BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA kelas XI yang mayoritas berusia 16 sampai 18 tahun merupakan siswa yang berada pada masa remaja awal.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat cepat. Seiring dengan perkembangan zaman, siswa selaku peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari,

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang,

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan tahapan-tahapan stimulasi yang perlu dilalui dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan lainnya sehingga perlunya kemampuan dalam memahami

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai jam enam sore jika ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere tumbuh ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA kelas XI yang mayoritas berusia 16 sampai 18 tahun merupakan siswa yang berada pada masa remaja awal. Menurut Hurlock (2004: 206) remaja berasal dari istilah adolenscence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa ini ditandai dengan perkembangan yang begitu pesat pada individu yang dapat dilihat dari segi fisik, psikis, dan sosialnya seiring dengan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja. Perkembangan yang terjadi secara signifikan pada remaja adalah dari segi emosional. Pada tahap ini perubahan mood yang terjadi cenderung menurun, mampu mengungkapkan emosinya sendiri, dan mulai memahami perasaan orang lain. Mappiare (1982: 31) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang kritis sebab dalam masa ini remaja dihadapkan pada masalah apakah dia dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya atau tidak. Salah satu masalah yang terjadi pada remaja, baik disadari atau tidak adalah berkaitan dengan penyesuaian dirinya. Penyesuaian diri merupakan hal penting yang perlu dipahami oleh remaja karena seiring dengan perkembangan zaman yang ditandai dengan terus adanya perubahan yang begitu cepat. Remaja dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman agar remaja tidak mengalami kesulitan-kesulitan yang bersifat pribadi maupun sosial. Gerungan (2002: 55) menyatakan bahwa penyesuaian diri berarti mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga: mengubah lingkungan sesuai keadaan (keinginan) diri. Pendapat tersebut diberi penjelasan oleh Gerungan bahwa penyesuaian diri dalam artian pertama disebut dengan penyesuaian diri yang bersifat autoplastis (dibentuk sendiri), sedangkan penyesuaian diri yang kedua juga disebut penyesuaian diri yang aloplastis (yang lain). Penjelasan tersebut dapat dijabarkan lagi bahwa penyesuaian diri mencakup dua hal yaitu penyesuaian diri yang dibentuk sendiri dengan cara kita berusaha menyesuaian diri dengan lingkungan dan penyesuaian diri yang dibentuk oleh hal lain yaitu 1

2 dengan cara lingkungan memaksa kita untuk menyesuaian diri. Lingkungan yang dimaksud bukan hanya lingkungan alam sekitar saja, namun ada juga lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan dan lingkungan yang lainnya. Dalam penelitian ini, penulis berfokus pada penyesuaian diri yang bersifat autoplastis yaitu penyesuaian diri yang dibentuk oleh diri sendiri; dalam hal ini adalah penyesuaian diri pada remaja kelas XI SMA yang memasuki masa remaja madya. Calhoun dan Acocella (1990: 14) mengatakan bahwa penyesuaian dapat didefinisikan sebagai interaksi yang kontinyu dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia kita sendiri. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa penyesuaian merupakan interaksi yang terjadi secara terus-menerus antara kita dengan diri kita sendiri yang maksudnya adalah interaksi kita dengan tubuh, pikiran, perilaku dan perasaan kita, dan tentu saja hal itu terjadi terus menerus dalam diri kita. Begitu juga interaksi dengan orang lain juga terjadi secara terusmenerus karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa interaksi dan bantuan dari orang lain. Selain interaksi dengan diri sendiri dan orang lain, pastinya kita juga melakukan interaksi dengan dunia kita sendiri. Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan dunia adalah lingkungan kita. Entah lingkungan yang kita pengaruhi atau justru lingkungan yang akan mempengaruhi kita. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan layanan psikopaedagogik yang diharapkan mampu membuat siswa memiliki penyesuaian diri yang baik (well-adjusted), sehingga siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal karena dapat mengekspresikan dirinya melalui penyesuaian diri yang baik sehingga ia diterima di lingkungan manapun ia berada. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru BK di SMA Negeri 1 Sukoharjo; Drs. Heri Susanto; tentang penyesuaian diri siswa, masih ditemukan siswa yang memiliki penyesuaian diri yang buruk (mal-adjusted) kurang lebih sebesar 20% dari jumlah total siswa. Masih dijumpai siswa yang menyendiri saat istirahat, saat olahraga, maupun saat jajan di kantin. Pada saat pelajaran di kelas dan ada tugas kelompok, ada siswa yang diam saja, atau dengan kata lain tidak berpartisipasi

3 dalam kerja kelompok dan juga tidak berinteraksi dengan siapapun. Gejala lain juga ditunjukkan dengan pasifnya siswa saat diajak mengobrol oleh teman maupun orang baru, siswa tersebut bersikap acuh dan cenderung menjawab sekenanya dengan jawaban singkat yang menunjukkan bahwa siswa tersebut merasa tidak nyaman terhadap obrolan tersebut yang artinya ia memiliki penyesuaian diri yang buruk karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik. Gejala-gejala tersebut sudah sesuai dengan indikator penyesuaian diri yang kurang atau buruk. Schneiders (1964) menyebutkan beberapa ciri-ciri individu yang penyesuaian dirinya terhambat seperti tidak dapat menahan diri dan emosi yang berlebihan, cenderung kaku dan tidak fleksibel dalam berhubungan dengan orang lain, mengalami kesulitan untuk bangkit lagi setelah mengalami masalah yang berat, tidak mampu mengatur dan menentukan sesuatu yang terbaik bagi dirinya dan yang sesuai dengan lingkungannya, baik di dalam pikiran maupun sikapnya, lebih terpaku pada aturan yang dibuat oleh orang lain yang belum tentu cocok dengan dirinya, serta kurang realistis dalam memandang dan menerima dirinya serta memiliki tuntutan yang melebihi kemampuan dirinya. Ciri-ciri tersebut seringkali membuat seseorang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan orang lain. Beberapa siswa lain sudah memiliki penyesuaian diri yang baik dalam proses belajar maupun kehidupan sosial. Siswa-siswa tersebut mampu berteman dengan siapa saja, mau menanggapi obrolan apapun dengan menunjukkan ketertarikan terhadap obrolan tersebut, bersikap ramah terhadap setiap orang yang ditemuinya, berani menyapa guru, staff sekolah, dan kakak kelas maupun adik kelas tanpa kelihatan canggung, terbuka dengan siapapun termasuk dengan orang yang baru saja dikenalnya, tidak malu untuk mengungkapkan isi hati dan pikirannya, mau menerima tantangan-tantangan baru dalam rangka untuk mengembangkan dirinya sehingga menjadi siswa yang unggul karena memiliki penyesuaian yang baik. Ruch (1963: 13) menyatakan bahwa...adjusment to inner and outer demands is a continuing and never-completed process. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa penyesuaian diri pada tuntutan dari dalam maupun luar diri itu

4 berkelanjutan dan merupakan proses yang tidak pernah berakhir. Dapat dijelaskan bahwa penyesuaian diri yang berasal dari dalam maupun luar diri selalu berkelanjutan sampai mati karena merupakan proses yang tidak ada akhirnya, yang artinya penyesuaian berlangsung seumur hidup. Papalia, dkk (2014: 69) menyebutkan bahwa masa remaja mulai bertumpu lebih pada teman-temannya dibandingkan pada orang tuanya untuk intimasi dan hubungan. Pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pada masa remaja, remaja cenderung lebih dekat dengan teman-temannya dibanding dekat dengan orang tuanya sendiri. Hal tersebut mungkin terjadi karena hubungan yang terjalin dengan temannya lebih dekat dan intim seiring dengan semakin meregangnya hubungan dengan orang tuanya. Havighurst (dalam Hurlock, 2004: 214) menyatakan bahwa kelompok teman sebaya adalah suatu kelompok yang terdiri dari remaja yang mempunyai usia, sifat, dan tingkah laku yang sama dan ciri-ciri utamanya adalah timbul persahabatan. Selain itu Hurlock (2004: 214) menambahkan bahwa kebutuhan untuk diterima dalam kelompok sebaya menyebabkan remaja dapat melakukan perubahan dalam sikap dan perilaku sesuai dengan perilaku anggota kelompok teman sebaya. Hal ini menunjukkan bahwa jika seseorang ingin diterima oleh suatu kelompok, maka orang tersebut melakukan perubahan sikap dan perilaku, dari perilakunya yang asli dirubah menjadi perilaku yang diinginkan oleh kelompok. Remaja memiliki keinginan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya mereka dalam satu kelompok pertemanan. Dapat dikatakan bahwa remaja tersebut sedang melakukan sebuah perilaku yang disebut konformitas teman sebaya atau peer-conformity atau dengan kata lain berusaha menjadi identik dengan kelompok sebayanya. Menurut Santrock (2003: 222), konformitas (conformity) muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konformitas yang terjadi pada remaja dapat terjadi karena paksaan yang ia rasakan. Paksaan atau tekanan yang nyata bisa berupa paksaan dari kelompok teman sebaya terhadap remaja untuk meniru apa yang dilakukan anggota

5 kelompok teman sebaya dan melakukan apapun yang diinginkan oleh anggota kelompoknya. Sedangkan tekanan yang dibayangkan oleh remaja yaitu seolaholah remaja merasa harus meniru dan melakukan apapun yang dilakukan oleh kelompok sebayanya agar ia diakui sebagai anggota kelompok tersebut. Tekanan yang dibayangkan oleh remaja sebenarnya tidak dilakukan oleh anggota kelompoknya, melainkan dia sendiri yang merasa harus melakukan hal-hal semacam itu. Camarena (dalam Santrock, 2003: 222) menyatakan bahwa konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja dapat menjadi positif maupun negatif. pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa tekanan yang dilakukan oleh kelompok sebaya tidak selalu bersifat negatif, tetapi ada juga tekanan yang bersifat positif. Tekanan dari kelompok teman sebaya tergantung pada siapa saja anggota kelompok teman sebaya tersebut. Apabila teman sebaya beranggotakan remaja yang baik, maka tekanan tersebut akan menjadi positif seperti tekanan untuk melakukan ibadah tepat waktu, atau tekanan untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah tepat waktu. Teman sebaya yang memberikan tekanan negatif biasanya beranggotakan remaja-remaja yang bermasalah, mereka biasa menekan temantemannya untuk melakukan hal yang negatif seperti mencuri, membolos, bersikap kurang ajar terhadap orang yang lebih tua dan hal negatif lainnya. Egebark dan Ekstrom melalui sebuah penelitian pada tahun 2011 yang berjudul Like What You Like or Like What Others Like? Conformity and Peer Effects on Facebook menyatakan bahwa In this paper, we set up a natural field experiment on the social network service Facebook to study whether people conform to previously stated opinions. We find that conforming behavior exists and does so to a significant degree. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kedua peneliti tersebut membuat situasi yang alami pada sosial media facebook untuk mempelajari apakah orang-orang melakukan konformitas kepada pendapatpendapat sebelumnya. Hasil dari penelitian tersebut yaitu mereka menemukan bahwa konformitas itu memang ada dan memberikan hasil yang signifikan. Hampir semua remaja mengikuti standar umum dari teman sebaya namun para pemberontak atau antikonformis bereaksi menolak terhadap harapan umum

6 kelompok teman sebaya dan dengan secara sengaja berpaling dari tindakan atau kepercayaan yang dianut kelompok (Santrock, 2003:222). Pendapat ini dapat dijelaskan bahwa meskipun mayoritas remaja melakukan konformitas teman sebaya, namun masih ada remaja yang anti konformis atau remaja pemberontak untuk keluar dari aturan-aturan dan kebiasaan-kebiasaan yang dibuat oleh kelompok sehingga mereka lebih bebas untuk memenuhi semua keinginannya tanpa memikirkan orang lain. Remaja pemberontak dalam hal ini bukanlah remaja yang mendobrak semua aturan dan moralitas, melainkan remaja yang mendobrak aturan kelompok teman sebayanya dengan menjadi dirinya sendiri. SMA Negeri 1 Sukoharjo merupakan sekolah yang memberikan layanan Bimbingan dan Konseling secara memadai, jadi seharusnya para siswa sudah dapat menyesuaikan diri dengan baik, namun kenyataannya masih ditemui beberapa siswa yang penyesuaian dirinya buruk. Hal ini dapat dibuktikan dari pengamatan penulis yang hasilnya memiliki kesamaan dengan wawancara dengan koordinator guru BK. Hasil tersebut antara lain yaitu masih ditemui siswa yang lebih senang menyendiri di manapun ia berada, maish ditemui siswa yang minder dan anti-sosial, bahkan masih ditemui siswa yang melanggar aturan sekolah karena belum dapat menyesuaikan diri dengan peraturan di sekolah. Kesenjangan inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Kontribusi Konformitas Teman Sebaya terhadap Penyesuaian Diri Siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2016/ 2017. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah deskripsi penyesuaian diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2016/2017? 2. Bagaimanakah deskripsi konformitas teman sebaya siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2016/2017? 3. Apakah konformitas teman sebaya siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2016/2017 berkontribusi terhadap penyesuaian dirinya? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

7 1. Deskripsi penyesuaian diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2016/ 2017. 2. Deskripsi konformitas teman sebaya pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2016/ 2017. 3. Kontribusi konformitas teman sebaya siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2016/ 2017 terhadap penyesuaian dirinya. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu Bimbingan dan Konseling yaitu memperkaya teori tentang penyesuaian diri dan konformitas teman sebaya pada remaja. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan bagi Kepala Sekolah dan guru BK untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan penyesuaian diri dan konformitas teman sebaya pada siswa. b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini dengan menambah variabel yang lain agar penelitian tentang penyesuaian diri ataupun konformitas teman sebaya semakin banyak dan variatif.