Juni Tahun Dua Ribu Tujuh, kami yang bertanda tangan di bawah ini : ------------------- --------------------------------------------------------------- ---------------------------- BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN TERPADU SATU PINTU PADA BADAN PELAYANAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya dibidang perizinan dan non perizinan serta untuk mendorong iklim investasi yang kondusif di Kabupaten Kuantan Singingi, maka perlu menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) sesuai dengan jenis Perizinan yang dilimpahkan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas, perlu menetapkan Peraturan Bupati Kuantan Singingi tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Perizinan dan non Perizinan Terpadu Satu Pintu pada Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Kuantan Singingi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rohul, Kabupaten Rohil, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 181; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3902) sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 34 tahun 2008 tentang Perubahan ketiga atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 1999 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan Lembaran Nomor 4880); - 54 -
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5432); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); - 55 -
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian UrusanPemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, danpemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4741); 11. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di bidang Penanaman Modal; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Nomor 3 Tahun 2013 tentang perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Kuantan Singingi (Lembaran Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2013 Nomor 3); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN TERPADU SATU PINTU PADA BADAN PELAYANAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KUANTAN SINGINGI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kuantan Singingi. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi. - 56 -
3. Bupati adalah Bupati Kuantan Singingi. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah DPRDKabupaten Kuantan Singingi. 5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Kuantan Singingi. 6. Perangkat Daerah adalah lembaga yang membantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 7. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah organisasi Perangkat Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, LembagaTeknis Daerah, Dinas Daerah, Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten Kuantan Singingi. 8. Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang selanjutnya disingkat PPTSP, adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. 9. Perangkat Daerah Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang selanjutnya disingkat Perangkat Daerah PPTSP, adalah perangkat daerah yang memiliki tugas pokokdan fungsi mengelola semua bentuk pelayanan perizinan dan non perizinan di daerah dengan sistem satu pintu. 10. Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal, yang selanjutnya disingkatdengan BPTPM, adalah Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Kuantan Singingi sebagai Perangkat Daerah PPTSP. 11. Perangkat Daerah Teknis terkait adalah Badan, Dinas, Kantor yang mengelola pelayanan perizinan dan non perizinan. 12. Pemohon adalah orang pribadi atau Badan yang mengajukan izin kepada Pemerintah Daerah. 13. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yangmelakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi PerseroanTerbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan usaha Milik Negara (BUMN),atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 14. Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau Badan untuk melakukan usaha dan atau kegiatan tertentu. - 57 -
15. Perizinan adalah pemberian legalitas pada seseorang atau pelaku usaha/kegiatantertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha. 16. Non perizinan adalah pemberian pelayanan publik dalam bentuk insentif, fasilitas fiskal, informasi, pengaduan dan pemberian legalitas kepada orang pribadi atau Badan dalam bentuk tanda daftar. 17. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberianizin kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,pengendalian, pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumberdaya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 18. Perizinan Tunggal adalah penyelenggaraan perizinan yang diberikan kepada orang pribadi atau badan untuk satu jenis izin. 19. Perizinan Paralel adalah penyelenggaraan perizinan yang diberikan kepada orang ataubadan yang dilakukan sekaligus mencakup lebih dari satu jenis izin, yang diproses secara terpadu dan bersamaan. 20. Tim Teknis adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur-unsur SKPD yang mempunyai kewenangan untuk memberikan pelayanan perizinan. 21. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanaman modal asing, untuk melakukan usaha di wilayah negara republik indonesia. 22. Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik yang selanjutnya disingkat SPIPISE adalah sistem pelayanan Perizinan dan Non Perizinan yang terintegrasi antara BKPM dengan Kementerian Lembaga yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan, PDPPM dan PDKPM 23. Penyederhanaan pelayanan adalah upaya penyingkatan terhadap waktu, prosedur dan biaya pemberian perizinan dan non perizinan. 24. Pembinaan adalah upaya pengembangan, pemantapan, pemantauan, evaluasi, penilaian dan pemberian penghargaan bagi Pemerintah Daerah dan PPTSP yang dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri dan /atau Gubernur 25. Biaya pelayanan adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemohon untuk memperoleh dokumen yang besarannya telah ditetapkan sesuai dengan peraturan daerah atau peraturan perundang-undangan lainnya. 26. Pengaduan Masyarakat adalah laporan dari masyarakat mengenai adanya keluhan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan perizinan. 27. Tim Pengaduan Masyarakat adalah Tim yang dibentuk oleh Kepala PPTSP dengan tugas menanggapi dan mengevaluasi pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan pelayanan perizinan dan non perizinan. - 58 -
BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud ditetapkannya Standar Operasional Prosedur (SOP) ini adalah sebagai pedoman bagi penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam menyelenggarakan proses perizinan non perizinan kepada masyarakat sebagai penerima layanan. Pasal 3 Tujuan ditetapkannya Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Perizinan dan non Perizinan Terpadu Satu Pintu Pada Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Kuantan Singingi ini adalah untuk : a. terwujudnya kualitas pelayanan perizinan non perizinan kepada masyarakat; b. terwujudnya kesamaan dan keseragaman prosedur pengajuan dan persyaratan perizinan non perizinan; c. memberikan informasi kepastian waktu penyelesaian permohonan perizinan non perizinan kepada masyarakat; d. tercapainya pelayanan yang mudah, cepat, tepat, akurat, transparan dan akuntabel. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 4 (1) Ruang lingkup Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Terpadu Satu Pintu memuat antara lain : a. Jenis perizinan dan dasar hukum; b. Persyaratan perizinan; c. Mekanisme izin; d. Waktu penyelesaian; e. Biaya. (2) Ruang lingkup Pelayanan Terpadu Satu Pintu di bidang Penanaman Modal mencakup pelayanan untuk semua jenis perizinan dan non perizinan di bidang Penanaman Modal yang diperlukan untuk melakukan kegiatan Penanaman Modal. (3) Ruang lingkup Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Badan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku - 59 -
(4) Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari perizinan dan non perizinan baik yang sudah dilimpahkan maupun yang belum dilimpahkan penandatanganannya kepada Kepala BPTPM sebagaimana Lampiran I, II dan III dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan ini. BAB IV PENYELENGGARAAN PERIZINAN Pasal 5 (1) Penyelenggaraan pelayanan perizinan, mulai dari tahap permohonan sampai dengan terbitnya dokumen dilakukan secara terpadu satu pintu (2) Penyelenggaraan pelayanan perizinan harus didukung oleh ketersediaan : a. Sumber daya manusia yang profesional dan memiliki kompetensi yang handal; b. Tempat, sarana dan prasarana kerja dan media informasi; c. Mekanisme kerja tentang petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan serta di bidang penanaman modal yang mudah diakses oleh penanam modal; d. Layanan pengaduan (help desk) Penanam Modal ; dan e. SPIPISE. (3) Penyelenggaraan pelayanan perizinan dilakukan untuk satu jenis perizinan tertentu atau perizinan paralel. (4) Besaran biaya perizinan dan non perizinan dihitung berdasarkan tarif yang telah ditetapkan oleh Peraturan Daerah. (5) Penyelenggaraan pelayanan dan atau mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 6 (1) Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dilaksanakan oleh Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal dan secara teknis berada di bawah Bidang Perizinan dan Non Perizinan. (2) Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu BPTPM dibantu oleh Tim Teknis yang bertanggungjawab kepada Kepala BPTPM. (3) Tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) beranggotakan masing-masing wakil dari perangkat daerah teknis terkait dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. - 60 -
(4) Tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang memberikan saran pertimbangan berupa rekomendasi diterima atau ditolaknya suatu permohonan perizinan dan non perizinan kepada Kepala BPTPM. (5) Dalam pelaksanaan tugasnya Tim Teknis di bawah koordinasi Kepala Bidang Perizinan dan Non Perizinan. Pasal 7 Waktu penyelesaian pelayanan perizinan dan non perizinan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Pasal 8 (1) BPTPM wajib menyediakan sarana pengaduan dengan menggunakan media yang disesuaikan dengan kondisi daerah. (2) BPTPM wajib menindaklanjuti pengaduan masyarakat secara tepat, cepat, dan memberikan jawaban serta penyelesaian kepada pengadu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Mekanisme dan atau alur pengaduan pelayanan perizinan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB V KETERBUKAAN DAN PELAYANAN INFORMASI Pasal 9 (1) PPTSP memiliki basis data dengan menggunakan sistem manajemen informasi. (2) Data dari setiap perizinan dan non perizinan yang diselesaikan oleh PPTSP disampaikan kepada perangkat daerah teknis terkait pada setiap bulan. Pasal 10 (1) BPTPM wajib menyediakan dan menyebarkan informasi berkaitan dengan jenis pelayanan dan persyaratan teknis, mekanisme, penelusuran posisi dokumen pada setiap proses, biayadan waktu penyelesaian perizinan dan non perizinan, serta tata cara pengaduan, yang dilakukan secara jelas melalui berbagai media yang mudah diakses dan diketahui oleh masyarakat dan penanam modal. (2) Penyebarluasan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh BPTPM dengan melibatkan aparatur Pemerintah Daerah di tingkat Kecamatan, Kelurahan dan Desa. - 61 -
BAB VI PENANGANAN PENGADUAN Pasal 11 (1) BPTPM wajib menyediakan sarana pengaduan dengan menggunakan media yang disesuaikan dengan kondisi daerah. (2) BPTPM wajib menindaklanjuti pengaduan masyarakat secara tepat, cepat dan memberikan jawaban serta penyelesaian kepada pengadu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja. Pasal 12 (1) Dalam rangka menindak lanjuti pengaduan masyarakat tentang pelayanan perizinan sebagaimana yang dimaksud Pasal 11 ayat (2) Kepala BPTPM membentuk Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat. (2) Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat dibentuk dengan Keputusan Bupati Kuantan Singingi. (3) Mekanisme pengaduan masyarakat akan ditetapkan dengan Keputusan Bupati Kuantan Singingi. (4) Tim penanganan pengaduan masyarakat berkewajiban membahas dan menanggapi setiap pengaduan masyarakat yang masuk baik melalui lisan, tertulis, sms, elektronik lainnya ataukotak pengaduan dengan melakukan : a. Rapat Evaluasi atas pengaduan masyarakat; b. Hasil rapat evaluasi disampaikan kepada masyarakat; c. Hasil rapat evaluasi pengaduan masyarakat sebagai bahan masukan guna perbaikandan peningkatan pelayanan perizinan. BAB VII KEPUASAN MASYARAKAT Pasal 13 Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal wajib melakukan penelitian kepuasan masyarakat secara berkala sesuai Peraturan Perundang-undangan. BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 14 (1) Pembinaan terhadap Penyelenggaran PTSP dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan sesuai dengan kewenangan masing-masing dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan perizinan dan non perizinan. - 62 -
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi pengembangan sistem sumber daya manusia dan jaringan kerja sesuai kebutuhan daerah, yang dilaksanakan melalui ; a. Koordinasi secara berkala; b. Pemberian bimbingan, suvervisi, konsultasi; c. Pendidikan, pelatihan, permagangan; dan d. Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan publik. (3) Pengawasan terhadap proses pelayanan perizinan dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan sesuai dengan tingkat urusan melalui mekanisme koordinasi, integrasi dan sinkronisasi. (4) Satuan Kerja Perangkat Daerah yang secara teknis terkait dengan pelayanan perizinan berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan perizinan. (5) Pengawasan yang berkaitan dengan kegiatan danatau usaha yang tidak mempunyai izindilaksanakan oleh Satuan Kerja terkait dan dapat bersama sama dengan BPTPM. (6) Tim Pembina terhadap Penyelenggaraan PTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB IX EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 15 (1) BPTPM wajib melakukan evaluasi pelayanan kepada masyarakat melalui penelitian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) secara berkala sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pelaksanaan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan sendiri oleh BPTPM dan atau dapat bekerjasama dengan pihak ketiga yang independen. Pasal 16 Kepala BPTPM menyampaikan laporan secara tertulis kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah mengenai perkembangan penyelenggaraan pelayanan, capaian kinerja, kendala yang dihadapi dan pembiayaan yang disampaikan secara berkala. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Dengan diberlakukannya Peraturan Bupati ini, maka Peraturan Bupati Kuantan Singingi Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pelimpahan sebagian kewenangan Bupati bidang perizinan dan non perizinan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pelayanan - 63 -
Perizinan Terpadu Kabupaten Kuantan Singingi dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 18 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 19 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kuantan Singingi. Ditetapkan di Teluk Kuantan Pada tanggal 22 April 2014 BUPATI KUANTAN SINGINGI, ttd H. SUKARMIS Diundangkan di Teluk Kuantan Pada tanggal 22 April 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, ttd H. MUHARMAN BERITA DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TAHUN 2014 NOMOR 13-64 -
- 65 -