KAJIAN ASPEK EKONOMIS PENGGUNAAN HEAT PUMP SEBAGAI PEMANAS ALTERNATIF PADA KANDANG PETERNAKAN AYAM BROILER SISTEM TERTUTUP

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN TEORITIK PEMILIHAN HEAT PUMP DAN PERHITUNGAN SISTEM SALURAN PADA KANDANG PETERNAKAN AYAM BROILER SISTEM TERTUTUP

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

WIKA HEAT PUMP WATER HEATER FOR SWIMMING POOL / JACUZZI

Kunci Jawaban Latihan Termodinamika Bab 5 & 6 Kamis, 12 April 2012 W NET

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

PENGHEMAT BAHAN BAKAR PADA KOMPOR GAS RUMAH TANGGA

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN REFRIJERAN R-12 DENGAN HYDROCARBON MC-12 PADA SISTEM PENDINGIN DENGAN VARIASI PUTARAN KOMPRESOR. Ir.

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Modifikasi Ruang Panggang Oven

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

Pengujian Performa Sistem Pendingin Absorpsi dengan Energi Panas Matahari di Universitas Indonesia Depok

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

PERANCANGAN KONDENSOR MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AIR CONDITIONER ½ PK SIKLUS UDARA TERTUTUP

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

EFEK PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP KINERJA MESIN REFRIGERASI FOCUS 808

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Eksperimen Pengaruh Panjang Pipa Kapiler dan Variasi Beban Pendinginan pada Sistem Refrigerasi Cascade

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

PENGARUH REKUPERATOR TERHADAP PERFORMA DARI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER

BAB V TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. No. Turbin Gas Turbin Uap

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

= Perubahan temperatur yang terjadi [K]

Bab IV Analisa dan Pembahasan

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PLTG unit pembangkit PT. Dian Swastatika

TERMODINAMIKA TEKNIK HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA BAGI VOLUME ATUR. Chandrasa Soekardi, Prof.Dr.Ir. 1 Sistem termodinamika volume atur

DESAIN MESIN PENETAS TELUR OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER TUGAS AKHIR

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya gizi

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH)

RANCANG BANGUN EVAPORATOR UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1PK SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

II. TINJAUAN PUSTAKA

Termodinamika II FST USD Jogja. TERMODINAMIKA II Semester Genap TA 2007/2008

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

BAB II LANDASAN TEORI

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Pengaruh Jenis Alat Pemanas Kandang Indukan terhadap Performan Layer Periode Starter

ANALISIS PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN BAKAR TERHADAP EFISIENSI HRSG KA13E2 DI MUARA TAWAR COMBINE CYCLE POWER PLANT

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

ANALISIS KINERJA INSTALASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA BANGUNAN KOMERSIAL ABSTRACT

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Penerapan Evaporative Cooling Untuk Peningkatan Kinerja Mesin Pengkondisian Udara Tipe Terpisah (AC Split)

PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli Kajian Analitis Sistem Pembangkit Uap Kogenerasi

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA REFRIGERASI (REF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu

Kaji Eksperimental Pengaruh Kecepatan Udara Masuk terhadap Distribusi Temperatur pada Lorong Udara Model dengan Panjang Lorong Udara Tetap

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA

Teknik Lingkungan S1 TERMODINAMIKA LINGKUNGAN

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

RANCANG BANGUN RUANG PENDINGIN UNTUK BUAH DAN SAYURAN ORGANIK KAPASITAS 1000 LITER

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PLTG unit pembangkit PT. Dian Swastatika

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN

Transkripsi:

KAJIAN ASPEK EKONOMIS PENGGUNAAN HEAT PUMP SEBAGAI PEMANAS ALTERNATIF PADA KANDANG PETERNAKAN AYAM BROILER SISTEM TERTUTUP Evi Sofia 1*, Abdurrachim 2 1 Universitas Nurtanio Jl. Husen Sastranegara, Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat 40174 2 Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No.10, Jawa Barat 40132 * e.sofia@ymail.com ABSTRAK Anak ayam yang berumur satu hari sampai empat belas hari (masa brooding) dalam pemeliharaannya memerlukan temperatur berkisar antara 29 C 32 C. Untuk menjaga temperatur tersebut digunakan pemanas ruangan berbahan bakar LPG. Untuk memanaskan kandang dengan kapasitas 15.500 ekor selama 14 hari diperlukan LPG seberat 12 kg sebanyak 60 tabung. Ketersediaan LPG dan mahalnya harga LPG tersebut yang melatar belakangi kajian ini. Pemilihan heat pump sebagai pengganti pemanas kandang ayam pada masa brooding didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu ; lebih aman, tahan lama, tidak menimbulkan polusi udara, panas yang dihasilkan lebih stabil dan terfokus dan temperaturnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Di beberapa negara penggunaan heat pump dengan fluida kerja air dari tanah (Ground Source Heat pumps/gshp) banyak digunakan sebagai pemanas kandang ayam. Akan tetapi penggunaan heat pump dengan sistem kompresi uap masih belum ditemui. Kajian ini juga mencoba membandingkan biaya bila Heat pump dengan sistem kompresi uap tersebut digunakan sebagai pemanas kandang ayam. Kajian diawali dengan pemilihan heat pump, perhitungan ducting dan analisis biaya. Dari hasil kajian ini menunjukkan bahwa penggunaan heat pump memberikan penghematan biaya operasional sebesar 61 % dibandingkan dengan penggunaan pemanas dengan berbahan bakar LPG. Kata Kunci : heat pump, Ground Source Heat pumps, brooding, ducting ABSTRACT Chicks aged one day to fourteen days (brooding) in its maintenance requires a temperature range between 29 C - 32 C. To keep the temperature used LPG-fueled heating. To heating the cage with a capacity of 15,500 chicks in the 14 days required LPG weighing 12 kg were 60 tubes. Availability of LPG and high prices of LPG is the background for this study. Selection heat pump instead of heating the chicken coop at the brooding based on several considerations, namely; more secure, durable, does not cause air pollution, the heat produced is more stable and focused, and the temperature can be adjusted as needed. In some countries the use of heat pump with a working fluid of water from the ground (Ground Source Heat pumps / GSHP) is widely used as heating chicken coops. But the use of heat pump with vapor compression systems are still not met. This study also tried to compare costs when Heat pump with vapor compression system is used as heating chicken coops. Assessment begins with the selection of heat pump, ducting calculations and cost analysis. From the results of this study indicate that the use of heat pump providing operational cost savings of 61% compared with the use of LPG-fueled heating. Keywords: heat pump, Ground Source Heat pumps, brooding, ducting 1

I. Pendahuluan Indonesia, dengan penduduk yang mencapai 237 Juta jiwa ternyata mengkonsumsi telur dan daging ayam yang relatif rendah dibanding di negara-negara tetangga. Rata rata konsumsi telur nasional 87 butir/ kapita/tahun dan daging ayam 7 kg/kapita/tahun,bandingkan dengan konsumsi telur di Malaysia yang mencapai 311 butir/kapita/tahun (hampir 1 butir/kapita/hari) dan daging ayam mencapai 36 kg/kapita/tahun. Padahal telur dan daging ayam merupakan sumber gizi yang penting bagi tubuh karena mengandung zat gizi esensial yang tidak terdapat pada sumber bahan pangan lainnya.[1] Peningkatan konsumsi daging ayam memerlukan peternak-peternak ayam yang mampu memelihara ayam-ayam pedaging dengan baik. Salah satu penentu untuk menghasilkan ayam-ayam pedaging yang baik adalah sistem perkandangannya. Sistem perkandangan yang baik membutuhkan pengelolaan pengkondisian udara yang tepat. Karena ayam memerlukan temperatur ruangan yang berbeda-beda pada setiap masa pertumbuhannya. Umur 0 sampai dengan 14 hari (masa brooding), ayam membutuhkan temperatur sekitar 29-34 C sedangkan umur 14 sampai dengan panen (kurang lebih 32 hari) ayam memerlukan temperatur udara sekitar 26-27 C.[4] Pada saat usia brooding adalah usia yang menentukan ayam tersebut akan berkembang dengan baik atau tidak. Dengan kebutuhan temperatur pada masa brooding tersebut dibutuhkan sistem pemanas ruangan. Sistem pemanas ruangan yang digunakan biasanya menggunakan bahan bakar gas (LPG). Seiring dengan terus meningkatnya harga gas maka diperlukan alternatif sistim pemanas lain yang lebih efisien. Makalah ini akan mengkaji secara ekonomis penerapan Heat sebagai sistem pemanas ruangan. II. Metodologi 4. Kesimpulan aspek ekonomis dari hasil kajian. Kajian dilakukan di peternakan Yayasan Pesantren Mangunreja Singaparna Tasimalaya, yang mempunyai temperatur udara berkisar antara 18 C - 31 C. Ayam yang dianalisis berusia satu hari (DOC) sampai 14 hari atau disebut masa brooding. Peternakan ini menggunakan sistem kandang ayam tipe tertutup (closed house) yaitu kandang ayam yang bagian dinding kiri dan kanannya tertutup rapat sedangkan udara yang masuk dan keluar kandang dibantu dengan menggunakan kipas (blower fan atau exhaust fan). Ukuran kandang adalah 100 m 12 m 2 m yang dapat menampung sebanyak 15.500 ekor ayam dewasa. Gambar 1. Gambar bagian dalam kandang ayam III. Perhitungan kebutuhan energi Perhitungan kebutuhan energi perhari diperoleh dengan terlebih dahulu membuat sistem dari kandang ayam. Dari sistem tersebut kemudian dihitung kesetimbangan energi dari kandang ayam dengan cara menghitung energi yang masuk dan keluar sistem. Berikut gambar balans energi dari kandang ayam. Tahapan dari kajian ini terdiri dari : 1. Analisa kesetimbangan energi didalam kandang. 2. Pemilihan sistem energi yang lebih baik dikaitkan dengan konservasi energi. 3. Pemilihan pemanas alternatif ( Heat ) 2

Gambar 2. Sistem Kandang Dari sistem diperoleh kesetimbangan energinya sebagai berikut :[2] (ṁc T) =(ṁc T) (1) Pemilihan Heat sebagai pengganti pemanas kandang ayam didasarkan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut Lebih aman Tahan lama Tidak menimbulkan polusi udara Panas yang dihasilkan lebih stabil dan terfokus Temperaturnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan Sebagai acuan untuk pemilihan Heat adalah besarnya kebutuhan bahan bakar maksimum. Dari hasil perhitungan sebelumnya di pilih kebutuhan bahan bakar maksimum yaitu sebesar 49 kw. Berdasarkan teori dari siklus kompresi uap [3], bahwa besarnya unjuk kerja mesin pendingin atau COP adalah. ṁc T +q +q =ṁc T +q (2) Dimana : ṁ = laju aliran massa, kg/s c p = Kapasitas jenis udara, kj/kg K T i =Temperatur masuk kandang, C T o = Temperatur keluar kandang, C q bb = Panas yang dibutuhkan untuk pembakaran, kw q loss = Panas yang terbuang melalui dinding, kw q sensible= Panas sensible dari ayam, kw Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan besarnya kebutuhan energi per hari dan penggunaan tabung per harinya selama masa brooding. Tabel 1. Besarnya kebutuhan energi perhari 1 2 3 4 5 6 7 Tk,K 307 305 305 305 305 305 305 T,K 291 295 295 295 295 295 295 qik,kw 1162 1170 1170 1170 1170 1756 1756 qok,kw 1210 1202 1202 1202 1202 1803 1803 qloss, kw 11 10 10 10 10 10 10 qsensible, kw 10 13 16 20 24 28 33 q,kw 49 29 26 22 18 30 25 mdot tabung, kg/s 0,00107 0,0006 0,0006 0,0005 0,0004 0,0006 0,0005 Penggunaan tabung /hari 8 5 4 3 3 5 4 8 9 10 11 12 13 14 Tk,K 305 304 304 304 304 304 304 T,K 295 295 295 295 295 295 295 qinh,kw 1756 2341 2341 2341 2926 2926 2926 qoutk,kw 1803 2404 2404 2404 3005 3005 3005 qloss, kw 10 10 10 10 10 10 10 qsensible, kw 38 43 49 55 61 67 74 q,kw 20 31 25 19 28 22 15 mdot tabung, kg/s 0,0004 0,0007 0,0005 0,0004 0,0006 0,0005 0,0003 Penggunaan tabung /hari 3 5 4 3 4 3 2 IV. Pemilihan pemanas alternatif ( Heat ) COP= q e/w k (3) = (4) Dimana : COP = Unjuk kerja mesin (Coeffisien of performance) Wk = Kerja/daya kompresor q c = Kapasitas pemanas = Kapasitas pendinginan q e Jika kebutuhan bahan bakar dianggap sama dengan kapasitas pemanas (q c) maka dengan COP = 3, akan diperoleh besarnya daya kompresor sebesar 13 kw atau sekitar 17 Hp. Agar pendistribusian panas lebih merata maka Heat dibagi menjadi 3 bagian yaitu : 6 Hp dinding kiri dan kanan kemudian 5 Hp untuk bagian depan. Gambar 3. Layout sistem duct V. Analisis Biaya 3

Analisis biaya penggunaan heat pump dan pemanas LPG dibagi menjadi dua yaitu : 1. Biaya tetap (cost fixed) 2. Biaya operasional (operational cost) Heat 1. Biaya tetap. Biaya tetap untuk Heat terdiri dari biaya pembelian Heat dan pemasangan ducting. Heat yang dipilih adalah Heat dengan kapasitas 13 kw atau sekitar 17 Hp. Harga Heat dengan kapasitas tersebut berkisar Rp 63.000.000. Sedangkan untuk memaksimalkan pendistribusian udara digunakan ducting. Ducting yang digunakan adalah Baja lapis seng (BJLS), biaya dari ducting jenis ini adalah sekitar Rp 325.000/m2, biaya tersebut sudah termasuk dengan isolasi dan biaya pengerjaan sekitar Rp 75.000/m2. Sehingga biaya untuk pemasangan duct adalah Rp 5.103.715. Rincian perhitungan untuk biaya ducting secara lengkap ada pada lampiran 4. Dari rincian diatas diperoleh total biaya tetap yaitu sebesar Rp 68.103.715. Tabel 2. Biaya Tetap Penggunaan Heat Heat 13 kw Rp 63.000.000 Instalasi duckting Rp 5.103.715 Total biaya Rp 68.103.715 2. Biaya operasional. Biaya operasional terdiri dari biaya penggunaan listrik selama 14 hari dan biaya pemeliharaan, jika biaya listrik per kwh Rp 1400 maka total biaya pengunaa listrik nya adalah Rp 3.016.767. Sedangkan biaya pemeliharaaanya sekitar Rp 200.000 per satu kali panen. Sehingga total biaya operasional untuk penggunaan Heat adalah Rp 3.216.767. Tabel 3. Biaya Operasional Penggunaan Heat Biaya penggunaan listrik selama 14 hari Rp 3.016.767 Biaya pemeliharaan per satu kali panen Rp 200.000 Total biaya operasional Rp 3.216.767 Tabel 4. Biaya penggunaan listrik Heat per hari Hari Kebutuhan energi/hari Biaya penggunaan listrik 1 12 Rp 415.352 2 7 Rp 245.878 3 6 Rp 216.843 4 6 Rp 186.637 5 5 Rp 152.785 6 7 Rp 250.026 7 6 Rp 210.576 8 5 Rp 169.042 9 8 Rp 256.423 10 6 Rp 207.859 11 5 Rp 156.560 12 7 Rp 238.698 13 5 Rp 184.274 14 4 Rp 125.814 Jumlah Rp 3.016.767 Pemanas gas LPG 1. Biaya tetap. Biaya tetap terdiri dari biaya pembelian pemanas dan pembelian tabung. Pemanas yang digunakan berjumlah dua buah dengan harga Rp 8.000.000 / pemanas. Sedangkan tabung yang digunakan berjumlah sepuluh dengan harga per tabung Rp 250.000. Berikut rincian biaya tetap untuk pemanas dengan bahan bakar LPG. Tabel 5. Biaya Tetap Pemanas LPG Harga 10 tabung LPG Rp 2.500.000 Harga heater (2 X Rp 8000000) Rp 16.000.000 Total biaya Rp 18.500.000 2. Biaya operasional. Biaya operasionalnya terdiri dari biaya penggunaan listrik untuk pemanas dan biaya pembelian tabung gas LPG selama masa brooding. Jika harga gas LPG sebesar Rp 145.000 per tabung maka biaya total selama 14 hari adalah Rp 8.150.893. Sedangkan biaya penggunaan listrik untuk dua buah pemanas jika satu pemanas 100 watt adalah Rp 94.080.Sehingga total 4

LPG biaya operasional menggunakan gas LPG adalah Rp 8.244.973. Tabel 6. Biaya Operasional Pemanas Biaya penggunaan gas LPG selama 14 hari Rp 8.150.893 Biaya penggunaan listrik untuk pemanas selama 14 hari Rp 94.080 Total biaya operasional Rp 8.244.973 Tabel 7. Biaya penggunaan gas LPG per hari Hari Penggunaan Biaya penggunaan gas tabung/hari LPG/hari 1 8 Rp 1.122.225 2 5 Rp 664.329 3 4 Rp 585.881 4 3 Rp 504.268 5 3 Rp 412.804 6 5 Rp 675.537 7 4 Rp 568.947 8 3 Rp 456.728 9 5 Rp 692.820 10 4 Rp 561.605 11 3 Rp 423.003 12 4 Rp 644.929 13 3 Rp 497.884 14 2 Rp 339.934 Jumlah Rp 8.150.893 Biaya operasional (Operational cost) Biaya Pemanas gas LPG Rp 8.244.973 Heat Rp 3.216.767 Penghematan Rp 5.028.206 61% Terdapat selisih sekitar Rp 49.603.715 dengan menggunakan Heat. Akan tetapi biaya tetap yang merupakan biaya investasi awal Heat dapat tertutupi dalam jangka waktu sekitar dua tahun yang diperoleh dari dari hasil penghematan biaya operasional yaitu 61 %. V. DAFTAR PUSTAKA Livestockreview.com,(2012): Telur dan Daging Ayam Tingkatkan Gizi dan Prestasi Bangsa. Incropera, F.,P.,Dewitt, D.,P., (1990): Introduction to Heat Transfer 3rd Edition, John Wiley & Sons, New York. Moran, M.,J.,(2002): Introduction to Thermal System Engineering, John Wiley & Sons. A. Yania, H. Suhardiyanto, Erizal, & B. P. Purwanto,(2014): Design of Stocking Density of Broiler for Closed House in Wet Tropical Climates, Media Peternakan. VI. KESIMPULAN Dari Tabel 8. terlihat bahwa biaya tetap penggunaan Heat lebih besar dari pada biaya tetap penggunaan pemanas gas LPG yaitu sekitar tiga kalinya. Sedangkan biaya operasional menggunakan Heat dari hasil kajian diatas lebih kecil dari biaya operasional menggunakan pemanas gas LPG sekitar dua setengah kalinya. Tabel 8. Perbandingan Biaya Tetap (Cost Fixed) Biaya tetap (cost fixed) Biaya Heat Rp 68.103.715 Pemanas gas LPG Rp 18.500.000 Rp 49.603.715 Sedangkan Tabel. 9 memperlihatkan bahwa biaya operasional menggunakan pemanas gas LPG lebih besar dari pada biaya operasional menggunakan Heat. Tabel 9. Perbandingan Biaya Operasional 5