PERAN KELUARGA TERHADAP PENANGGULANGAN AWAL ISPA BUKAN PNEUMONIA PADA BALITA

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN ISPA DI KELURAHAN KALIPANCUR SEMARANG

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BALITA DAN IBU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

Healthy Tadulako Journal (Enggar: 57-63) 57

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA OLEH IBU YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JETIS 1 BANTUL 2012

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Kata Kunci : frekuensi penimbangan, balita, pengetahuan, posyandu

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA. Fithria

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

ABSTRAK. Ika Dewi Wiyanti, 2016; Pembimbing I : dr. Dani, M.kes Pembimbing II : dr.frecillia Regina,Sp.A

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG ISPA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. seluruh dunia, yaitu sebesar 124 juta kasus kematian anak terjadi akibat pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS KARTASURA

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

INTISARI PROFIL SWAMEDIKASI OBAT BATUK PILEK BEBAS PADA ANAK DI APOTEK AMANDIT FARMA BANJARMASIN

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN PNEUMONIA RINGAN PADA BALITA DI RUMAH DI DESA SAYANG KECAMATAN JATINANGOR

Kata kunci: Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), media audio visual, pendidikan kesehatan, perilaku ibu, balita

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN IBU MEMBERIKAN PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA ANAK DI DESA PAKIS KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT INFLUENZA PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWANTORO I SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi ini diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KARIES GIGI PADA BALITA

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS PIYUNGAN BANTUL TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

PENGARUH PEER EDUCATION TENTANG ISPA TERHADAP KEMAMPUAN IBU DALAM PERAWATAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL

PERAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

ARTIKEL ILMIAH. Analisis Deskriptif Angka Kematian Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGETAHUAN IBU TENTANG PENANGGULANGAN DIARE DENGAN PENATALAKSANAAN DIARE BALITA USIA 1-5 TAHUN

Keywords: knowledge, attitude, first aid practice ISPA, Mother Toddler Bibliography: 29 ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN SKRIPSI

INTISARI. Rahmatullah 1 ;Dita Ayuliav D.S 2 ; Iriani Yamuningsih 3

Transkripsi:

PERAN KELUARGA TERHADAP PENANGGULANGAN AWAL ISPA BUKAN PNEUMONIA PADA BALITA Esti Nugraheny, Jumiyati, Shafa Awalia Akademi Kebidanan Ummi Khasanah, Jl. Pemuda Gandekan, Bantul E-mail : entharababy@gmail.com Abstract: Family Roles Toward Initial Prevention to Acute Respiratory Infection (ARI) Instead of Pneumonia in Children Under Five. ARI (acute respiratory infection) is one of the most common health problems in infants and tends to increase every year. Until now ARI is still a major disease that most commonly causes death in infants. Various efforts such as prevention, early detection and treatment of cases are taken to reduce morbidity and mortality due to ARI. Early treatment is extremely important in order to prevent ARI instead of pneumonia to be pneumonia, and to prevent severe pneumonia. To determine the role of the family in the prevention of ARI instead of pneumonia in children under five, nutritional provision way, fluid provision way, observation of disease progression and how to seek help for health care facilities. The study was a descriptive cross-sectional approach. The study population was mothers with children under five who were checked in Public Health Center of Bantul II for ARI instead of pneumonia. Sampling was done by purposive sampling with a number of 60 samples. The data were collected by using a questionnaire. The research results use univariate analysis. 70% (42 respondents) contribute positively to the prevention of ARI prevention instead of pneumonia in young children, namely fever, 86% (52 respondents) cough, 80% (48 respondents) airway obstruction, 86% (52 respondents) nutritional provision way, 100% (60 respondents) fluid provision way, 100% (60 respondents) observation of disease progression, 97% (58 respondents) and how to seek help for health care facilities. Based on these results it can be concluded that the role of families in preventing ARI instead of pneumonia in infants at home has the most positive role. Keywords: role of family, ARI instead of pneumonia in children under five Abstrak: Peran Keluarga terhadap Penanggulangan Awal ISPA bukan Pneumonia pada Balita. ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada balita dan cenderung meningkat setiap tahun. Sampai saat ini ISPA masih merupakan penyakit utama yang paling sering menyebabkan kematian pada balita. Berbagai upaya seperti pencegahan, penemuan dini dan penatalaksanaan kasus dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena ISPA. Penatalaksanaan dini yang benar sangat penting karena untuk mencegah ISPA bukan pneumonia menjadi pneumonia, dan mencegah pneumonia berat. Mengetahui peran keluarga dalam penanggulangan ISPA bukan pneumonia pada balita, cara pemberian nutrisi, cara pemberian cairan, pengamatan perkembangan penyakit dan cara mencari bantuan ke sarana pelayanan kesehatan. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita yang diperiksakan di Puskesmas Bantul II karena ISPA bukan

pneumonia. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling sejumlah 60 sampel. Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menggunakan analisis univariat. 70% (42 responden) berperan positif terhadap penanggulangan ISPA bukan pneumonia pada balita, yaitu demam, 86% (52 responden) batuk, 80% (48 responden) sumbatan jalan nafas, 86% (52 responden) cara pemberian nutrisi, 100% (60 responden) cara pemberian cairan, 100% (60 responden) pengamatan perkembangan penyakit, 97% (58 responden) dan cara mencari bantuan ke sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peran keluarga dalam menanggulangi ISPA bukan pneumonia pada balita selama di rumah sebagian besar memiliki peran positif. Kata Kunci: peran keluarga, ISPA bukan pneumonia balita Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Kompas, 2006). Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu masa kandungan, bayi dan anak balita. Kelangsungan hidup anak itu sendiri dapat diartikan bahwa anak tidak meninggal pada awal-awal kehidupannya, yaitu tidak sampai mencapai usia satu tahun atau usia di bawah lima tahun (Maryunani, 2010). Kematian akibat infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada anak, khususnya balita, terutama disebabkan oleh pneumonia. Di Indonesia, angka kejadian pneumonia pada balita adalah sekitar 13,2% per tahun. Angka kematian pneumonia pada balita di Indonesia adalah enam per 1000 balita. Ini berarti dari setiap 1000 balita setiap tahun ada enam anak, diantaranya yang meninggal akibat pneumonia sebelum ulang tahunnya yang kelima. Jika dihitung, jumlah balita yang meninggal akibat pneumonia di Indonesia dapat mencapai 150.000 orang per tahun, 12.500 per bulan, 416 per hari, 17 orang per jam atau satu orang balita tiap menit (Maryunani, 2010). Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang seringkali dilaporkan sebagai 10 penyakit utama di negara berkembang. Gejala yang sering dijumpai adalah batuk, pilek dan kesukaran bernafas. Penyakit menular yang selalu masuk dalam sepuluh besar penyakit (Puskesmas) selama beberapa tahun terakhir adalah influensa, penyakit saluran nafas (diantaranya pneumonia), hipertensi, diare, penderita ISPA bukan pneumonia tercatat jumlahnya 70.942 (Dinkes DIY, 2011). Hasil pencatatan dan pelaporan penderita ISPA bukan pneumonia pada balita yang berkunjung ke Puskesmas Bantul II pada Bulan September tahun 2012 berjumlah 38 orang. Rencana strategis Kabupaten Bantul tahun 2006-2010 menyebutkan bahwa penyakit ISPA ini perlu diwaspadai. Penyakit ISPA sendiri merupakan penyakit yang mudah menular di masyarakat, terutama pada balita.

Oleh karena itu, penemuan kasus sejak dini, penatalaksanaan dan pengobatan ISPA secara adekuat merupakan upaya yang paling efektif dalam mencegah penularan di masyarakat. Pemerintah telah membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi persoalan kesehatan anak, khususnya untuk menurunkan angka kematian balita. Salah satunya adalah meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat. Dalam membantu perbaikan status kesehatan peran serta keluarga dan masyarakat ini penting, sebab upaya pemerintah dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dan balita tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah, melainkan perlu peran serta masyarakat melalui partisipasi secara langsung (Hidayat, 2008). Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu petugas kesehatan perlu memfokuskan kepada keluarga dengan memperhatikan kemampuan dalam penanggulangan dini ISPA bukan pneumonia. Peran aktif keluarga dalam menangani ISPA bukan pneumonia sangat penting, karena penyakit ISPA bukan pneumonia merupakan penyakit yang sering didapatkan di masyarakat atau keluarga. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena penyakit ini banyak menyerang balita dengan insidens 40 per 1.000 kelahiran hidup, prevalensi 25,5% dan 3-6 episode ISPA setiap tahunnya sehingga ibu balita dan anggota keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA bukan pneumonia ini ketika balitanya sakit. Insiden menurut kelompok umur balita 0,29 episode per anak/ tahun di negara berkembang. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat memerlukan perawatan di rumah sakit. Episode batuk pilek di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40-60%) dan Rumah Sakit (15-30%). (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Keluarga perlu mengetahui serta mengamati tanda dan keluhan dini ISPA bukan pneumonia dan kapan perlu mencari pertolongan dan rujukan pada sistem pelayanan kesehatan agar penyakit anak balitanya tidak menjadi lebih berat. Bila praktek penanganan ISPA bukan pneumonia pada tingkat keluarga kurang, maka akan berpengaruh pada perjalanan penyakit dari yang ringan menjadi bertambah berat. Dari hasil studi pendahuluan yang saya lakukan di Puskesmas Bantul II pada tanggal 7 Februari 2013, empat dari lima Ibu yang memeriksakan anaknya mengatakan melakukan penanggulangan ISPA bukan pneumonia selama di rumah dengan cara memberikan obat batuk yang dibeli dari apotik dan apabila selama tiga hari tidak ada perbaikan dari keadaan balitanya maka ibu langsung membawanya ke puskesmas atau ke bidan, sementara itu, salah seorang ibu mengatakan langsung membawa anaknya ke bidan apabila anaknya terkena batuk. Dari hasil studi pendahuluan di atas peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai peran keluarga terhadap penanggulangan awal ISPA bukan pneumonia pada balita. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Alat pengumpul data menggunakan kuesioner yang dikembangkan dari literatur mengenai cara penanggulangan ISPA bukan pneumonia di keluarga. Kuesioner tersebut terdiri dari 22 item yang terbagi atas 12 pernyataan positif (favourable) dan 10 pernyataan negatif (unfavourable). Jumlah responden sebanyak 60 orang. Uji validitas dilakukan di Puskesmas Bantul I pada ibu rumah tangga yang mempunyai balita dengan jumlah responden untuk uji validitas adalah sebanyak 20 orang sebagai sampel minimal. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Uji validitas menggunakan rumus Person Product Moment. Dari hasil uji validitas didapatkan 22 item pertanyaan valid kemudian dilanjutkan dengan uji reliabilitas untuk 22 pertanyaan. Dari hasil perhitungan didapatkan adalah 0,884 maka karena nilai α > 0,600 maka dinyatakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel. Analisis yang digunakan dalam bentuk persentase dari variabel. Selanjutnya perolehan persentase dimasukan ke dalam indikator yaitu: Peran positif: skor 51-100%, Peran negatif: skor 0-50% HASIL DAN PEMBAHASAN : Distribusi Responden Berdasarkan Peran Keluarga Terhadap Penanggulangan Panas Atau Demam Pada Balita 30% 70% Positif Negatif Grafik 1. Peran Keluarga Terhadap Penanggulangan Panas Atau Demam Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 Grafik 1. menunjukkan hasil distribusi responden berdasarkan peran keluarga terhadap penanggulangan panas atau demam pada balita di wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 diketahui status responden dengan peran positif 70% (42 responden). Menurut DepKes RI (2007) keluarga sangat berperan terhadap penanggulangan panas atau demam pada balita. Hal ini berkaitan dengan perilaku keluarga dalam penanggulangan panas atau

demam dengan cara mengompres. Kompres penting dilakukan di rumah sebagai pertolongan pertama sebelum anak dibawa ke pusat kesehatan terdekat. Distribusi Responden Berdasarkan Peran Keluarga Terhadap Penanggulangan Batuk Pada Balita 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Peran Positif Peran Negatif Grafik 2. Peran Keluarga Terhadap Penanggulangan Batuk Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 Grafik 2. menunjukkan hasil distribusi responden berdasarkan peran keluarga terhadap penanggulangan batuk pada balita di wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 diketahui status responden dengan peran positif 86% (52 responden). Menurut DepKes RI (2007), sebagai langkah awal untuk menanggulangi batuk pada balita yaitu dengan memberikan obat batuk yang aman yaitu dengan memberikan ramuan tradisional seperti jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh yang diberikan tiga kali sehari. Distribusi Responden Berdasarkan Peran Keluarga Terhadap Penanggulangan Sumbatan Jalan Nafas Pada Balita 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% peran positif peran negatif

Grafik 3. Peran Keluarga Terhadap Penanggulangan Sumbatan Jalan Nafas Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 Grafik 3. menunjukkan hasil distribusi responden berdasarkan peran keluarga terhadap penanggulangan sumbatan jalan nafas pada balita di wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 diketahui status responden dengan peran positif 80% (48 responden). Cara mengatasi sumbatan jalan nafas pada balita dan sebagian menanggulangi dengan membersihkan jalan nafas atau hidung anak dengan menggunakan kain bersih yang bertujuan untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah (DepKes RI, 2007). Distribusi Responden Berdasarkan Peran Keluarga Terhadap Cara Pemberian Nutrisi Pada Balita 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 87% 30% 20% 10% 0% Positif 13% Negatif Grafik 4. Peran Keluarga Terhadap Cara Pemberian Nutrisi Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 Grafik 4. menunjukkan hasil distribusi responden berdasarkan peran keluarga terhadap cara pemberian nutrisi pada balita di wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 diketahui status responden dengan peran positif 80% (48 responden). Sebagian besar responden telah mengerti terhadap pemberian nutrisi yang baik untuk balitanya dengan memberikan makanan bergizi dan lunak pada saat balita sakit, dan tidak memberi makanan jajanan sembarangan seperti ciki-ciki, ice cream, kembang gula pada saat balita sakit. Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang (Asnah, 2006). Cara yang dilakukan yaitu dengan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya. Hal ini penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan mencegah malnutrisi (DepKes RI, 2007).

Distribusi Responden Berdasarkan Peran Keluarga Terhadap Cara Pemberian Cairan Pada Balita Negatif 13% Positif 87% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% Grafik 5. Peran Keluarga Terhadap Cara Pemberian Cairan Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 Grafik 5. menunjukkan hasil distribusi responden berdasarkan peran keluarga terhadap cara pemberian cairan pada balita di wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 diketahui status responden dengan peran positif 100% (60 responden). Dalam penelitian ini 100% responden berperan positif dalam memberikan penanggulangan dengan cara memberikan cairan (air putih, ASI, dsb) lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit pada balita (Hartono dan Rahmawati 2012). Distribusi Responden Berdasarkan Peran Keluarga Terhadap Pengamatan Perkembangan Penyakit Pada Balita

100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Positif 100% Negatif 0% Grafik 6. Peran Keluarga Terhadap Pengamatan Perkembangan Penyakit Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 Grafik 6. menunjukkan hasil distribusi responden berdasarkan peran keluarga terhadap pengamatan perkembangan penyakit di wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 diketahui status responden dengan peran positif 100% (60 responden). Tingkat pengetahuan keluarga sangat berperan terhadap pengamatan perkembangan penyakit pada balita. Dalam penelitian ini 100% responden berperan positif yaitu jika mengetahui tanda-tanda bahaya ISPA (tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau napas cepat) segera membawa ke pelayanan kesehatan. Responden dapat mengetahui inforrmasi tersebut dari tenaga kesehatan Puskesmas atau yang lainnya. Distribusi Responden Berdasarkan Peran Keluarga Terhadap Cara Mencari Bantuan Ke Sarana Pelayanan Kesehatan

Grafik 7. Peran Keluarga Terhadap Cara Mencari Bantuan Ke Sarana Kesehatan Di Wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 Grafik di atas menunjukkan hasil distribusi responden berdasarkan peran keluarga terhadap cara mencari bantuan ke sarana kesehatan di wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 diketahui status responden dengan peran positif 97% (58 responden). Responden sangat tanggap dalam mencari bantuan ke sarana pelayanan kesehatan ini dibuktikan dengan 97% responden berperan positif, yaitu responden langsung membawa balitanya ke Puskesmas atau ke pelayanan kesehatan lain saat panas anak tidak mau turun-turun, dan apabila batuk pilek demam lebih dari dua hari belum sembuh dan terdapat tanda pneumonia seperti nafas menjadi pendek, dan lebih cepat, anak tidak mau minum, dan sakit anak bertambah parah. Untuk penanggulangan mencari bantuan ke sarana pelayanan kesehatan adalah dengan cara melihat ada tidaknya tarikan dinding dada ke dalam dan menghitung frekuensi (gerakan) nafas balita yang batuk atau sukar bernafas (Maryunani, 2010). SIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, 70% responden berperan positif terhadap penanggulangan panas atau demam pada balita, 86% responden berperan positif terhadap penanggulangan batuk pada balita, 80% responden berperan positif terhadap penanggulangan sumbatan jalan nafas pada balita, 86% responden berperan positif terhadap cara pemberian nutrisi pada balita, 100% responden berperan positif terhadap cara pemberian cairan pada balita, 100% responden berperan positif terhadap pengamatan perkembangan penyakit, 97% responden berperan positif terhadap cara mencari bantuan ke sarana pelayanan kesehatan. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berkontribusi dalam penanggulangan ISPA bukan pneumonia pada balita.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. Depkes RI. 2007. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Jakarta. Dinas Kesehatan Bantul. 2012. Narasi Profil Kesehatan Bantul Yogyakarta.pdf, diakses tanggal 21 Januari 2013. Dinas Kesehatan DIY. 2011. Narasi Profil Kesehatan Yogyakarta.pdf, diakses tanggal 21 Januari 2013. Ferrinadewi. 2008. Merek & Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hidayat. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk pendidikan bidan, Jakarta: Salemba Medika. Hidayat. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Wismo. 2012. Pengertian Peran. http://www.scribd.com/doc/79048509/ Pengertian-Peran. Diakses tanggal 16 Februari 2013. Kholid. 2012. Peran keluarga dalam kesehatan. E_book keperawatan. http://www.scribd.com/doc/31811392/peran-keluarga-dalam-kesehatan. Diakses tanggal 26 Januari 2013. Kompas. 2006. Hak-hak yang di langgar. http://www.kompas.com. diakses tanggal 9 Februari 2013. Kumolowati, dkk. 2011. Profil Kesehatan Yogyakarta.pdf, www.profilkesehatan dinaskesehatan. Diakses tanggal 21 Januari 2013. Depkes RI. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). 2010. Jakarta. Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: TIM. Muaris. 2006. Sarapan Sehat untuk Anak Balita, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Notoadmojo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Citra. Notoadmojo. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Asdimhasatya. Notoatmoj. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Partwin. 2012. Pengaruh gizi terhadap kejadian ISPA. http://id.shvoong.com /medicine-andhealth/2344522-hubungan-status-gizi-dan-ispa/. Diakses pada tanggal 16 Februari 2013. Puskesmas Bantul II. 2012. Laporan Komprehensif Puskesmas Bantul II. Bantul: Puskesmas. Sarwono S. 2004. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah mada University Press. Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung: Alfabeta. Valiandra. 2012. Asuhan keperawatan anak ISPA. http://sumbarsehat.blogspot. com/2012/07/asuhankeperawatan-anak-ispa.html. Diakses tanggal 16 Februari 2013. Wawan, Dewi. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medica.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. http://ispa.pppl.depkes.go.id/unduh/pedoman pengendalian ISPA.pdf. Di unduh 3 November 2014.