BAB I PENDAHULUAN. Kontemporer, Jakarta: Salemba Empat, 2009, h. 38

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 2014, h Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jakarta:

BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan juga terjadi di Indonesia. 1. meminjamkan uang serta memberikan jasa-jasa pembiayaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Analisis Tata Kelola Penyaluran Dana Berbasis Bagi Hasil pada Lembaga Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB III GAMBARAN UMUM BPRS ARTHA MAS ABADI PATI

BAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Gambaran Umum Bank BNI dan Unit Usaha Syariah

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan bisnis yang serupa dengan Koperasi atau Lembaga Swadaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB III GAMBARAN UMUM INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya BPR Syariah Bangun Drajat Warga. SAW, dimana Baitulmal didirikan oleh Rasulullah sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan. jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. h Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alfabet, cet. 4, 2006, h. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah pertama yang berdiri `di Indonesia adalah Bank Muamalat

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh UU No.10 tahun 1998 dan undang-undang terbaru mengenai perbankan

BAB I. Pendahuluan. 10 Tahun 1998 tentang perbankan syariah yang telah memberikan andil besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund).

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang sering dipermasalahkan dan merupakan kendala utama adalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB 1 PENDAHULUAN. meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan, disamping itu juga. menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran.

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

BAB I PENDAHULUAN. dana dan menyalurkan kredit secara efisien dan efektif kepada pengusaha. memperoleh soliditas dan kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal muamalah, selain hubungan sesama manusia yang bersifat keduniaan juga

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB I PENDAHULUAN. yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

Intermediary) sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN adalah Bank Muamalat (BMI). Walaupun perkembangannya agak. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya,

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sistem ekonomi syariah semakin berkembang seiring dengan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah (LKS) menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang mendapat izin operasional sebagai lembaga keuangan syariah (DSN-MUI,2003). Definisi ini menegaskan bahwa LKS harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaian dengan syariah Islam dan unsur legalitas dalam operasi sebagai lembaga keuangan. 1 Dalam konteks perbankan nasional-indonesia, bank Islam diistilahkan dengan Bank Umum atau Bank Perkraditan Rakyat yang pembiayaannya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu bedasarkan persetujuan atau kesepakantan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah; antara lain: pembiayaan berdasarkan prinsib bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan 1 Riza Yaya, Aji Erlangga Matawireja, dkk, Akuntansi nperbankan Syariah Teori dan Praktek Kontemporer, Jakarta: Salemba Empat, 2009, h. 38

2 (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah). 2 Lembaga keuangan bank dibutuhkan sebagai suatu lembaga intermediary (perantara) antara pihak yang surplus dana kepada pihak yang devisit dana. Perkembangan selanjutnya lembaga keuangan bank maupun non bank semakin berkembang pesat diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792 Tahun 1990, lembaga keuangan di beri batasan sebagai semua badan yang kegiatannya dibidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Meski dalam peraturan tersebut lembaga keuangan diutamakan untuk membiayai investasi perusahaan namun peraturan tersebut tidak berarti membatasi kegiatan pembiayaan lembaga keuangan hanya untuk investasi perusahaan. Dalam kenyataannya, kegiatan pembiayaan lembaga keuangan bisa diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi dan kegiatan distribusi barang dan jasa. 3 Dalam pasal 1 Undang-undang No. 21 tahun 2008, disebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk laninya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank terdiri dari dua jenis, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional yang terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdsarkan prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip hukum 2 Muslimin H. Kara, Bank Syariah Di Indonesia Analisis Kebijkan Pemerintah Indonesia Terhadap Perbankan Syariah, Yogyakarta: UII Pers, 2005, h. 68-69 3 Yusuf Burhanuddin, dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia Di Lembaga Keuangan Syariah, Depok: PT Rajagrafindo Persada, h. 4

3 Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam menetapkan fatwa dibidang syariah. Bank syariah terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syaria (BPRS). 4 Secara konsep operasional Lembaga Keuangan Syariah, baik Bank Umum Syariah (BUS), Kantor Cabang Syariah bank konvensional/unit Usaha Syariah (UUS), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Maal wat Tamwil (BMT), sistem operasional dan konsep syariahnya tidaklah berbeda. Yang membedakan Bank Umum Syariah, Bank Perkreditan Rakyat Syariah, dan Baitul Maal wat Tamwil adalah pada skala bisnisnya saja, misalnya Bank Umum Syariah dalam menghimpun danan dan menyalurkan dana dalam jumlah yang besar, BPRS pada jumlah yang sedang, serta BMT dalam jumlah yang kecil dan mikro, di mana jumlah-jumlah tersebut sangat tergantung pada besaran risiko yang ditanggung Lembaga Keuangan Syariah tersebut. 5 Perbankan yang sekmen pasarnya lebih banyak pada pengusaha UKM (Usaha Kecil dan Menengah) adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). BPR adalah lembaga keungan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit atau dalam bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat yang melaksanakan kegiatan usahanya melalui prinsip konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pembiayaan di bank Islam yang diberikan kepada masyarakat untuk keperluan modal usaha, biayanya ditujukan untuk usaha-usaha yang produktif, jelas dan tranparan, serta bersifat halal, baik dari segi pengelolaan hingga 4 Rizal yaya, Aji Erlangga Matawireja, dkk, Akuntansi nperbankan Syariah Teori dan Praktek Kontemporer,..., h. 54 5 Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta: Grasindo, 2005, h. 11-12

4 kepada hasil usaha yang akan diberikan kemanfaatannya untuk masyarakat. Ada beberapa produk pembiayaan untuk keperluan peningkatan usaha atau bisa dikenal dengan pembiayaan produktif Islam yang diberikan oleh bank Islam, yaitu pembiayaan deengan prinsip jual beli, pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, pembiayaan atas prinsip bagi hasil yang porsinya disesuaikan dengan proporsi penyertaan, dan pembiayaan dengan prinsip sewa beli. Pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan dapat disalurkan untuk berbagai jenis usaha perdagangan, perindustrian, pertanian dan jasa. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang porsinya disesuaikan dengan proporsi penyertaan sesuai bagi nasabah yang telah memiliki usaha dan bermaksud mengembangkannya, namun masih kekurangan dana. 6 Dari berbagai pengertian akad-akad bagi hasil yang umum digunakan, khususnya pada bank-bank syariah di Indonesia adalah pembiayaan dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. Untuk itu pada penelitian ini yang akan di bahas secara teknis terbatas pada pembiayaan bank syariah yang di dasarkan pada akad musyarakah. PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Artha Mas Abadi merupakan salah satu unit usaha Pesantren Maslakul Huda yang didirikan oleh KH. MA Sahal Mahfudh (almarhum). Sistem keuangan di lingkungan Pesantren Maslakul Huda dirintis melalui Unit Simpan Pinjam Syariah (USPS) Koperasi Eka Serba Abadi Sejak Februari 2002. Empat tahun kemudian tepatnya pada tanggal 28 Juni 2006, Unit Simpan Pinjam Syariah (USPS) berubah menjadi PT. BPR Syariah Artha Mas Abadi yang telah mendapat izin 6 Veithzal dan Arviyan Arifin, Islamic Banking Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi Dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan Dan Ekonomi Global, Jakarta: PT Bumi Aksara,2010, h. 222

emas. 7 Salah satu produk pembiayaan di PT. BPR Syariah Artha Mas Abadi 5 operasional dari Bank Indonesia. PT. BPR Syariah Artha Mas Abadi beralamat di Jalan Raya Pati-Tayu KM 19 Ds. Waturoyo Margoyoso Pati. PT. BPR Syariah Artha Mas Abadi mempunyai produk simpanan tabungan ib wadiah, tabungan ib mudharabah, dan deposito ib mudharabah. Pada produk pembiayaan ada pembiayaan ib murabahah, pembiayaan ib musyarakah, dan ib multijasa. Dan produk yang terakhir adalah ib gadai adalah pembiayaan ib musyarakah dengan menggunakan akad musyarakah dengan prinsip bagi hasil, melayani kebutuhan tambahan modal kerja bagi pelaku usaha musiman, cocok untuk usaha dibidang pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan maupun kontruksi. Agunan dapat berupa surat tanda kepemilikan tanah ataupun kendaraan, Pembiayaan ini memiliki jangka waktu 4, 5, 6 bulan. Pembiayaan ib musyarakah salah satu produk yang banyak diminati masyarakat karena sebagian besar masyarakat adalah orang desa yang kebanyakan pekerjaannya dibidang bertani, beternak, berkebun dan berkerja dalam bidang perikanan. Dengan latar belakang di atas maka peneliti akan membahas tentang produk pembiayaan ib musyarakah pada PT. BPR Syariah Artha Mas Abadi dengan judul penelitian PENERAPAN AKAD MUSYARAKAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN IB MUSYARAKAH DI PT. BPR SYARIAH ARTHA MAS ABADI PATI. B. Rumusan Masalah Merujuk pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah penenelitian ini adalah sebagai berikut: 7 Brosur PT BPR Syariah Artha Mas Abadi Pati

6 1. Bagaimana prosedur pembiayaan ib musyarakah pada PT. BPR Syariah Artha Mas Abadi Pati? 2. Bagaimana penerapan akad musyarakah pada pembiayaan ib musyarakah di PT. BPR Syariah Artha Mas Abadi Pati? C. Tujuan dan Mantaat Penelitian 1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui prosedur pembiayaan ib musyarakah di PT. BPR Syariah Artha Mas Abadi Pati b. Untuk mengetahui penerapan akad musyarakah pada pembiayaan ib musyarakah di PT. BPR Syariah Artha Mas Abadi Pati 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat bagi PT. BPR Syariah Artha Mas Abadi Pati Bisa dijadikan sebagai salah satu masukan bagi PT. BPR syariah dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada sekaligus mengembangkan produk pembiayaan ib musyarakah selanjutnya. b. Bagi penulis 1) Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan informasi yang tepat dan jelas mengenai karakteristik dan penerapan akad musyarakah di PT. BPR syariah Artha Mas Abadi Pati. 2) Melatih bekerja dan berfikir kreatif serta inovatif dengan mencoba mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama di bangku kuliah dengan di lapangan. 3) Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program Diploma III (D3) dan untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Perbankan Syari ah di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

7 c. Manfaat bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Sebagai tambahan informasi dan juga sebagai rujukan untuk pihakpihak yang membutuhkan. d. Manfaat bagi peneliti lain Sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya agar dapat memudahkan penetitian, memahami dan mengetahui lebih dalam mengenai akad musyarakah. D. Tinjauan Pustaka Adapun yang menjadi tinjauan pustaka untuk bahan perbandingan dalam menyusun laporan Tugas Akhir, penulis menggunakan beberapa penelitian yang sudah dilaksanakan yang berkaitan dengan penerapan akad musyarakah, antara lain: 1. Tugas Akhir (TA) yang disusun oleh Ravika Dwi Alimah (NIM: 132503109) pada tahun 2016 mahasiswa D III perbankan Syari ah fakultas ekonomi dan bisnis Islam UIN Walisongo Semarang dengan judul Analisis terhadap banyaknya penggunaan akad musyarakah dalam produk pembiayaan di BMT Walisongo Semarang. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa pembiayaan akad musyarakah adalah salah satu akad yang banyak digunakan, faktor yang mempengaruhi banyaknya penggunaan akad musyarakah di BMT Walisongo Semarang adalah terletak pada tingkat risiko yang dihadapi lebih kecil dibandingkan dengan akad yang lainnya. Sehingga BMT Walisongo lebih mudah dalam menangani dan mengawasi terhadap usaha yang akan dijalankan oleh anggota atau nasabah. Pada produk pembiayaan yang ditawarkan BMT Walisongo Semarang ini akad musyarakah presentasinya jauh lebih diminati banyak nasabah karena kebanyakan yang mengajukan pembiayaan adalah para pedagang yang akan menambahkan modal

8 usahanya. Sehingga BMT Waliisongo Semarang juga mnerapkan prinsip kehati-hatian dalam menggunakan akad musyarakah. 8 2. Skripsi yang disusun oleh Inarotul Ulya MS. (NIM: 092311028) pada tahun 2015 mahasiswa mu amalah fakultas syari ah UIN Walisongo Semarang dengan judul Praktik pembiayaan musyarakah di BMT Harum Bangsri Jepara dalam perspektif hukum islam. Hasil penelitian ini meyebutkan bahwa praktek pembiayaan musyarakah di BMT Harum Bangsri Jepara telah sesuai dengan konsep musyarakah dalam hukum Islam. Hal ini terbukti bahwa modal dalam akad musyarakah berupa uang tunai yang digunakan untuk mengembangkan usaha, kemudian modal dan usaha tersebut dijadikan satu. Sebagaimana dalam Pasal II ayat (1). Dalam akad tersebut dijelaskan bahwa keuntungan masing-masing pihak sebesar 15% untuk pihak BMT dan 85% untuk pihak anggota. Dalam pasal III ayat (3) akad musyarakah, bahwa anggota yang memperoleh pembiayaan wajib mengembalikan modal/pokok ditambah bagi hasil selama waktu tertentu. Demi keamanan pihak BMT, mensyaratkan adanya jaminan dalam pembiayaan musyarakah. 9 3. Tugas Akhir (TA) yang disusun oleh Mulukhah Billah (NIM: 132503070) pada tahun 2016 mahasiswa D III perbankan Syari ah fakultas ekonomi dan bisnis Islam UIN Walisongo Semarang dengan judul Penerapan akad mudharabah pada produk SI RELA di KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera cabang Jepara Hasil penelitian ini meyebutkan bahwa Pertama, mekanisme produk SI RELA sangat terstruktur. Hal ini terbukti dari adanya beberapa urutan untuk menjadi nasabah produk Si Rela di KJKS BMT BUS Cabang Jepara, diantaranya nasabah harus melakukan 8 Ravika Dwi Alimah, Analisis Terhadap Banyaknya Penggunaan Akad Musyarakah Dalam Produk Pembiayaan Di BMT Walisongo Semarang, TA 2016 9 Inarotul Ulya MS., Praktik Pembiayaan Musyarakah Di BMT Harum Bangsri Jepara Dalam Perspektif Hukum Islam, Tahun 2015

9 pembukuan rekening tabungan SI RELA. Nasabah juga harus mengetahui teknis penerimaan setoran tabungan dan teknis penarikan tabungan SI RELA dan nasabah juga harus mengetahui teknik penutupan tabungan SI RELA. Kedua, produk SI RELA ini diterapkan dengan menggunakan prisnsip Mudharabah, Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana nasabah (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak BMT (Mudharib) menjadi pengelola. Di produk SI RELA ini menggunakan prinsip Mudharabah Mutlaqah yaitu bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Berdasarkan pembagian yang disetujui oleh para pihak. Dengan menggunakan prinsip mudharabah, hasil usaha akan dibagi hasilkan dengan nisbah 30% : 70%. 10 E. Metode Penelitian Untuk menghasilkan penelitian yang ilmiah dan memenuhi kualifikasi dan kriteria yang ada dalam karya tulis ilmiah, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalis tanpa menggunakan teknik statistik. 11 Berdasarkan tempat, penelitian ini dilakukan secara langsunng dulakukan di lapangan atau kepada responden yaitu di PT. BPR Syariah Artha Mas Abadi Pati. 12 10 Mulukhah Billah, Penerapan akad mudharabah pada produk SI RELA di KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera cabang Jepara, TA tahun 2016 11 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Dalam Penelitian, Yogyakarta: Andi, 2010, h. 26

10 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Data Primer, data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan langsung dari sumbernya. Kelebihan data primer adalah lebih dipercaya dan peneliti mendapat data yang terbaru. Data ini bisa didapat salah satunya melalui wawancara langsung dengan pihakpihak yang ada di PT. BPR Syariah Artha Mas Abadi Pati. b. Data sekunder, yaitu data yang diterbitkan atau dibuat oleh organisasi yang bukan pemgelolanya.bisanya berdasarkan laporan penelitian dari peneliti sebelumnya, buku cetak dan sebagainya. 13 Data ini diperoleh dari peneliti terdahulu berupa buku, karya tulis, dan tulisan yang berhubungan dengan objek penelitian. 3. Metode Pengumpulan Data a. Observasi, dilakukan sebagai upaya peneliti mengumpulkan data dan informasi dari sumber data primer dengan mengoptimalkan pengamatan penelitian teknik pengamatan ini juga melibatkan aktivitas mendengar, membaca, mencium dan menyentuh. 14 b. Wawancara, dalam pendekatan kualitatif bersifat mendalam. Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber untuk mendapat informasi yang mendalam. Wawancara dan observasi bisa 12 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Dalam Penelitian,..., h. 28 13 Victorianus Aries Siswanto, Strategi Dan Langkah-Langkah Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, h. 56 14 Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan Campuran Untuk Manajemen Pembangunan Dan Pendidikan, Bandung: PT Refika Aditama, h. 134

11 dilakukan bersamaan. Wawancara dapat digunakan untuk menggali lebih dalam dari data yang diperoleh saat observasi. 15 c. Dokumentasi, upaya untuk memperoleh dara dan informasi berupa catatan tertulis/gambar yang tersimpan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kajian dokume dilakukan dengan cara menyelidiki da 16 ta yang didapat dari dokumen, catatan, file dan hal-hal lain yang didokumentasikan. F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasna dalam penelitian ini, akan disusun dalam beberapa bab, pembahasan dari bab satu sampai bab lima tersebut dirangkum dalam sistematika pembahasan sebagi berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Berisi tentang ketentuan umum pembiayaan, ketentuan umum pembiayaan musyarakah dan tentang ketentuan umum Fatwa DSN No. 08/Dsn-Mui/Iv/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah. 15 Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan Campuran Untuk Manajemen Pembangunan Dan Pendidikan,..., h. 136 16 Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan Campuran Untuk Manajemen Pembangunan Dan Pendidikan,..., h. 139

12 BAB III GAMBARAN UMUM PT. BPR SYARIAH ARTHA MAS ABADI PATI Berisi tentang sejarah, perijinan, visi dan misi, kantor layanan, struktur dan kepengurusan, dan produk-produk di PT. BPR Syariah Artha Mas Abadi Pati. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi tentang pembahasan prosedur pembiayaan ib musyarakah dan penerapan akad musyarakah pada pembiayaan ib musyarakah di PT. BPR Syariah Artha Mas Abadi BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Berisi tentang kesimpulan, saran dan penutup.