BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dalam SNI tempe didefinisikan sebagai produk makanan

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM :

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

OLEH: YULFINA HAYATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

BAB I PENDAHULUAN. bahan makanan sayuran, 4. bahan makanan buah-buahan, 5. susu dan telur

BAB I PENDAHULUAN. memfermentasi kedelai (Nakajima et al., 2005); tempe yang biasa dikenal oleh

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP) adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan tetapi sebagian besar biasanya diperoleh dari karbohidrat dan

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinkubasi dengan pembungkus daun Jati (Tectona grandis L.). Koji lamtoro yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Lama Waktu Perendaman Biji Kedelai dan Lama Waktu. Fermentasi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Kedelai

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI TEMPE KEJO SECARA SEDERHANA

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

BAB I PENDAHULUAN. tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

PENGARUH LAMA FERMENTASI Rhizopus oligosporus TERHADAP KADAR OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG TEMPE KEDELAI (Glycine max)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam susu dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Di dalam kehidupan sehari-hari,

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

4.1. Hasil Analisa Kuantitatif spora Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, dan Rhizopus oligosporus serta Rhizopus oryzae (2:1) (2:1)

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. baik di daerah tropis salah satunya yaitu tanaman munggur. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sejak dulu, masyarakat Indonesia terbiasa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai di Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg (Astawan, 2004). Bahan dasar pembuatan tempe bermacam-macam, tetapi pada umumnya adalah dari kedelai. Kedelai merupakan bahan dasar tempe yang komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17% karbohidrat. Setelah mengalami proses fermentasi oleh jamur Rhizopus sp, kandungan protein tempe menjadi lebih tinggi dibanding dengan susu segar, telur dan ikan segar. Tempe merupakan produk fermentasi dengan jamur Rhizopus sp yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia dan Mancanegara (Susanto,1994). Tempe diminati oleh masyarakat, selain harganya murah, tempe juga memiliki kandungan protein nabati yang tinggi. Menurut Tarwatjo (1998), bahwa setiap 100 g tempe mengandung 18-20 g zat protein, 4 g zat lemak, vitamin B 12 dan 129 mg zat kalsium, tetapi tidak mengandung serat. Hal ini berbeda dengan biji kedelai sebelum menjadi bahan olahan tempe, mengandung serat yaitu 4,9 g (Sulistijani, 1999). 1

2 Melalui proses pembuatan tempe, kedelai menjadi lebih enak dimakan dan meningkat nilai nutrisinya karena rasa dan aroma kedelai berubah sama sekali setelah menjadi tempe. Proses pembuatan tempe adalah cara untuk mengubah kedelai agar mudah dicerna dan enak rasanya. Dengan pembuatan tempe, kadar protein yang larut dalam air akan meningkat akibat aktivitas enzim proteolitik. Tempe lebih dapat diterima oleh masyarakat setelah menjadi bahan pangan (dikonsumsi) dibanding masih berupa kedelai. Tempe yang masih baik (baru) memiliki rasa dan bau yang spesifik (Kasmijo, 1990). Secara kuantitatif, nilai gizi tempe sedikit lebih rendah daripada nilai gizi kedelai. Namun secara kualitatif nilai gizi tempe lebih tinggi karena tempe mempunyai nilai cerna yang lebih baik. Hal ini disebabkan kadar protein yang larut dalam air akan meningkat akibat enzim proteolitik (Widianarko, 2002). Menurut Sarwono (2005), bahwa tempe yang bagus tampak keras, tidak mengandung kotoran dan tidak ada campuran bahan lain. Daya tahan tempe segar selama 2 x 24 jam, setelah itu kapang tempe mati dan selanjutnya akan tumbuh bakteri atau mikroba perombak protein, akibatnya tempe cepat busuk. Menurut Sarwono (2005), bahwa tempe busuk bukanlah tempe busuk yang gagal dalam pembuatannya, melainkan tempe segar yang fermentasinya sengaja diperpanjang lebih lanjut antara 1-3 hari sehingga diperoleh tempe yang seakan-akan menjadi busuk. Jika proses fermentasi terlalu lama maka akan menyebabkan terjadinya kenaikan jumlah bakteri dan jumlah asam lemak

3 bebas serta pertumbuhan jamur juga menurun atau terhenti. Proses fermentasi yang terlalu lama juga menyebabkan terjadinya degradasi protein lanjut sehingga terbentuk amonia (Kasmijo, 1990). Akibatnya tempe yang dihasilkan mengalami proses pembusukan dan aromanya juga menjadi kurang enak (Jawa: semangit), tetapi tempe semacam ini sangat disukai oleh ibu-ibu karena dapat digunakan sebagai campuran bumbu pada masakan tertentu. Tempe busuk sering digunakan sebagai bumbu masakan terutama bagi masyarakat jawa, misalnya lodeh, gudeg, oblok-oblok, urap, pelas atau botok, dan beberapa masakan lain. Selain itu, tempe busuk juga sering dimanfaatkan sebagai jamu untuk meningkatkan nafsu makan. Tempe busuk juga digunakan untuk membuat kecap dan juga untuk jamu ternak sapi, kerbau, dan kuda (Sarwono, 2005). Pembungkusan tempe dengan menggunakan daun merupakan cara tradisional yang paling banyak dilakukan. Membungkus tempe dengan daun sama halnya dengan menyimpannya dalam ruang gelap (salah satu syarat ruang fermentasi), mengingat sifat daun yang tidak tembus pandang. Disamping itu, aerasi (sirkulasi udara) tetap dapat berlangsung melalui celahcelah pembungkus yang ada (Suprapti, 2003). Menurut Sarwono (2005), bahwa bakal tempe dapat dibungkus menggunakan daun pisang yang dilapisi daun waru atau daun jati. Selain dengan daun pisang, bahan tempe dapat dibungkus dengan kantong plastik. Pembungkusan bahan tempe dalam kantong plastik jangan sampai terlalu rapat agar bagian dalam substrat cukup memperoleh udara.

4 Kapang tempe membutuhkan banyak udara (Sarwono, 2005). Kantong plastik bersifat kedap udara, sehingga permukaan kantong plastik harus dilubangi kecil-kecil dengan menggunakan parut ataupun lidi agar aerasi dapat terjadi (Suprapti, 2003). Ada yang berpendapat bahwa rasa tempe yang dibungkus plastik menjadi lebih aneh dan tempe mudah busuk dibanding tempe yang dibungkus daun. Pengemasan bahan pangan memegang peranan penting dalam pengendalian dari kemungkinan dan infeksi mikroorganisme terhadap produk bahan pangan. Bahan pangan merupakan sumber energi dan sumber gizi yang penting bagi manusia dalam mempertahankan hidupnya. Apabila tercemar oleh mikroorganisme dan disimpan dalam kondisi yang memungkinkan bagi aktivitas metabolisme dapat menimbulkan kerusakan bahan pangan dan membahayakan kesehatan konsumen (Supardi dan Sukamto, 1999). Pengawasan dari interaksi antara makanan, mikroorganisme, dan manusia terutama didasarkan pada pengetahuan dan pengertian mengenai tipe mikroorganisme yang terdapat dalam makanan. Oleh karena itu taksonomi bakteri terutama kemampuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jenisjenis bakteri yang paling berperan, merupakan satu komponen yang penting dari mikrobiologi pangan (Buckle, 1987). Identifikasi bakteri dilakukan untuk mengamati morfologi bakteri, mengetahui jenis bakteri dalam makanan tersebut termasuk bakteri patogen (tercemar tinja) atau tidak, sehingga dengan pengidentifikasian bakteri kita dapat mengetahui bakteri dalam bahan pangan tersebut bahaya atau tidak bagi manusia.

5 Keberadaan bakteri perombak protein pada tempe mengakibatkan tempe menjadi busuk, sehingga perlu diketahui dengan menguji populasi dan jenis bakteri pada tempe yang dibungkus plastik. Dengan melihat kenyataan tersebut maka penulis ingin mengetahui : POPULASI DAN JENIS BAKTERI PADA TEMPE YANG DIBUNGKUS PLASTIK. B. Pembatasan Masalah Untuk menghindari meluasnya masalah dan mempermudah pemahaman dalam penelitian, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Subyek penelitian adalah tempe kedelai yang dibungkus plastik dengan lama fermentasi 1-4 hari. 2. Obyek penelitian adalah populasi dan jenis bakteri pada tempe dari kedelai yang dibungkus plastik dengan lama fermentasi 1-4 hari. 3. Parameter dalam penelitian ini adalah populasi dan jenis bakteri pada tempe. C. Perumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang dapat dimunculkan suatu permasalahan : 1. Berapakah jumlah populasi bakteri yang terdapat pada tempe yang dibungkus plastik?

6 2. Jenis bakteri apa sajakah yang terdapat pada tempe yang dibungkus plastik? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui populasi bakteri pada tempe yang dibungkus plastik. 2. Untuk mengetahui jenis bakteri pada tempe yang dibungkus plastik. E. Manfaat Penelitian Setelah melakukan penelitian tentang populasi dan jenis bakteri pada tempe yang dibungkus plastik dengan lama fermentasi 1-4 hari, diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu : 1. Memperoleh informasi tentang pembuatan tempe dengan lama fermentasi yang berbeda. 2. Menambah khasanah keilmuan, pengetahuan, dan pengalaman penulis dan pembaca pada umumnya. 3. Memberi informasi dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang manfaat tempe yang mengalami fermentasi lebih lanjut selain sebagai bumbu masak, jamu dan kecap.