BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012, sesuai data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2011, pertumbuhan ekonomi ini bisa dikatakan cukup stabil mengingat pengaruh krisis global masih dominan selama tahun 2012. Hasil penelitian Edelman Trust Barometer (2012) menyebutkan bahwa Indonesia dengan stabilitas pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu dari tujuh negara yang dipercaya dapat mengelola krisis politik dan keuangan serta dipercaya memiliki kestabilan bisnis yang tinggi (78%) dibandingkan beberapa negara Asia termasuk China (71%), India (69%) dan Singapura (66%). Industri pengolahan karet alam, yang menjadi bagian dari agro-industry di Indonesia, merupakan salah satu industri yang terbukti tahan terhadap krisis ekonomi dunia. Meskipun terimbas krisis ekonomi Amerika Serikat (2008) dan krisis ekonomi Eropa (2011), industri pengolahan karet alam Indonesia tetap mencetak angka ekspor yang cukup stabil ke berbagai negara di dunia. Berdasarkan data GAPKINDO (2012) yang diolah dari berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, terlihat pada Gambar 1.1, karet alam Indonesia pada tahun 2012 diekspor ke lima benua dengan menempatkan Asia sebagai eksportir terbesar produk karet alam Indonesia (49,01%) disusul oleh Amerika (32.05%) dan Eropa (17,30%). Pada tahun 2012 ini total ekspor karet alam Indonesia mencapai 2.444.438 ton dengan nilai ekspor mencapai lebih dari US$ 7,86 milyar atau setara dengan Rp 76 trilyun (menggunakan kurs tengah BI per tanggal 28 Des 2012). 1
Sumber: Gapkindo. 2013. List of Members 2013. Jakarta: Gapkindo. Gambar 1.1. Grafik Jumlah dan Tujuan Ekspor Karet Alam Indonesia Tahun 2012 Tingginya jumlah ekspor produk karet alam Indonesia ke berbagai negara Asia di tahun 2012 memberikan indikasi bahwa perekonomian Asia saat ini tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan benua yang lainnya. Terlihat pada Gambar 1.2, jumlah produk karet alam Indonesia yang diekspor ke Amerika Serikat (23.41%) menempati urutan pertama di atas China (17.91%), Jepang (15.92%), Korea Selatan (5.84%) dan India (4.41%), yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar di Asia. China, dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia dan dunia, menjadi negara tujuan ekspor utama bagi Thailand dan Indonesia, negara produsen utama karet alam dunia. Sumber: Gapkindo. 2013. List of Members 2013. Jakarta: Gapkindo. Gambar 1.2. Grafik Jumlah dan Negara Tujuan Ekspor
Karet alam Indonesia yang diekspor ke seluruh dunia, 99% diolah dalam bentuk produk yang biasa disebut dengan RSS (Rubber Smoke Sheets) dan SIR (Standard Indonesian Rubber) yang merupakan bahan baku utama pembuatan ban dan beberapa komponen mesin industri atau otomotif. Berdasarkan data Gapkindo (2013), ekspor produk RSS Indonesia tahun 2012 mencapai 56.735 ton atau 2,32% dari total ekspor karet alam Indonesia dan ekspor produk SIR Indonesia mencapai 2.370.136 ton atau 96,96 % dari total ekspor karet alam Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan industri otomotif di dunia, permintaan produk karet alam khususnya SIR mengalami peningkatan akibat meningkatnya penggunaan SIR untuk ban yang diproduksi untuk kendaraan baru (OEM) dan ban yang diproduksi untuk pasar komponen pengganti (REM). Pertumbuhan otomotif ini dapat dilihat dari data Thai Autobook (2013), yang menunjukkan tingginya jumlah produksi kendaraan komersial dan pribadi pada tahun 2012. Gambar 1.3, memperlihatkan bahwa China, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, India dan Thailand menjadi pusat produksi otomotif dunia. Khusus untuk Thailand, selain menjadi basis produksi otomotif dunia, Thailand merupakan produsen karet alam terbesar di dunia. Sumber: Thai Autobook. 2013. Thailand Enters the Top 10 Car Production 2012. Diakses Des 2013, dari www.thaiautobook.com.
1.2. Persaingan di Industri Pengolahan Karet Alam Indonesia Permintaan karet alam dunia mengalami pertumbuhan seiring dengan pertumbuhan industri otomotif. Pertumbuhan permintaan ini tidak diimbangi oleh pertumbuhan pasokan akibat keterbatasan bahan baku. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013), Indonesia memiliki luas area tanaman karet sebesar 3.487 ribu hektar (ha) namun hanya mampu memproduksi produk olahan karet alam sebesar 2.943 ribu ton. Data ini menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas tanaman karet Indonesia hanya mencapai 0.84 ton/ha/tahun. Angka ini bisa dikategorikan rendah jika dibandingkan dengan produksi karet perkebunan di Indonesia yang mencapai 1,1 ton/ha/tahun. Gambar 1.5 menunjukkan luas area tanam dibandingkan dengan produktivitas untuk setiap produsen karet alam di Indonesia. 2,500 1.14 1.08 1.09 1.20 2,000 1.10 1.10 1.00 1,500 0.74 0.65 0.74 0.80 0.80 0.80 0.60 1,000 0.40 500 0.20-2,149 586 1 1,918 522 2,193 541 2,360 573 2,361 582 2008 2009 2010 2011 2012* Petani Perkebunan Produktivitas Petani Produktivitas Perkebunan - Sumber: Badan Pusat Statistik. Luas Areal Tanam dan Produksi - Perkebunan Besar dan Perkebunan Rakyat: Tanaman Karet. Diakses Jan 2014, dari www.bps.go.id. Gambar 1.4. Grafik Area Tanam Karet vs Produktivitas Panen Perkebunan dan Petani 2008-2012 Dari Gambar 1.4. terlihat bahwa rendahnya produktivitas perkebunan karet Indonesia disebabkan karena rendahnya produktivitas petani yang menguasai 85% area perkebunan karet di Indonesia dibandingkan dengan 15% perkebunan karet yang 4
dikelola secara profesional oleh perusahaan negara dan swasta. Terbatasnya pasokan bahan baku, membuat persaingan di industri pengolahan karet alam tidak terjadi pada pemasaran produk jadi melainkan pada perolehan bahan olahan karet. Untuk bisa mendapatkan bahan baku yang cukup, perusahaan pengolahan karet alam bersaing dengan ketat untuk membeli bahan olahan karet dari petani karet dan pengumpul. Terbatasnya jumlah bahan olahan karet yang tersedia membuat daya tawar penjual menjadi lebih tinggi sehingga perang harga beli di antara perusahaan pengolahan karet alam sudah menjadi hal yang harus dihadapi setiap hari. Persaingan mendapatkan bahan baku inilah yang menjadi tantangan utama setiap perusahaan pengolahan karet alam dalam berkompetisi di industri ini. Perbedaan strategi masingmasing perusahaan menjadi penentu berhenti tidaknya operasional perusahaan. Selain jumlah pasokan yang terbatas, jumlah perusahaan pengolahan karet alam di Indonesia juga cukup banyak sehingga membuat persaingan menjadi semakin berat. Berdasarkan data Gapkindo (2013), jumlah anggota Gapkindo (Gabungan Perusahaan Karet Indonesia) mencapai 160 perusahaan, yang terdiri dari perusahaan perkebunan (negara dan swasta), perusahaan pengolahan karet alam, perusahaan eksportir dan agen penjualan. Jika dilihat perusahaan pengolahan karet alam saja, jumlahnya mencapai 148 perusahaan yang aktif di pasar untuk membeli bahan baku. 1.3. Rumusan Masalah Kirana Megatara Grup, yang hingga saat ini memiliki 15 pabrik pengolahan karet dan menguasai 18% pangsa pasar ekspor karet alam Indonesia, mempunyai tantangan yang berat untuk memenangkan persaingan dalam memperebutkan bahan baku. Tinggi rendahnya jumlah produksi dan ekspor Kirana Megatara Grup sangat tergantung dari berapa banyak bahan olahan karet yang dapat dibeli dari petani dan agen penjualan. 5
Tahun 2012 jumlah ekspor Kirana Megatara grup turun 2,23% dibandingkan tahun 2011. Penurunan ini menjadi perhatian manajemen Kirana Megatara grup khususnya strategi pembelian bahan olahan karet yang sangat menentukan kelangsungan operasional perusahaan. Pembahasan tesis ini akan fokus pada analisis kondisi persaingan di pasar bahan olahan karet dan menemukan serta memanfaatkan keunggulan kompetitif yang dimiliki Kirana Megatara grup, untuk menyusun strategi bersaing dalam upaya meningkatkan pasokan bahan olahan karet dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang mungkin terjadi. 1.4. Pertanyaan Penelitian 1. Apa karakteristik pasar bahan olahan karet alam di Indonesia (persaingan sempurna/monopoli/oligopoli)? 2. Apa keunggulan kompetitif Kirana Megatara grup yang dapat dikembangkan menjadi strategi bersaing dalam memperoleh pasokan bahan olahan karet? 3. Apa risiko-risiko yang harus diwaspadai dan apa rencana mitigasi yang dapat dilakukan oleh Kirana Megatara grup untuk meminimalkan dampak risiko pada saat risiko tersebut terjadi? 1.5. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui karakteristik pasar bahan olahan karet di Indonesia (persaingan sempurna/monopoli/oligopoli) agar analisis strategi dan risiko sesuai dengan kondisi persaingan yang sesungguhnya. 2. Menentukan strategi bersaing perusahaan dalam mendapatkan pasokan bahan olahan karet melalui proses identifikasi dan seleksi terhadap keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan. 6
3. Mengidentifikasi risiko-risiko yang ada pada strategi terseleksi, menganalisis dampak dari risiko tersebut terhadap pencapaian strategi perusahaan dan menentukan rencana mitigasi yang mungkin diambil sesuai dengan kondisi perusahaan. 1.6. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Mengimplementasikan konsep dan teori manajemen strategik dan manajemen risiko dalam dunia bisnis, khususnya di industri pengolahan karet alam Indonesia. 2. Manfaat praktis. a. Mengetahui kondisi persaingan dalam memperoleh bahan baku di industri pengolahan karet alam Indonesia. b. Memberikan alternatif strategi, yang disusun sesuai konsep manajemen strategik, kepada Kirana Megatara Grup agar dapat memenangkan persaingan dalam memperoleh bahan olahan karet yang menentukan keberlanjutan operasional perusahaan. 1.7. Batasan Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah Kirana Megatara Grup (PT. Kirana Megatara). Sebuah perusahaan joint venture antara PT. Triputra Investindo Arya dengan PT. Persada Capital. PT. Kirana Megatara berkantor pusat di Gedung The East lantai 21, Jl. Lingkar Mega Kuningan Kav. 3,2 No. 1, Jakarta Selatan dan memiliki 15 pabrik pengolahan karet alam yang lokasinya tersebar di 7 provinsi di pulau Sumatera dan Kalimantan. 7
2. Batasan Analisis Analisis dilakukan pada industri pengolahan karet alam Indonesia dengan fokus pada analisis strategi untuk menemukan keunggulan kompetitif dalam memperoleh bahan olahan karet dan analisis risiko untuk menentukan rencana mitigasi yang sesuai dengan strategi terpilih. 3. Batasan Data dan Informasi Data penelitian yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari manajemen PT. Kirana Megatara dan data sekunder yang didapatkan dari sumber-sumber di luar perusahaan seperti GAPKINDO, media cetak, dan media elektronik. 1.8. Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini dibagi ke dalam 6 (lima) bab, dengan garis besar tiap bab adalah sebagai berikut : 1. BAB I. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan diakhiri dengan sistematika penulisan tesis. 2. BAB II. LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan tentang teori yang digunakan untuk melakukan analisis yaitu manajemen strategi dengan fokus pada analisis keunggulan kompetitif dan manajemen risiko yang terfokus pada analisis dampak risiko dan rencana mitigasi risiko yang dapat diambil. 3. BAB III. METODE PENELITIAN DAN PROFIL PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan tentang bagaimana penelitian dilakukan dan profil perusahaan yang menjadi obyek penelitian. Beberapa hal yang akan dibahas adalah data dan 8
variable penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis, alat analisis, kerangka penelitian dan penjelasan tentang profil perusahaan. 4. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan serta analisis untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan. Analisis yang dilakukan meliputi analisis Herfindahl-Hirschman Index (HHI), analisis SWOT, analisis matrik TOWS, analisis VRIO dan analisis risiko (risk assessment). 5. BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang simpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan yaitu bentuk pasar bahan olahan karet di Indonesia, keunggulan kompetitif yang dipilih menjadi strategi bersaing perusahaan, risiko dan rencana mitigasi risiko yang dapat diambil untuk meminimalkan risiko. 9