Critical Land Mapping in Muria Region to Improve the Environment Capability Based on Geographical Information System (SIG)

dokumen-dokumen yang mirip
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Program Studi Agro teknologi, Fakultas Pertanian UMK Kampus UMK Gondang manis, Bae, Kudus 3,4

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SEBARAN KEKRITISAN LAHAN DI KABUPATEN KUDUS

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISA POTENSI SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

Geo Image 5 (1) (2016) Geo Image.

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL

PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BILAH DI KABUPATEN LABUHAN BATU

PENENTUAN LAHAN KRITIS DALAM UPAYA REHABILITASI KAWASAN HUTAN DI KABUPATEN ASAHAN

ANALISIS HASIL PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kota Denpasar)

Peramalan Hasil Produksi Pertanian di Denpasar Timur dengan Metode Quadratic Trend Berbasis SIG

ABSTRAK Kata Kunci : Lahan kritis, Geographic Information Sistem (GIS), Daerah Irigasi

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

Zed Nahdi 1, Hendy Hendro HS 2, Hadi Supriyo 3, Solekhan 4

LOGO Potens i Guna Lahan

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN)

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

METODOLOGI. dilakukan di DAS Asahan Kabupaen Asahan, propinsi Sumatera Utara. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

Pemetaan Dan Inventarisasi Data Komoditas Pertanian Dan Informasi Kondisi Lahan Di Kabupaten Kudus Berbasis Sistim Informasi Geografis

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMETAAN LAHAN KRITIS KABUPATEN BELITUNG TIMUR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

DAYA DUKUNG DAS BRANTAS BERDASARKAN EVALUASI KRITERIA TATA AIR

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Jurnal Geodesi Undip April 2015

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

TINJAUAN PUSTAKA. al, 2003). Daerah Aliran Sungai adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

PENERAPAN SIG UNTUK PENYUSUNAN DAN ANALISIS LAHAN KRITIS PADA SATUAN WILAYAH PENGELOLAAN DAS AGAM KUANTAN, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PENATAGUNAAN LAHAN DI DAS ULAR SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah di wilayah Indonesia,

Arahan Penataan Lahan Kritis Bekas Kegiatan Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan di Sekitar Kaki Gunung Tampomas, Kabupaten Sumedang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

SISTEM INFORMASI SEKOLAH BERBASIS WEB DINAMIS DENGAN PHP DAN MY SQL. : Solekhan, ST, MT NIY : Fakultas : Teknik ABSTRAK

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

PEMETAAN LAHAN KRITIS DI KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG. Oleh

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

SISTEM PEMETAAN AREA PERSAWAHAN DESA GANTUNG KABUAT EN BELITUNG TIMUR BERBASIS GEORAPHICAL INFORMATION SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS EVALUASI FUNGSI KAWASAN DENGAN KONDISI LAHAN EXISTING DAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. Nur Andy Baharudin

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

PEMETAAN DAN INVENTARISASI DATA KOMODITAS PERTANIAN DAN INFORMASI KONDISI LAHAN DI KABUPATEN KUDUS BERBASIS SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS

TOMI YOGO WASISSO E

Analisis Kesesuaian Lokasi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Publik Di Kecamatan Palu Timur Dan Palu Barat

Contents 11/11/2012. Variabel-variabel Kemampuan Lahan. Land Capability

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

Abstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak

TUGAS KULIAH BAB 5. ANALISIS SPASIAL

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHANTERHADAP ARAHAN PEMANFAATANNYADI DAS WAIJARI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

PEMANFAATAN INDERAJA DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DALAM INVENTARISASI LAHAN KRITIS DI KABUPATEN KOLAKA UTARA

Sistem Informasi Geografis Potensi Wilayah Kabupaten Banyuasin Berbasis Web

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten penghasil beras keempat terbesar

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prosiding SEMINAR NASIONAL. Banda Aceh, 19 Maret 2013

Gambar 1. Lokasi Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Pola (Pemanfaatan) Ruang

Transkripsi:

Ilmu Pertanian Vol. 17 No.1, 2014 : 46-51 Pemetaan Lahan Kritis di Kawasan Muria untuk Meningkatkan Daya Dukung Lingkungan yang Berbasis pada Sistem Informasi Geografis (SIG) Critical Land Mapping in Muria Region to Improve the Environment Capability Based on Geographical Information System (SIG) Hendy Hendro 1, Zed Nadhi 2, Sri Budiastuti 3, Djoko Purnomo 4 ABSTRACT Mapping and Critical Land Invetarisasi Muria area is intended to compile a database system as space allocation data on critical land in the Muria area. Given the current Muria area of critical land area that is large enough and if left untreated and will result in a decrease in the carrying capacity of the environment. In making this critical land use mapping software-based geographic information system (GIS). Database infrastructure critical land areas are managed in an information system that can be visualized and updated, so it is easily stored and used for various purposes in accordance with the work done to kebutuhan.metode critical area analysis is based on Spatial Data Preparation of Technical Guidelines for the Critical Areas 2004 by the Directorate General of Land Rehabilitation and Social Forestry (RLPS) and the Director General of RLPS No.. S.296/V-SET/2004 dated October 5, 2004. Keywords: mapping, critical land, Muria region, database INTISARI Pemetaan dan Invetarisasi Lahan Kritis Kawasan Muria dimaksudkan untuk menyusun sistem database sebagai ruang pengalokasian data-data tentang lahan kritis di Kawasan Muria. Mengingat dikawasan Muria saat ini luasan lahan kritis yang ada cukup besar dan apabila dibiarkan dan tidak ditangani akan mengakibatkan terjadinya penurunan daya dukung lingkungan. Di dalam pembuatan pemetaan Lahan kritis ini digunakan perangkat lunak berbasis sistem informasi geografis (GIS). Database sarana dan prasarana bidang lahan kritis tersebut dikelola dalam sistem informasi yang dapat divisualisasikan dan di update, sehingga mudah disimpan dan digunakan untuk berbagai keperluan sesuai dengan kebutuhan.metode kerja yang dilakukan untuk analisa lahan kritis adalah berdasarkan atas Petunjuk Teknis Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis tahun 2004 oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS) dan Surat Direktur Jenderal RLPS No. S.296/V-SET/2004 tanggal 5 Oktober 2004. 1,2 Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus 3,4 Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

47 Hendro et.al. : Pemetaan lahan kritis di kawasan Muria berbasis SIG Kata kunci : pemetaan, kritis, Kawasam Muria, database PENDAHULUAN Lahan Kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis. Lahan tersebut mengalami kemerosotan kesuburannya baik secara fisik maupun kimia dan biologi. Sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai media produksi maupun sebagai media tata air. Lahan kritis memiliki kondisi lingkungan yang sangat beragam tergantung pada penyebab kerusakan lahan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi lahan kritis menyebabkan tanaman tidak cukup mendapatkan air dan unsur hara, kondisi fisik tanah yang tidak memungkinkan akar berkembang dan proses infiltrasi air hujan. Lahan kritis ditandai oleh rusaknya struktur tanah, menurunnya kualitas dan kuantitas bahan organik, defisiensi hara dan terganggunya siklus hidrologi, perlu direhabilitasi dan ditingkatkan produktivitasnya agar lahan dapat kembali berfungsi sebagai suatu ekosistem yang baik atau menghasilkan sesuatu yang bersifat ekonomis bagi manusia. Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan tersebut. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan suatu lahan dapat dilihat dari besarnya resiko ancaman atau hambatan dalam pemanfaatan lahan tersebut. Parameter penentu kekritisan lahan berdasarkan SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998 meliputi: kondisi tutupan vegetasi kemiringan lereng tingkat bahaya erosi dan kondisi pengelolaan (manajemen)

Vol 17 No.1 Ilmu Pertanian 48 BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di 3 (tiga) Kabupaten, yaitu: Kudus, Pati, dan Jepara yang masuk dalam kawasan Muria. Kawasan Muria terletak antara 110 o 30 dan 111 o 30 Bujur Timur dan antara 6 o 20 dan 6 o 50 Lintang Selatan. Studi ini merupakan kajian yang dilakukan terhadap lahan kritis dengan maksud untuk menyusun sistem database sebagai ruang pengalokasian data-data tentang bidang lahan kritis di Kawasan Muria berupa perangkat lunak berbasis sistem informasi geografis (GIS). Database sarana dan prasarana bidang lahan kritis tersebut dikelola dalam sistem informasi yang dapat divisualisasikan dan di update oleh pengguna, sehingga mudah disimpan dan digunakan untuk berbagai keperluan sesuai dengan kebutuhan. Pendekatan yang dipakai dalam studi ini adalah sebagai berikut; 1) pendekatan kondisi eksisting. 2) pendekatan keruangan. 3) pendekatan data spasial. Metode kerja yang dilakukan untuk analisa lahan kritis adalah berdasarkan atas Petunjuk Teknis Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis tahun 2004 oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS) dan Surat Direktur Jenderal RLPS No.S.296/V-SET/2004 tanggal 5 Oktober 2004. Pada dasarnya teknik yang digunakan dalam analisa ini adalah dengan metoda overlay/tumpang susun dan pengecekan/survey langsung di lapangan. Guna memungkinkan analisa yang lebih luas untuk kepentingan rehabilitasi hutan dan lahan, maka skoring kekritisan lahan dalam SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998 perlu diperluas mencakup seluruh fungsi hutan dan di luar kawasan hutan. Proses analisa Data Spasial Lahan Kritis Kawasan Muria sebagian besar dilakukan dengan menggunakan alat (instrumen) perangkat lunak (software) Sistem Informasi Geografis (SIG) yaitu ArcView 3.2. Proses analisa dengan menggunakan software SIG ini dapat dilaksanakan dengan

49 Hendro et.al. : Pemetaan lahan kritis di kawasan Muria berbasis SIG terlebih dahulu melakukan input data spasial beberapa tema yang telah dilakukan koreksi data dari data survey lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Luas Lahan Kritis Dalam analisis ini akan membahas variabel-variabel penentu dalam penentuan tingkat kekritisian lahan pada Kawasan Muria dengan metode pembobotan skor pada setiap kelas dalam tiap variabel penentu yaitu berupa variabel tutupan vegetasi (tajuk), kemiringan lereng, tingkat erosi, spasial produktivitas dan kriteria manajemen. Analisis Spasial Tutupan Vegetasi Berdasarkan analisis spasial tutupan vegetasi yang dilakukan pada Kawasan Muria, didapatkan hasil output berupa peta liputan lahan Analisis Spasial Kemiringan Lereng Variabel spasial kemiringan lereng juga merupakan salah satu instrumen dalam penentuan kawasan lahan kritis di Kawasan Muria. Klasifikasi yang dilakukan pada variabel ini berisikan informasi kemiringan lereng dan klasifikasinya pada setiap unit pemetaannya (poligon kemiringan lereng). Analisis Spasial Produktivitas Berdasarkan SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998, data produktivitas merupakan salah satu kriteria yang dipergunakan untuk menilai kekritisan lahan di kawasan budidaya pertanian, yang dinilai berdasarkan rasio terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional. Analisis Spasial Kriteria Manajemen Analisis spasial kriteria manajemen merupakan salah satu kriteria yang dipergunakan untuk menilai kekritisan lahan di kawasan hutan lindung. Penilaian berdasarkan kelengkapan aspek pengelolaan yang meliputi keberadaan tata batas kawasan, pengamanan dan pengawasan serta dilaksanakan atau tidaknya penyuluhan.

Vol 17 No.1 Ilmu Pertanian 50 Luas Kekritisan Lahan Luas lahan kritis di Kawasan Muria diperoleh dengan melakukan analisis terhadap atribut data spasial lahan kritis. Hasil analisis menunjukkan bahwa di wilayah kajian terdapat lima (5) kategori lahan berdasarkan tingkat kekritisannya yaitu: tidak kritis, potensial kritis, agak kritis, kritis dan sangat kritis. Daya Dukung Lingkungan Hasil yang dicapai dari pemetaan lahan kritis akan memberikan informasi berapa besarnya daya dukung lingkungan, dalam mendukung keberlanjutan ekosistem yang ada di Kawasan Muria. Langkah selanjutnya melakukan konservasi dan rehabilitasi lahan yang mengalami kekritisan untuk ditingkatkan kemampuan daya dukungnya. DAFTAR PUSTAKA Asyk, M. 1995. Penyediaan Tanah untuk Pembangunan, Konversi Lahan Pertanian dan Langkah Penanggulangannya, Tinjauan Propinsi Jawa Barat. Makalah dalam Lokakarya Persaingan dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air: Dampaknya terhadap Keberlanjutan Swasembada Pangan. Bogor, 31 Oktober-2 November 1995. Bachtiar, S. 1999. Pengendalian Alih Guna Tanah Pertanian. Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Pertanahan, Puslitbang BPN, Jakarta. Dewanti, R dan M. Dimyati. 1998. Remode Sensing dan Sistem Informasi Geografis untuk Perencanaan. Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah, Jakarta Direktorat Penatagunaan Tanah. 2004. Inventarisasi dan Zonasi Tanah Sawah Beririgasi di Indonesia. Badan Pertanahan Nasional, Jakarta. Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem; Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid Satu. IPB Press. Bogor. Jogiyanto.H.M. 1990. Analisis dan Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur. Penerbit ANDI: Yogyakarta. Mariadi, G. dan B. Suryanto. 1997. Berkurangnya Lahan Pertanian dan Kaitan Masalahnya (Kasus Jawa Tengah). Didalam: Suryana, A. et.al. 1997. Membangunan Kemandirian dan Daya Saing Pertanian Nasional Dalam Menghadapi Era Industrialisasi dan Perdagangan Bebas. PERHEPI, Jakarta. Nasoetion, L. dan J. Winoto. 1996. Masalah Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Keberlangsungan Swasembada Pangan.

51 Hendro et.al. : Pemetaan lahan kritis di kawasan Muria berbasis SIG Didalam: Hermanto (eds), Prosiding Lokakarya Persaingan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air: pp.64-82. PSE dan Ford Foundation. Prahasta, E. 2008. Remote Sensing : Praktis Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Dijital dengan Perangkat Lunak ER Mapper. Informatika, Bandung Sumaryanto. 1995. Analisis Kebijakan Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bekerjasama dengan Proyek Pembinaan Kelembagaan Peranian Nasional. Bogor. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Jakarta.