masuk ke patung-patung batu, lalu patung tersebut tersebut bergerak seperti menari akan tetapi gerakannya kaku. Gerakan tersebut meliputi gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan yang biasa disebut dengan tari Tortor (Agrace, 2011:1). Tari Tortor sangat terkenal sampai ke penjuru dunia, ini terbukti dari banyaknya turis mancanegara maupun lokal yang ingin belajar tarian ini, hal ini dikarenakan masyarakat Batak yang pergi merantau dengan bangga selalu menampilkan Tari Tortor dalam acara perhelatannya. Tari Tortor adalah seni tari dengan menggerakkan seluruh badan dengan dituntun irama Gondang, dengan pusat gerakan pada tangan dan jari, kaki dan telapak kaki/punggung dan bahu. Tortor memiliki prinsip semangat kebersamaan, rasa persaudaraan, atau solidaritas untuk kepentingan bersama (Sari, 2012:1). Berdasarkan observasi pada tarian Tortor yang ditampilkan di pesta perkawinan Suku Batak di Kota Balikpapan, diketahui dalam menari terdapat pantangan yang terkadang dilanggar oleh penari Tortor seperti tangan penari tidak boleh melewati batas setinggi bahu ke atas, bila itu dilakukan berarti penari sudah siap menantang siapapun. Alat musik gondang yang digunakan kurang dari empat gong, padahal gong harus terdiri dari empat yang berarti doa manusia dapat sampai kepada Tuhan dan berkah Tuhan dapat sampai kepada manusia. Begitupula busana yang digunakan terkadang bukan jenis ulos ragi atau hela yang harusnya digunakan untuk menari Tortor saat perkawinan, dikarenakan ulos ragi atau hela memiliki makna bahwa orangtua pengantin perempuan telah menyetujui putrinya di persunting oleh laki-laki yang telah di sebut sebagai Hela (menantu). Terlihat pula penari Tortor diperkawinan biasanya menarikan langsung pada tema upacara perkawinan tersebut, tanpa terdapat pesan ritual yang ada pada tari Tortor yakni takut dan taat pada Tuhan, 157

ejournal Ilmu Komunikasi Volume 5 Nomor 1, 2017 :156-169 pesan ritual untuk leluhur dan orang-orang masih hidup yang dihormati dan pesan untuk khalayak ramai yang hadir dalam upacara. Begitupula orang Batak itu sendiri terkadang menganggap tari Tortor yang ada di pesta perkawinan hanya sebagai sarana untuk menghibur. Padahal selain sarana untuk menghibur, makna tari Tortor yaitu untuk ritual dan penyemangat jiwa. Melihat hal tersebut, maka diperlukan pemahaman makna tari Tortor itu sendiri bagi orang Batak, sehingga tradisi-tradisi yang ada tidak hanya sekedar dilaksanakan untuk hiburan, tetapi dapat benar-benar dipahami oleh masyarakat, nilai-nilainya tetap dijaga dan dilestarikan sampai kepada generasi penerus selanjutnya. Dengan demikian timbulah daya tarik tersendiri bagi peneliti, dengan mengangkat sebuah penelitian yang berjudul Makna Tari Tortor Sebagai Identitas Orang Batak Di Kota Balikpapan. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah makna tari Tortor sebagai identitas orang Batak di Kota Balikpapan? Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah, tujuan untuk penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mendeskripsikan dan mengetahui makna tari Tortor sebagai identitas orang Batak di Kota Balikpapan. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu di program studi ilmu komunikasi berkaitan dengan social identity theory yang dikaitkan dengan komunikasi lintas budaya. b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu bagi peneliti khususnya dan pihak yang ingin menggali lebih dalam tentang makna tari Tortor sebagai identitas orang Batak. 2. Manfaat Praktis a. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat khususnya bagi remaja Suku Batak agar memahami makna tari Tortor itu sendiri, selain itu identitas Suku Batak dapat diperkenalkan atau dilestarikan melalui budaya tarian Tortor. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pemuka adat suku Batak dalam mengambil kebijakan untuk melestarikan dan memperkenalkan tarian Tortor di Kota Balikpapan. 158

Makna Tari Tortor Sebagai Identitas Orang Batak Di Kota Balikpapan (Maria S N) KERANGKA DASAR TEORI Social Identity Theory Teori social identity (identitas sosial) dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial dan konflik antar kelompok. Menurut Tajfel (1982) dalam Mulyana (2004:35), social identity adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu. Komunikasi Lintas Budaya Terdapat beberapa pengertian komunikasi antar budaya yang telah diuraikan oleh beberapa ahli, diantaranya Fred. E. Jandt (1998) dalam Purwasito (2003:122) yang mengartikan komunikasi antar budaya sebagai interaksi tatap muka diantara orang yang berbeda-beda budaya. Komunikasi antar budaya merupakan bagian dari komunikasi multikultural. Colliers dan Thomas dalam Purwasito (2003:122) mengartikan komunikasi antar budaya sebagai komunikasi yang terjadi diantara orang yang memiliki perbedaan budaya. Stephen Dahl dalam Purwasito (2003:123) mengartikan komunikasi antar budaya secara spesifik, yaitu komunikasi yang terjadi di dalam masyarakat yang berasal dari dua ataupun lebih kebangsaan yang berbeda, seperti perbedaan rasial dan etnik. Komunikasi antar budaya dikemukakan Stuward L. Tubbs dalam Purwasito (2003:124) sebagai komunikasi yang terjadi diantara dua anggota yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda baik secara rasial, etnik maupun sosial-ekonomi. Dari definisi yang telah diuraikan oleh beberapa ahli, maka disimpulkan definisi komunikasi antar budaya, yaitu suatu tindak komunikasi dimana para partisipan berbeda latar belakang budayanya. Identitas Budaya Pada tataran hubungan antarmanusia dan hubungan sosial dimana konsep identitas ternyata lebih kompleks. Karena itu, pada tataran hubungan antarmanusia mungkin lebih tepat yang kita maksudkan bukan sekedar istilah identik, melainkan identitas yang berarti membuat sesuatu menjadi identik atau sama, misalnya mempertimbangkan sesuatu itu sama artinya dengan melihat peluang (mengidentifikasi satu minat dibandingkan minat yang lain). Mengakui keberadaan sesuatu yang dilihat, diketahui, digambarkan, atau yang kita klaim, apakah dia manusia atau benda (mengidentifikasi sebuah spesimen biologis). Menghubungkan, atau membuat sesuatu menjadi lebih dekat (mengidentifikasi pikiran madzhab yang mempengaruhi dia). Kaum psikoanalisis menggunakan istilah identify untuk menerangkan rincian aspek-aspek psikologis yang dimiliki seseorang dan membandingkannya dengan aspek-aspek psikologis yang 159

ejournal Ilmu Komunikasi Volume 5 Nomor 1, 2017 :156-169 dimiliki orang lain. Meletakkan seseorang ke dalam tempat orang lain, sekurang-kurangnya meletakkan atau mempertukarkan pikiran, perasaan, masalah, dan rasa simpatik (empati) (Evamasy, 2013:1). Tari Tortor Nama Tortor diyakini oleh para seniman berasal dari hentakan kaki para penari yang bersuara tor tor karena menghentakkan kakinya pada lantai rumah. Sebagaimana yang kita ketahui bersama rumah adat masyarakat Batak merupakan sebuah rumah dengan lantai dasar papan kayu. Tari Tortor merupakan salah satu jenis tari yang berasal dari suku Batak di Pulau Sumatera. Sejak sekitar abad ke-13, Tari Tortor sudah menjadi budaya suku Batak. Perkiraan tersebut dikemukakan oleh mantan anggota anjungan Sumatera Utara 1973-2010 dan pakar Tari Tortor. Dulunya, tradisi Tortor hanya ada dalam kehidupan masyarakat suku Batak yang berada di kawasan Samosir, kawasan Toba dan sebagian kawasan Humbang. Namun, setelah masukknya Kristen di kawasan Silindung, budaya ini dikenal dengan budaya menyanyi dan tarian modern. Di kawasan Pahae dikenal dengan tarian gembira dan lagu berpantun yang disebut tumba atau juga biasa disebut Pahae do mula ni tumba (Boruna, 2003:5). Definisi Konsepsional Definisi konsepsional adalah batasan tentang pengertian yang diberikan peneliti terhadap variabel-variabel (konsep) yang hendak diukur, diteliti dan digali datanya, yakni mengenai makna tari Tortor sebagai identitas orang Batak di Kota Balikpapan adalah makna atau norma-norma sebuah kebudayaan orang Batak dengan karakter khusus yang melekat dalam suatu tarian Tortor pada upacara perkawinan Suku Batak di Kota Balikpapan dalam konteks komunikasi lintas budaya dari segi perspektif referensial, perspektif psikologi dan perspektif sosial. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode dengan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian seseorang, pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Fokus Penelitian Adapun fokus penelitian mengenai makna tari Tortor sebagai identitas orang Batak di Kota Balikpapan, dengan indikator yaitu : 1. Perspektif referensial yaitu makna yang berhubungan dengan ritual yang dilakukan dalam tarian. 160

Makna Tari Tortor Sebagai Identitas Orang Batak Di Kota Balikpapan (Maria S N) 2. Perspektif psikologi yaitu makna yang berhubungan dengan pantangan dalam tarian yang tidak boleh dilakukan baik pada gerakan, busana maupun musik. 3. Perspektif sosial yaitu makna yang berhubungan dengan penyajian tarian yang tersirat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Batak. Sumber Data 1. Sumber Data Primer Sumber data primer yaitu merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya atau narasumber sebagai informan yang langsung berhubungan dengan fokus penelitian. Informan pada penelitian ini yaitu, sebagai berikut : a. Informan kunci (key informan) dalam penelitian ini yaitu tokoh adat masyarakat Batak di Kota Balikpapan, yaitu : 1) Pdt. Jonsion Silaen, STh selaku Pendeta Gereja HKBP Resort Balikpapan Baru yang memimpin kegiatan keagamaan Suku Batak di Kota Balikpapan, beliau dipilih sebagai informan kunci karena orang yang dihormati, dimuliakan serta berperan penting dalam pengambilan keputusan suatu upacara Suku Batak khususnya pesta pernikahan. 2) M. Nainggolan selaku tokoh masyarakat Batak yang mengetahui adat istiadat Suku Batak di Kota Balikpapan. b. Informan pendukung ditentukan secara purposive sampling yaitu pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi, sehingga mampu memberikan data secara maksimal. Sehingga informan pendukung, yaitu : 1) Penari Tortor di Kota Balikpapan, dipilih karena mempraktekkan tata cara gerakan, busana dan musik tari Tortor yang biasa ditampilkan dalam upacara perkawinan Suku Batak di Kota Balikpapan berjumlah 1 orang. 2) Tamu upacara perkawinan Suku Batak di Kota Balikpapan, dipilih karena melihat dan dapat memaknai tari Tortor yang ditampilkan di upacara perkawinan Suku Batak di Kota Balikpapan dari sudut pandang orang lain atau bukan Suku Batak berjumlah 1 orang. 2. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip. Seperti datadata yang mendukung dari buku-buku yang sudah dipublikasikan maupun yang belum dipublikasikan. 161

ejournal Ilmu Komunikasi Volume 5 Nomor 1, 2017 :156-169 Teknik Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data dengan menggunakan teknik penelitian lapangan (Field Work Research) yaitu penulis mengadakan penelitian langsung dilapangan terhadap objek penelitian dimana dalam tahap ini dipergunakan teknik-teknik sebagai berikut : 1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi 4. Triangulasi Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data kualitatif menurut Miles dkk (2014:31-33) yang mengatakan bahwa analisis data kualitatif terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu sebagai berikut : 1. Kondensasi Data (Data Condensation) 2. Penyajian Data (Data Display) 3. Penyimpulan / Verifikasi (Drawing ang Verifying Conclusions) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perspektif Referensial (Ritual) Makna referensial dalam tarian adalah makna yang berhubungan dengan ritual yang dilakukan dalam tarian. Dalam makna ini memiliki hubungan dengan konsep mengenai sesuatu yang telah disepakati bersama oleh masyarakat bahasa. Selain itu pendekatan makna referensial menggambarkan gagasan segitiga semantik yang menjelaskan bahwa makna, lambang, dan acuan untuk membentuk keutuhan bahasa. Melihat hal tersebut, maka pendekatan makna referensial memiliki konsep yang sudah mendunia, yakni signifiant dan signifie. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa berdasarkan makna referensial tari Tortor sebagai identitas orang Batak di Kota Balikpapan, dilihat dari sudut pandang masyarakat Batak itu sendiri sebagai tarian untuk ritualritual adat Suku Batak yang berhubungan dengan roh. Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar yang mana lebih dahulu di bersihkan tempat dan lokasi pesta sebelum pesta dimulai agar jauh dari bahaya, sehingga tari Tortor menjadi perangkat budaya dalam setiap kegiatan adat orang batak agar dikabulkannya keinginan atau harapan yang punya acara melalui tari Tortor. Adapun bagi masyarakat bukan Suku Batak, memaknai tari Tortor sebagai tarian pergaulan pada setiap kegiatan orang Batak sebagai warisan budaya yang dilestarikan dan ditampilkan untuk memeriahkan suatu acara, seperti untuk upacara perkawinan, reuni atau kumpul-kumpul kekerabatan, acara perpisahan sekolah, bahkan memeriahkan kemenangan pertandingan olahraga. Untuk tari Tortor pada upacara perkawinan, masyarakat bukan Suku Batak tersebut memaknai 162

Makna Tari Tortor Sebagai Identitas Orang Batak Di Kota Balikpapan (Maria S N) agar tamu yang hadir dapat memberikan restu kepada pengantin agar perkawinannya bahagia sesuai dengan harapan dan memeriahkan upacara perkawinan adat Batak itu sendiri. Tarian Tortor tradisional sampai sekarang masih lestari. Namun, tarian ini hanya diadakan pada ritual-ritual adat yang besar. Sedangkan tarian tor tor yang digelar pada acara-acara yang bukan ritual adat khususnya acara perkawinan biasanya merupakan tarian Tortor yang sudah berubah atau bertransformasasi menjadi Tortor moderen dan menyesuaikan zamannya. Sekarang, Tortor moderen menempatkan diri sebagai tarian pergaulan pada setiap kegiatan orang Batak dimana pun. Tidak hanya suku Batak di Sumatera Utara, tetapi juga di tempat-tempat lain, termasuk di Kota Balikpapan. Seperti untuk upacara perkawinan, reuni atau kumpul-kumpul kekerabatan, acara perpisahan sekolah, bahkan memeriahkan kemenangan pertandingan olahraga. Dengan cara itu, tarian Tortor tidak akan hilang, karena setiap orang Batak merasa bangga dengan tarian Tortor. Dalam perkembangannya tarian yang identik dengan gerakan menolak bala dan menjunjung beringin ini secara signifikan menyebar ke seluruh wilayah Batak Sumatera Utara bahkan saat ini dikenal baik oleh masyarakarat Indonesia secara luas. Selain itu fungsi dari tarian sakral yang dulunya dilakukan sebagai upacara adat oleh orang-orang Batak ini perlahan bergeser mengarah sebagai hiburan baik dalam acara resmi pemeritahan, maupun acara-acara perkawainan. Berdasarkan uraian tersebut, dilihat dari sudut pandang perspektif referensial makna tari Tortor dalam upacara perkawinan selain sebuah hiburan juga merupakan tarian Batak yang mempunyai keistimewaannya sendiri, selain mempunyai keunikan menyampaikan makna dalam tarian, juga menjadi proses pemberian dan penerimaan adat dalam sistem kekerabatan Batak melalui komunikasi nonverbal yang menggunakan simbol-simbol, tarian ini juga mempunyai keunikan di tiap makna simbol yang sesuai dengan ketentuan adat istiadat Suku Batak yang mempunyai arti atau nasehat adat yang terkandung dalam makna simbol dalam tarian ini. Perspektif Psikologi (Pantangan Tari Tortor) Makna psikologi dalam tarian yaitu makna yang berhubungan dengan pantangan dalam tarian yang tidak boleh dilakukan baik pada gerakan, busana maupun musik. Diketahui pengetahuan pantangan dalam tarian menghasilkan berbagai representasi berupa kompetensi gramatikal sebagai sebuah sistem kaidah yang menghasilkan dan menghubungkan beberapa representasi mental tertentu, khususnya termasuk representasi bentuk dan makna. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa berdasarkan makna psikologi tari Tortor sebagai identitas orang Batak di Kota Balikpapan yaitu masih banyak yang belum mengetahui makna yang tersirat dari tari Tortor dari segi gerakan, busana dan musik yang digunakan. Terdapat pantangan yang terkadang dilanggar oleh penari Tortor, padahal makna simbol dalam tiap 163

ejournal Ilmu Komunikasi Volume 5 Nomor 1, 2017 :156-169 gerakan tortor masing-masing mempunyai arti yang menjelaskan bagaimana proses menghargai dan memberi penghormatan antar marga yang melangsungkan pesta adat perkawinan berdasarkan sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu. Dalam menari Tortor setiap partisipan upacara wajib menggunakan ulos ragi hela untuk upacara perkawinan. Akan tetapi saat ini sudah banyak yang memakai sarung dari ulos jenis ragi idup. Padahal menurut adat Batak Toba, ragi idup itu dipakai untuk tutup peti orang yang sudah meninggal dan ulos ini didapat dari kerabat yang kedudukannya sebagai hula-hula. Keadaan saat ini untuk busana wanita di perkawinan sudah memakai pakaian kebaya di dalam dan ulos dililitkan di luar pakaian. Adapun untuk musik menggunakan tabuhan gondang, akan tetapi sekarang ini sudah tidak menggunakan musik iringan berupa gondang melainkan musik iringan diganti dengan musik keyboard. Estetika tarian Tortor menjadi dasar dari perspektif psikologi makna tari Tortor sebagai identitas orang Batak di Kota Balikpapan ini, komunikasi estetika melalui isyarat dan gerakan. Bahasa tubuh disimbolkan melalui gerakan tiap anggota tubuh dan musik pengiring tarian yang mengandung estetika tertentu. Estetika dalam tiap gerakan dan musik yang mewakili suatu makna pada nyatanya tidak semua peserta dan penonton yang menyaksikan dapat mengerti dan memahami apa makna dalam gerakan dan musik dalam tarian Tortor tersebut, karena keterbatasan sebagian penikmat seni yang memahami dalam proses komunikasi nonverbal yang terjadi tergolong ke dalam klasifikasi bahasa tubuh di mana penyampaian pesan dilakukan hanya melalui isyarat tangan, gerakan kepala, postur tubuh dan posisi kaki, ekspresi wajah, tatapan mata, serta musik pengiring tarian Tortor. Tortor dalam upacara perkawinan merupakan tarian Batak yang mempunyai keistimewaannya sendiri, selain mempunyai keunikan menyampaikan makna dalam tarian, juga menjadi proses pemberian dan penerimaan adat dalam sistem kekerabatan Batak melalui komunikasi nonverbal yang menggunakan simbol-simbol, tarian ini juga mempunyai keunikan di tiap makna simbol yang sesuai dengan ketentuan adat istiadat batak Toba yang mempunyai arti atau nasehat adat yang terkandung dalam makna simbol dalam tarian ini. Komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain dapat dijelaskan bahwa komunikasi dapat mengubah sikap seseorang dalam hal ini diharapkan dapat menyadarkan masyarakat bahkan generasi muda untuk tetap melestarikan tarian Batak dan terus menjaga keeksistensian ditengah perkembangan zaman, mengubah pendapat penonton bahwa tarian Tortor dalam upacara perkawinan bukan sekedar tarian yang selalu ada di kegiatan pesta, mengubah perilaku penonton setelah menyaksikan tarian tortor mampu memberikan pemahaman menari Tortor yang benar dan sesuai ketentuan dan diharapkan juga masyarakat di Kota Balikpapan mau mempelajari gerakan tarian tortor yang benar dan melestarikan budaya Batak. Tarian Batak bukan hanya sekedar tarian yang mempunyai keindahan dalam 164

Makna Tari Tortor Sebagai Identitas Orang Batak Di Kota Balikpapan (Maria S N) gerak-geriknya tetapi tarian ini mempunyai aturan dalam membawakannya sesuai ketentuan adat Batak dalam membawakan tarian tortor, disamping itu juga terkandung makna dalam tiap gerakan, dan musik pengiringnya. Adapun makna simbol dalam tiap gerakan Tortor masing-masing mempunyai arti yang menjelaskan bagaimana proses menghargai dan memberi penghormatan antar marga yang melangsungkan pesta adat perkawinan berdasarkan sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu, dalam upacara adat perkawinan dilakukan aktivitas manortor sebagai bentuk hubungan yang baik dalam unsur kekerabatan masyarakat Batak antara hula-hula, dongan sabutuha dan boru gerakan itu semua menjelaskan proses tersebut melalui simbol gerakan yang akan dibawakan oleh panortor. Tortor adalah sebuah ungkapan individual, kultur maupun keagamaan. Empat gerak (posisi) tangan yang baku dalam Tortor Batak, sesuai dengan kedudukan penari (Panortor) dalam sistem kekerabatan dalam kehidupan masyarakat Batak, Maneanea artinya meminta berkat (turut menanggung beban), mamasu-masu artinya memberi berkat, mangido tua artinya meminta dan menerima berkat dan manomba artinya menyembah dan meminta berkat. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagai Ketua Adat Batak di Kota Balikpapan harus sangat memahami makna simbolik yang terdapat di dalam tarian Tortor pada saat upacara perkawinan, disamping mampu membawakan tiap gerakan tarian, beliau juga harus menguasai makna dari gerakan yang dibawakannya. Setiap gerakan tangan menunjukkan arti dan makna setiap aktivitas Tortor, gerakan tangan menunjukkan ciri-ciri kehidupan orang Batak itu sendiri dan yang paling banyak menunjukkan bagaimana adat Dalihan Na Tolu dilakukan. Hal itu dapat dilihat dari awal memulai manortor, bahwa kedua telapak tangan harus diletakkan di atas perut dengan cara tangan kanan menimpa tangan kiri (tangan kanan di atas tangan kiri). Tangan kanan dan tangan kiri adalah lambang suami dan istri (tangan kanan adalah lambang suami dan tangan kiri adalah lambang istri). Artinya suami harus senantiasa melindungi istrinya. Dan dalam posisi manortor laki-laki harus selalu berada di sebelah kanan perempuan (hal ini berlaku juga dalam segala aktivitas kehidupan orang Batak), misalnya dalam upacara adat perkawinan ataupun berdiri di hadapan khalayak ramai. Adapun ragam Tortor pada saat upacara perkawinan adalah sebagai berikut: 1. Tortor mula-mula, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada Tortor mula-mula yang akan terlihat menari hanya ada pihak hasuhuton (pihak penyelenggara pesta), kerabat semarga dan kedua mempelai. Makna dari gerakan tortor mula-mula ini adalah menjelaskan bahwa segala yang ada di dunia ini diawali dengan segala kebaikan. 2. Tortor somba, berdasarkan hasil penelitian bahwa pada Tortor somba penyelenggara pesta akan menuntun kedua pengantin untuk melakukan penghormatan atau menyembah mulai dari Tuhan, Hulahula, tulang, dan seluruh tamu yang hadir. 165

ejournal Ilmu Komunikasi Volume 5 Nomor 1, 2017 :156-169 3. Tortor mangaliat, berdasarkan hasil penelitian bahwa gerakan antara hulahula dan boru akan sangat terlihat jelas berbeda dari simbol gerakan tangan, apabila hulahula akan memberikan berkat maka posisi tangan akan diarahkan ke kepala atau ke pundak si boru sedangkan apabila boru akan menerima berkat maka posisi tangan akan terbuka dan keadaan kepala akan menunduk. Pada kesempatan ini maka boru akan menyelipkan beberapa lembar uang kepada pihak hula-hula sebagai bentuk penghormatan. 4. Tortor hasahatan/sitio-tio, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tortor hasahatan/sitio-tio merupakan gerakan tortor yang terakhir pada saat upacara adat perkawinan. Gerakan Tortor ini hanya akan manortor di tempat, setelah hitungan bunyi dari seruling (sarune) 2 x 8 maka seluruh peserta tortor akan memegang ujung kedua ulos sambil menyerukan horas sebanyak 3x yang menandakan tortor telah selesai. Menurut hasil wawancara dari pengetua adat, gerakan Tortor pada laki-laki dan perempuan terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi seperti: 1. Simanjujung atau ulu, unang paundukhu, unang padirgakhu. Artinya: kepala jangan terlalu tunduk ke bawah dan jangan terlalu mendongak ke atas). Tetap ihal ini (tunduk kepala) diperlukan pada saat gerakan Tortor dalam posisi menyembah. 2. Simalolong (mata) panortor (penari) perempuan tidak boleh momar (liar dan membelalak). Artinya: supaya kelihatan hohom atau donda artinya sopan, yang diperbolehkan hanya melirik yang tujuannya adalah melihat supaya gerakan seragam/tidak saling mendahului. 3. Parnianggoan/igung (hidung) tidak boleh diangkat supaya tidak terkesan sombong. 4. Bohi (wajah) atau roman wajah harus minar marsaudara atau cerah dan enak dipandang. 5. Pamangan/baba (mulut) harus ditutup supaya sopan. 6. Simanjojak/pat (kaki), untuk panortor perempuan harus rapat sedangkan kaki panortor laki-laki agak renggang dan biasanya gerakannya seperti jalan di tempat. 7. Pamatang/badan harus tegak, tetapi pada saat melakukan gerakan, bergerak sesuai gerakan tortor yang diinginkan atau diminta. 8. Simangido/tangan (tangan), untuk panortor laki-laki gerakannya lebih bebas. Berdasarkan hal tersebut maka dari segi perspektif psikologi makna tari Tortor dapat terlihat dari setiap makna baik dari segi gerakan, busana dan aksesoris, musik maupun alat musik yang digunakan. Perspektif Sosial (Penyajian Tari Tortor) Makna sosial dalam tarian yaitu makna yang berhubungan dengan penyajian tarian yang tersirat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Batak. 166

Makna Tari Tortor Sebagai Identitas Orang Batak Di Kota Balikpapan (Maria S N) Dalam makna sosial yang perlu diperhatikan adalah koherensi merujuk pada apa yang ada dalam benak pemakai tarian. Koherensi yaitu apa yang disajikan dituliskan mengandung arti sesuai dengan pengalaman yang dimiliki. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa berdasarkan makna sosial tari Tortor sebagai identitas orang Batak di Kota Balikpapan yaitu masyarakat Suku Batak menerapkan makna yang tersirat dalam kehidupan sehari-hari seperti menyembah Tuhan Yang Maha Esa, bertingkat laku sesuai adat istiadat, saling menghormati dalam kehidupan dan selalu bersemangat, agar kehidupan berjalan lancar. Adapun cara memaknai identitas Suku Batak melalui gerakan tari Tortor yaitu dengan melihat gerakan dasar, dimana gerak dasar Tortor pada masyarakat Batak terlihat dari gerakan tangan berupa Somba adat yang memiliki makna simbol yang saling berkaitan. Diketahui gerak dasar tari Tortor memiliki makna simbol berdasarkan ragam geraknya. Dari segi musik yang ditampilkan akan memaknai bahwa permohonan kepada dewa dan roh leluhur agar diberi keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan dan rejeki. Upacara adat ini seakan menjadi sumber berkat bagi seluruh keluarga tuan rumah dan para undangan yang datang di pesta perkawinan. Sedangkan dari ulos itu sendiri lebih pada jenis upacara yang akan dihadiri, dimana beda acara, maka beda pula jenis ulos yang harus digunakan. Oleh karena itu, gerak tari Tortor bermakna atua mensimbolkan kepribadian orang Batak. Tortor adalah tarian seremonial yang secara fisik merupakan tarian namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan Tortor adalah sebuah media komunikasi, karena melalui media gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara struktur adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu yang berhubungan satu dengan yang lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Struktur adalah sifat fundamental bagi setiap sistem. Identifikasi suatu struktur adalah suatu tugas obyektif karena tergantung pada asumsi kriteria bagi pengenalan bagian-bagiannya dan hubungan mereka. Sifat struktur adalah totalitas, transformatif, dan otoregulatif. Struktur ini dapat kita lihat dalam penyajian Tortor pada kehidupan masyarakat Batak Toba yang terdiri dari makna gerakan, motif gerakan, pola lantai, maupun busana yang dipergunakan. Struktur penyajian tortor ada empat, yaitu: motif dasar gerak, dan skrip Tortor dalam pesta horja, pola lantai dan busana tortor. Tortor Batak adalah identitas seni budaya masyarakat Batak yang harus dilestarikan dan tidak lenyap oleh perkembangan zaman dan peradaban manusia. Tari Tortor Batak mengandung nilai-nilai etika, moral dan budi pekerti yang perlu ditanamkan kepada generasi muda. Dan ini merupakan tugas kita bersama sebagai warga negara Indonesia agar tidak ada lagi seni budaya asli peninggalan nenek moyang bangsa kita yang diklaim oleh negara lain. Makna tarian Tortor pada zaman dahulu saat agama belum berkembang di Sumatera Utara berbeda dengan tarian Tortor saat ini. Perbedaan tersebut tidak menghilangkan identitas dari nilai yang dikandung dalam tarian Tor-tor. 167

ejournal Ilmu Komunikasi Volume 5 Nomor 1, 2017 :156-169 Perbedaan hanya pada tujuan tarian yang dahulu ditujukan pada roh halus dan saat ini lebih kepada hiburan dan tarian seremonial acara demi menghormati upacara, tetua adat dan khalayak yang ada pada saat tarian dilakukan. Tortor dalam upacara perkawinan merupakan tarian Batak yang mempunyai keistimewaannya sendiri, selain mempunyai keunikan menyampaikan makna dalam tarian, juga menjadi proses pemberian dan penerimaan adat dalam sistem kekerabatan Batak melalui komunikasi nonverbal yang menggunakan simbol-simbol, tarian ini juga mempunyai keunikan di tiap makna simbol yang sesuai dengan ketentuan adat istiadat Batak yang mempunyai arti atau nasehat adat yang terkandung dalam makna simbol dalam tarian ini. Komunikasi dapat mengubah sikap seseorang dalam hal ini diharapkan dapat menyadarkan masyarakat bahkan generasi muda untuk tetap melestarikan tarian Batak dan terus menjaga keeksistensian ditengah perkembangan zaman, mengubah pendapat penonton bahwa tarian Tortor dalam upacara perkawinan bukan sekedar tarian yang selalu ada di kegiatan pesta, mengubah perilaku penonton setelah menyaksikan tarian Tortor mampu memberikan pemahaman menari Tortor yang benar dan sesuai ketentuan dan diharapkan juga masyarakat di Kota Balikpapan mau mempelajari gerakan tarian Tortor yang benar dan melestarikan budaya Batak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa makna sosial tarian Tortor merupakan tarian adat yang dilestarikan dengan cara ditampilkan pada saat upacara perkawinan. PENUTUP Kesimpulan 1. Makna referensial tari Tortor sebagai tarian untuk ritual-ritual adat Suku Batak, dari segi psikologi tari Tortor dilambangkan melalui gerakan, busana dan musik yang digunakan, dari segi sosial tari Tortor dalam rangka cerminan kehidupan sehari-hari seperti menyembah Tuhan Yang Maha Esa, bertingkat laku sesuai adat istiadat, saling menghormati dalam kehidupan dan selalu bersemangat, agar kehidupan berjalan lancar. 2. Makna tari Tortor menurut pandangan Suku Batak dapat tersirat dari aspek identitas tari Tortor itu sendiri yang dilihat dari gerakan, busana dan alat musik yang digunakan, tari Tortor sebagai warisan budaya turun-temurun dan makna tari Tortor dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan makna tari Tortor menurut pandangan bukan Suku Batak di Kota Balikpapan sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan dan sebagai hiburan pada upacara perkawinan Suku Batak. Saran 1. Masyarakat Batak yang tinggal di Kota Balikpapan seharusnya tetap menjaga budaya Tortor. 168

Makna Tari Tortor Sebagai Identitas Orang Batak Di Kota Balikpapan (Maria S N) 2. Tortor sebagai salah satu kebudayaan Batak seharusnya dapat dipahami masyarakat Batak, bukan hanya gerakannya saja tetapi juga makna yang terkandung pada tarian Tortor disaat upacara perkawinan. 3. Masyarakat harus lebih peduli terhadap budaya Batak khususnya pada tarian Tortor dalam upacara perkawinan serta melestarikan dan mempertahnkan budaya Batak yang dibanggakan oleh suku Batak, agar nantinya generasi selanjutnya dapat mengetahui dan terus melestarikan budaya tradisional Batak yang mana tidak kalah bila dibandingkan dengan tarian asing yang terus mengikuti perkembangan zaman. DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku : Boruna, Anak dkk. 20033. Horja Adat Istiadat Dalihan Na Tolu. Parsadaan Marga Harahap Dohot Anak Boruna. Jakarta. Dardjowidjojo, Soenjono. 2012. Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta. Dibia, I Wayan dkk. 2006. Tari Komunal : Buku Pelajaran Kesenian Nusantara Untuk Kelas XI. Lembaga Pendidikan Seni Nusantara. Jakarta. Miles, Matthew B, A. Michael Huberman dan Johnny Saldana. 2014. Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook. Edisi Ketiga. Sage Publication, Inc. Mulyana, Dedy. 2004. Komunikasi Populer: Kajian Komunikasi dan Budaya Kontemporer. Pustaka Bani Quraisy. Bandung. Purwasito, Andik. 2003. Komunikasi Multikutural. Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Sastrapratedja, M. 2006. Manusia Multi Dimensional: Sebuah Renungan Filsafat. Gramedia. Jakarta. Sukmono, Filoso Gita dan Fajar Junaedi. 2014. Komunikasi Multikultur Melihat Multikulturisme dalam Genggaman Media. Buku Litera. Yogyakarta. Internet : Agrace. 2011. Sejarah Suku Batak. http://agrace2011.blogspot.co.id/ 2012/06.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2016. Evamasy. 2013. Identitas Budaya. http://evamasy.blogspot.co.id/ 2013/07/identitas-budaya.html. Diakses pada tanggal 15 Mei 2016. Sari, Dina Intan. 2012. Tari Tortor Batak Sumatera Utara. http://www.google.co.id/search. Diakses pada tanggal 20 Mei 2016. 169