n. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tumbuhan yang termasuk family

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN A.

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Tanaman kelapa sawit mulai dibudayakan secara komersial pada tahun 1911.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

Optimalisasi Panen Pada Tanaman Tua di Lingkup Kebun PT. Asam Jawa. Presentation by P.T. Asam Jawa

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PERTUMBUHAN DANHASILTANAMAN SEMANGKA (Citrullus vulgaris Schard) PADA BEBERAPA TARAF DOSIS KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

JENIS PUPUK ORGANIK DARI MILL WASTE. 1. Janjangan kosong (EFB). 2. Abu Janjang (bunch ash). 3. Decanter solid. 4. POME. 5. Compost EFB.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi dan masa selanjutnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sawit (TKKS) Sebagai Campuran Media Tumbuh dan Pemberian Mikoriza

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

I. PENDAHULUAN. Perkebunann kelapa sawit berkembang pesat di kawasan Asia Tenggara, Malaysia,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tanah disebut padat apabila porositas totalnya, terutama porositas yang terisi

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

Latar Belakang. meluasnya deforestasi. Di samping itu, lahan juga dapat menjadi kritis karena

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae,

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom:

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Transkripsi:

n. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tumbuhan yang termasuk family palmae, sub klas Monokotiledonae, dan kelas angiospermae. Tanaman kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1948. Awalnya, tanaman ini hanya berperan sebagai tanaman hias langka di kebun Raya Bogor, selanjutnya anakan dari tanaman ini di pindahkan ke Deli, sumatera Utara. Dari anakan inilah mulai berkembangnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia (Penebar Swadaya, 1994) Syarat tumbuh tanaman kelapa sawit yaitu lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari, curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur optimal 24-28 C. Ketinggian tempat antara 1-500 m dpi (di atas permukaan laut), Kelembaban optimum sekitar 80-90%, kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (ph) yang optimum 5,0-5,5 (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan tanaman multiguna. Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah dengancurahhujan 1500-3000 mm/ tahun dan meratasepanjangtahundenganperiodebulankeringtidaklebihdaritigabulan. Temperatur yang dikehendakisiang 29-33 C dan malam 22-24 C. Tanamankelapasawitbaiktumbuh pada ketinggian^ 500 m daripermukaanlaut, sertamenghendakisinarmatahariminimal 5 jam/hari (Pahan, 2006). Hasil pengolahan Tandan Buah Segar (TBS), bukan hanya hasil olahan utamanya yang berupa minyak sawit dan minyak inti sawit saja yang bisa di gunakan, tetapi hasil ikutan dan limbahnya masih bisa dimanfaatkan. Mulai dari bahan makanan temak, sebagai pupuk, sampai pemanfaatan sebagai bahan bakar (Penebar Swadaya, 1994) Tingkat produksi tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2006 telah mengalami peningkatan dari pada Malaysia yang dapat di lihat pada tabel. 1

5 Tabel. 1 Peningkatan produksi kelapa sawit WORLD MAJOR PRODUCERS OF PALM OIL 1998-2007(000) TONES Count 199 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 ry 8 Indone sia 510 0 6250 7050 8080 9370 10.2 00 12.3 60 14.1 00 16.0 50 16.8 00 Malays ia 832 0 10.5 54 10.8 42 11.8 04 11.9 09 13.3 55 13.9 76 14.9 62 15.0 81 15.8 24 Thaila 475 560 525 625 600 690 735 700 860 1020 nd Nigeria 690 720 740 770 775 785 790 800 815 835 Colom 424 500 524 548 528 527 632 661 713 780 bia Papua new guinea 210 264 336 329 316 326 345 310 365 395 Sumber: Efendi Arianto, 2008. Produksi buah kelapa sawit berhubungan dengan unsur hara yang terdapat pada tanaman itu sendiri, serta dapat menjadi indikator kondisi unsur hara yang terdapat pada tanaman. Produksi tandan buah segar kelapa sawit yang mengandung unsur hara N sebesar 1.09%, P sebesar 0.015%), dan K sebesar 0.02% selama masa panen 13 tahun menunjukkan rata-rata hasil sebesar 15.7 ton TBS/ha/tahun (Pangudijatno, 1987). 2.2 Sifat Fisik Tanah Sarwono Hardjowigeno (2007) menyatakan bahwa sifat morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapangan. Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah merupakan sifat-sifat fisik dari tanah tersebut. Pertumbuhan tanaman tidak hanya bergantung pada tersedianya unsur hara yang seimbang, tetapi pada harus di tunjang oleh keadaan fisik dan kimia tanah itu sendiri. Pentingnya sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang baik dalam menunjang

pertumbuhan tanaman sering tidak disadari karena kesuburan tanah selalu dititik beratkan hanya pada kesuburan kimianya saja (RohHni dan Soeprapto, 1989) Terdapat hubungan yang positif antara sifat fisik tanah, permeabilitas, total ruang pori, dan kerapatan bongkah (Martoyo, 1992). Semakin baik sifat fisik tanah semakin baik pula pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Makin mudah akar menembus tanah biasanya pertumbuhan tanaman secara keseluruhan akan semakin cepat dan akan memberikan hasil yang tinggi. Tekstur dan Struktur tanah adalah ciri fisik tanah yang sangat berhubungan. Kedua faktor ini di jadikan parameter untuk tingkat kesuburan tanah, karena menentukan kemampuan tanah menyediakan unsur hara. Tanah bertekstur lempung berliat, liat berpasir tergolong tekstur tanah yang baik untuk kelapa sawit (Adiwiganda, 1998). Porositas tanah tinggi jika kandungan bahan organik dalam tanah tinggi. Tanah dengan tekstur pasir banyak memiliki pori makro sehingga sulit untuk menahan air (Sarwono Hardjowigeno, 1993). Degradasi sifat fisik tanah pada umumnya disebabkan karena memburuknya struktur tanah. Kerusakan struktur tanah diawali dengan penurunan kestabilan agregat tanah sebagai akibat akibat dari pukulan air hujan dan kekuatan limpasan permukaan. Penurunan kestabilan agregat tanah berkaintan dengan penurunan kandungan bahan organik tanah, aktivitas perakaran dan mikroorganisme tanah. Penurunan ketiga agen pengikat tanah tersebut, selain menyebabkan agregat tanah relatif mudah pecah juga menyebabkan terbentuknya kerak di permukaan tanah (soil crusting) yang mempunyai sifat padat dan keras bila kering. Pada saat hujan turun, kerak yang terbentuk di permukaan tanah juga menyebabkan penyumbatan pori tanah. Akibat proses penyumbatan pori tanah ini, porositas tanah, disribusi pori tanah, dan kemampuan tanah untuk mengalirkan air mengalami penurunan dan limpasan permukaan akan meningkat. Sehingga upaya perbaikan degradasi sifat fisik tanah mengarah terhadap perbaikan struktur tersebut (Suprayogo, et al., 2001). Menurut Firmansyah (2003) bentuk degradasi tanah yang terpenting di kawasan Asia antara lain adalah erosi tanah, degradasi sifat kimia berupa penurunan kadar bahan organik tanah dan pencucian unsur hara. Perubahan 6

penggunaan lahan dan pola pengelolaan tanah menyebabkan perabahan kandungan bahan organik tanah. Semakin intensif penggunaan suatu lahan, makin rendah kandungan bahan organik tanah. Oleh karena itu tanah yang terdegradasi perlu dilakukan upaya rehabilitasi. Degradasi tanah biasanya dievaluasi dari sifat fisik dan kimia tanah. Fauck (1977) mengatakan bahwa penurunan produktivitas tanah banyak terjadi pada pertanian lahan kering, terutama pada lahan miring. Proses terjadinya penurunan produktivitas tanah dapat berlangsimg dalam waktu yang lama,. Seperti akibat proses pembentukan tanah (pedogenesis) dan dapat pula terjadi dalam waktu tahunan yang terutama disebabkan adanya musim kemarau atau musim hujan. Peristiwa tersebut secara tidak langsung mengganggu kandungan bahan organik tanah, nitrogen tanah, ph tanah dan sebagainya Produksi optimum suatu tanaman dapat dicapai dengan pemupukan dan usaha perbaikan sifat fisik tanah. Akan tetapi pemupukan tidak akan berhasil dan menguntungkan sebelum usaha-usaha pencegahan erosi, perbaikan keadaan air dan udara, usaha pemeliharaan bahan organik, perbaikan tanah yang telah rusak, atau perbaikan drainase (Arsyad, 2000). Peran bahan organik sangat besar dalam meningkatkan kesuburan tanah, dan akan menentukan produktivitas tanah. Peranan bahan organik tidak hanya berperan dalam penyediaan hara tanaman saja, namun yang jauh lebih penting terhadap perbaikan sifat fisik, biologi dan sifat kimia tanah. Berkaitan dengan kesuburan fisika tanah, bahan organik berperan dalam memperbaiki struktur tanah melaui agregasi dan aerasi tanah, memperbaiki kapasitas menahan air, mempermudah pengolahan tanah dan meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi (Suntoro Wongso, A., 2003). Pemberian bahan organic sebagai pupuk memberikan pengaruh yang sangat kompleks bagi pertimibuhan tanaman, terutama karena kemampuarmya memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Pahan, 2006). Perbaikan sifat fisik tanah terutama sekali terjadi karena meningkatnya kegiatan mikroorganisme di dalam tanah sehingga struktur tanah menjadi lebih baik, aerase tanah tanah dan kapasitas dalam menahan air meningkat, srta adanya bahan organic akan berfungsi melindungi permukaan tanah dari erosi dan pencucian hara. 7

2.3 Tandan Kosong Kelapa Sawit Kosong kelapa sawit merupakan bahan organik yang mengandung unsur hara utama N, P, K dan Mg. Selain mampu memperbaiki sifat fisik tanah, kompos tandan kosong sawit diperkirakan mampu meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga pupuk yang digunakan untuk pembibitan kelapa sawit dapat dikurangi (Lalang Buana, et al, 2003). Secara fisik tandan kosong kelapa sawit terdiri dari berbagai macam serat dengan komposisi antara lain sellulosa sekitar 45.95%, hemisellulosa sekitar 16.49% dan lignin sekitar 22.84%) (Damoko, et al, 2002 dalam Suluhkarsaka, 2010). Persentase tandan kosong kelapa sawit terhadap tandan buah segar sekitar 20% dan setiap ton tankos mengandung unsur hara N, P, K dan Mg berturut-turut setara dengan 3 kg Urea, 0,6 kg CIRP, 12 kg MOP, dan 2 kg kieserite. Dengan demikian dari satu unit PKS kapasitas olah 30 ton TBS/ jam atau 600 ton TBS/ hari aka menghasilkan pupuk N, P, K dan Mg setara dengan 360 kg Urea, 72 kg CIRP, 1440 kg MOP, dan 240 kg keeserit (Lubis dan Tobing, 1989 dalam Subdit Pengelolaan Lingkungan, 2006). Tandan kosong kelapa sawit adalah salah satu produk sampingan berupa padatan dari industri pengolahan kelapa sawit. Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit cukup signifikan bila ditinjau berdasarkan rata-rata jumlah produksi tandan kosong kelapa sawit terhadap total jumlah tandan buah segar yang diproses. Ratarata produksi tandan kosong kelapa sawit adalah berkisar 22% hingga 24% dari total berat tandan buah segar yang diproses di pabrik kelapa sawit (Damoko, 2002) Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik bagi pertanaman kelapa sawit secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan secara langsung ialah dengan menjadikan TKKS sebagai mulsa sedangkan secara tidak langsung dengan mengomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk organic (Happy Widyastuti & Tri-Panji, 2000) Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan pupuk kompos dengan proses fermentasi dan dimanfaatkan kembali untuk pemupukan kelapa sawit itu sendiri. Penggunaan pupuk tandan kosong 8

9 kelapa sawit dapat menghemat penggunaan pupuk kalium hingga 20%. 1 ton tandan kosong kelapa sawit dapat menghasilkan 600-650 kg kompos (Marhaini, 2009). Pahan (2006) menyatakan bahwa aplikasi janjang kosong kelapa sawit dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, kimia dan biologi pada tanah meningkat serta membantu dalam peremajaan tanah untuk jangka waktu lama dalam rangka mempertahankan produksi TBS agar tetap tinggi. Selai itu, aplikasi janjang kosong dapat menurunkan temperature tanah, mempertahankan kelembaban tanah dan mengurangi kerugian nutrisi melalui proses pencucian dan aliran permukaan atau menjaga terjadinya erosi tanah pada daerah curah hujan tinggi. Aplikasi TKKS langsung sebagai mulsa pada pertanaman kelapa sawit merupakan salah satu altematif pemanfaatan TKS yang mulai banyak dilakukan di beberapa kebun. Sebagai sumber bahan organik yang kaya unsur hara, penggunaan TKKS sebagai mulsa diharapkan dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah dan kandungan hara tanah, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur tanah, aerasi dan kemampuan menahan air (water holding capacity) (Silver, et al., 1997 dan RRIM, 1991 dalam Suluhkarsaka, 2010). Pemberian tandan kosong kelapa sawit dalam bentuk mulsa dapat menambah unsur hara, meningkatkan kandungan bahan organik yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik dan kimia tanah. Dengan meningkatnya bahan organik tanah maka struktur tanah semakin mantap dan kemampuan tanah menahan air akan bertambah baik. Selain itu pemberian tandan kosong kelapa sawit juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya erosi dan pencucian unsur hara (Edy Lasmayadi., 2008) Bahan organik sebagai bahan rehabilitasi juga didapat dari limbah, terutama limbah industri kelapa sawit yang banyak di luar Pulau Jawa. Manik (2002) menyatakan bahwa penambahan tandan kosong kelapa sawit sebanyak 96 Mg ha-1 mampu meningkatkan ph tanah, kandungan P, K, Mg, dan KTK tanah, serta meningkatkan produksi tandan buah segar sebesar 16,3%. Menurut Siahaan (1997) aplikasi TKS sebagai mulsa berpengaruh terhadap produksi TBS kelapa sawit. Aplikasi TKS dengan dosis 40 dan 60 ton

TKS/ ha/ tahun sebagai mulsa tanpa aplikasi pupuk standar dapat meningkatkan produksi secara berturut-turut 11% dan 13% di atas produksi kontrol (dilakukan pemupukan standar tetapi tanpa aplikasi TKS), sedangkan aplikasi 40 ton TKS/ ha yang dikombinasikan dengan 60% dosis pupuk urea dan RP dari standar kebun dapat meningkatkan produksi TBS sebesar 34% dari perlakuan standar. 10