Usulan mengenai mekanisme distribusi insentif telah diajukan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Isebagai satu negara dengan luasan hutan terbesar ketiga dunia,

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN

POTENSI MOBILISASI PENDANAAN DALAM NEGERI UNTUK MITIGASI PERUBAHAN IKLIM SEKTOR KEHUTANAN

MEKANISME DISTRIBUSI INSENTIF REDD+

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

GROUP E Pendanaan dan Distribusi Manfaat. No Pertanyaan Indikatif Scope of Discussion 1. Bagaimana status skema-skema pendanaan dan distribusi manfaat

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DAN PENGELOLAAN KEUANGAN

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

TENTANG MENTERI KEUANGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

Perkembangan Pendanaan REDD+

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK.05/2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MEKANISME DISTRIBUSI PEMBAYARAN REDD : Studi Kasus Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan PUSLITSOSEK 2009

RINGKASAN SUBSTANSI PERUBAHAN UU 32/2004 BIDANG KEUANGAN DAN ASET DAERAH ISU-ISU/BAB UU 32/2004 USULAN DRAFT REVISI

Formula Dana Desa: CATATANKEBIJAKAN. No. 13, November Meningkatkan Tata Kelola Sumber Daya Alam dan Pelayanan Dasar

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

pembayaran atas jasa lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. terutama negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan terjadi tatkala

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pasal 68 UU no. 1 Tahun 2004

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 1 TAHUN 2008 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 49 TAHUN 2011 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sejalan dengan menguatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. APBN/APBD. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013) Belanja Modal adalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan sekarang ini maka reformasi sektor publik yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

LOKAKARYA MONITORING DAN PELAPORAN PERMANEN SAMPEL PLOT DI PROPINSI NTB

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

MANAJEMEN KEUANGAN RUMAH SAKIT SWASTA DAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGGGAS RUMAH SAKIT PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM (BLU) Oleh : Muhammad Syarif, SHI1

PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menumbangkan kekuasaan rezim Orde Baru yang sentralistik digantikan. arti yang sebenarnya didukung dan dipasung sekian lama mulai

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Puskesmas Sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Ditulis oleh Administrator Selasa, 24 May :55 -

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kerja finansial Pemerintah Daerah kepada pihak pihak yang berkepentingan.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 136/PMK.05/2006 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

21 Universitas Indonesia

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Wilayah negara Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penerapan prinsip-prinsip good governance.dalam rangka pengaplikasian

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG INSTRUMEN EKONOMI LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

Kajian Perda Provinsi Bali Tentang Bagi Hasil Pajak Provinsi kepada Kab./Kota

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan ISSN : 2085-787X Volume 6 No. 1 Tahun 2012 Opsi Mekanisme Distribusi Insentif untuk REDD+ 1 Usulan mengenai mekanisme distribusi insentif telah diajukan oleh berbagai pihak melalui pendekatan yang berbeda-beda. Salah satu perdebatan yang berkembang adalah apakah perdagangan karbon dianggap sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), pajak, atau penerimaan atas jasa lingkungan. Untuk itu perlu kajian lebih lanjut karena perbedaan penerimaan di atas akan berpengaruh terhadap mekanisme distribusi insentif. Pada policy brief ini, mekanisme distribusi REDD+ dibatasi pada mekanisme yang memungkinkan digunakan, dan tidak membahas mengenai besaran insentif yang akan diterima oleh masing-masing pihak dari kegiatan REDD+. Latar Belakang Perkembangan persiapan REDD+ di Indonesia sangat dinamis termasuk dari segi penyiapan mekanisme distribusi insentif REDD+. Salah satu pertimbangan penting dalam merancang mekanisme distribusi insentif REDD+ adalah ketepatan dalam menentukan peran pihakpihak terkait dan distribusi manfaat (insentif) REDD+ adil dan proporsional sesuai dengan peran dan tanggung jawab parapihak tersebut. Pertimbangan yang harus diambil untuk memilih mekanisme distribusi yang tepat adalah mekanisme yang memungkinkan untuk diimplementasikan, optimal untuk pembangunan, dan diterima oleh parapihak. Tantangan ke depan adalah bagaimana skema pendanaan tersebut bisa memberikan manfaat bagi negara untuk kelestarian hutan dan kesejahteraan semua lapisan masyarakat. 1 Disusun oleh Indartik dan Nunung Parlinah. Peneliti Puspijak. (indartik32@yahoo.co.id) Latar Belakang 1

Alternatif Mekanisme Distribusi Insentif REDD+ Terlepas dari belum ditetapkannya perdagangan karbon ke hasil penjualan atau dalam PNBP, penerimaan negara dari pajak atau jasa lingkungan, saat ini terdapat berbagai sumber pendanaan untuk pemberian insentif REDD+ yang potensial dapat dimanfaatkan oleh Indonesia baik berupa fundbased (non-pasar) maupun marketbased (pasar). Beberapa sumber pendanaan potensial tersebut antara lain melalui pendanaan antar pemerintah, dana investasi, carbon offset, dan voluntary market. Beberapa skema distribusi insentif lain yang ada di dalam negeri dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau diadopsi untuk mekanisme distribusi manfaat/insentif REDD+. Mekanisme tersebut adalah transfer fiskal pusat-daerah, trust fund, Badan Layanan Umum (BLU), program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri dan pembayaran jasa lingkungan. Transfer Fiskal Pusat-Daerah Transfer fiskal dari pusat ke daerah merupakan mekanisme yang umum digunakan di negaranegara terdesentralisasi. Beberapa instrument fiskal yang saat ini diimplementasikan di Indonesia adalah Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH). Danadana tersebut dikenal sebagai dana perimbangan dengan tujuan yang berbeda-beda. Mekanisme transfer fiskal serupa dapat juga digunakan untuk mendistribusikan manfaat REDD+ serta memberikan insentif fiskal bagi pemerintah daerah untuk mendukung kegiatan konservasi. Instrumen fiskal yang dapat digunakan untuk kegiatan REDD+ bisa berupa DAK dan DBH. Hasil ini selaras dengan penelitian Indartik, dkk (2009), tentang mekanisme distribusi insentif dengan menggunakan instrumen fiskal DBH. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan mekanisme ini untuk kegiatan REDD+ adalah: 1. Jika melalui DBH, dana yang seharusnya dialokasikan untuk kegiatan REDD+ bisa dialokasikan untuk kegiatan lain, karena adanya proses pembahasan anggaran di DPRD yang mungkin memiliki prioritas berbeda; 2. Perlu ada pengawasan dari pihak independen dalam distribusi dana dari kegiatan REDD+ ini; 3. Jika melalui anggaran pemerintah, dana untuk kegiatan REDD+ tidak fleksibel dalam penggunaanya, karena adanya tenggat waktu (time lag) perencanaan anggaran dan penggunaan anggaran. Padahal dalam kegiatan pengurangan emisi dimungkinkan adanya kejadian yang sifatnya mendadak dan harus segera ditangani, misalnya kebakaran hutan. 2 Opsi Mekanisme Distribusi Insentif untuk REDD+

Trust Fund Trust fund merupakan salah satu bentuk mekanisme distribusi manfaat di mana sejumlah aset finansial yang berasal dari orang atau lembaga yang disalurkan atau dimanfaatkan untuk kepentingan penerima melalui sebuah lembaga pengelola. Beberapa model trust fund di Indonesia adalah single donor trust fund, sector specific trust fund, multi donor trust fund dan inisiasi trust fund. Sedangkan bentuk dari trust fund sendiri adalah: 1. Endowment fund (dana abadi), yaitu dana yang dititipkan/ diserahkan untuk dikelola secara abadi tanpa batasan waktu. Dana yang bisa digunakan adalah hasil investasi dari dana abadi tersebut; 2. Revolving fund (dana bergulir) yaitu dana yang dititipkan/ diserahkan untuk dikelola secara bergulir. Pada umumnya dana digunakan bagi pinjaman modal usaha ataupun initial costs. Dana bisa bergulir karena mendapatkan penerimaan/ pendapatan dari pengembalian pinjaman ataupun penjualan jasa/produk; 3. Sinking fund (dana menurun) yaitu dana yang diserahkan untuk dikelola bagi pengelolaan program dan diamanatkan untuk digunakan sesuai dengan anggaran yang disepakati. Penggunaan mekanisme pendanaan trust fund untuk kegiatan REDD+ ini relatif lebih sederhana karena jumlah stakeholder yang terlibat lebih sedikit serta memungkinkan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan. Skema trust fund diusulkan untuk menghindari kerumitan prosedur birokratis dalam pendistribusian insentif REDD+. Meskipun demikian, mekanisme kontrol keuangan tetap diperlukan di mana kontrol sendiri selain dilakukan oleh pemberi dana dapat juga melibatkan pihak-pihak terkait REDD+. Alternatif Mekanisme Distribusi Insentif REDD+ 3

Badan Layanan Umum (BLU) Badan layanan umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan aspek keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas (Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005). Berdasarkan peraturan tersebut, BLU berperan sebagai agen dari Menteri/pimpinan lembaga induknya dan bertanggungjawab atas kebijakan layanan yang hendak dihasilkan untuk menyajikan layanan yang diminta. BLU juga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan instansi pemerintah kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari pengertian BLU di atas, maka mekanisme distribusi insentif untuk REDD+ dapat dilakukan melalui BLU apabila proponen atau project developernya adalah instansi pemerintah seperti Taman Nasional atau Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH). Insentif yang berasal dari kegiatan REDD+ dapat menjadi salah satu sumber income. Mekanisme distribusi manfaat REDD+ jika menggunakan mekanisme ini dianggap lebih fleksibel dalam pengelolaan keuangan, akan tetapi lembaga tersebut terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan substantif, persyaratan teknis dan persyaratan administratif. 4 Opsi Mekanisme Distribusi Insentif untuk REDD+

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 25/KEP/MENKO/KESRA/ VII/2007, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Mekanisme penyaluran dana PNPM Mandiri dapat dilihat pada Gambar 4. Sedangkan pengertian yang terkandung dalam PNPM Mandiri adalah (1) PNPM Mandiri merupakan program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan programprogram penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat; (2) Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Insentif dari kegiatan REDD+ khususnya untuk masyarakat dapat dilakukan melalui mekanisme seperti PNPM Mandiri. Mekanisme ini dianggap oleh sebagian besar para pihak di daerah cocok untuk diterapkan dalam kegaiatan REDD+ sehigga manfaat sampai ke masyarakat dan tujuan pengurangan emisi dapat dilakukan karena melibatkan masyarakat secara langsung. Alternatif Mekanisme Distribusi Insentif REDD+ 5

Pembayaran Jasa Lingkungan Pembayaran jasa lingkungan dapat dilakukan dengan pendekatan voluntary yaitu langsung dari pemanfaat (buyer) ke penyedia jasa (seller) atau melalui compliance yaitu melibatkan pihak luar seperti pemeritah. Dalam jangka pendek pendekatan voluntary untuk pembayaran jasa lingkungan akan efektif karena mekanisme relatif lebih sederhana dibandingkan dengan compliance. Kondisi pemungkin dalam pendekatan voluntary di antaranya adalah keterbukaan informasi dan tingkat pendidikan masyarakat (sebagai aktor utama dalam konservasi hutan) harus memadai. Apabila kondisi pemungkin ini tidak terpenuhi maka pendekatan compliance merupakan alternatif dalam mekanisme pembayaran. Konsekuensi dari mekanisme compliance adalah perlunya campur tangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan forum independen untuk memastikan bahwa distribusi tersebut akan sampai ke pihak-pihak terkait secara berkeadilan. Berdasarkan karakteristik dari setiap opsi mekanisme tersebut, maka pihak yang mungkin menerapkan opsi tersebut berbeda-beda. Tetapi dalam implementasinya di suatu daerah dapat mengkombinasikan beberapa opsi tersebut. Sebagai contoh, jika penerima manfaatnya adalah pemerintah daerah, maka opsi yang dapat diterapkan adalah mekanisme transfer fiskal pusatdaerah dan trust fund. Sedangkan untuk menyalurkan manfaat ke masyarakat dapat melalui mekanisme PNPM Mandiri. Secara ringkas opsi-opsi mekanisme distribusi REDD+ dan pihak yang dimungkinkan untuk menerapkan mekanisme tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Dana REDD+ Transfer Fiscal Pusat - Daerah Trust Fund BLU PNPM Mandiri Jasa Lingkungan Instansi yang dimungkinkan untuk menerapkan mekanisme ini: Pemerintah Daerah Kementerian/ lembaga Pemerintah Daerah Swasta Organisasi non pemerintah Instansi di lingkungan pemerintah Masyarakat Masyarakat BUMD Pemerintah Swasta Gambar 1. Opsi-opsi mekanisme distribusi dan para pihak yang dimungkinkan untuk menerapkannya 6 Opsi Mekanisme Distribusi Insentif untuk REDD+

Evaluasi Kinerja Alternatif Mekanisme Distribusi Insentif REDD+ Penilaian responden terkait opsi-opsi di atas untuk mekanisme distribusi insentif REDD+ dapat dilihat dalam Tabel 1. Table 1. Skoring perbandingan opsi-opsi untuk distribusi insentif berdasarkan persepsi responden No Indikator Transfer fiskal BLU/ BLUD Trust Fund Jasa Lingkungan Seperti PNPM 1 Transparan 3 3 3 4 4 2 Akuntabilitas 3 3 3 3 4 3 Berkeadilan 2 3 3 4 4 4 Kemudahan 2 4 3 3 4 5 Kemanfaatan 3 3 4 4 4 6 Demokratis 2 3 3 4 4 Responden berasal dari pemerintah daerah di lokasi penelitian Ket.: 1=sangat kurang, 2=kurang, 3=sedang, 4=baik, 5=sangat baik Dari Tabel di atas terlihat bahwa mekanisme yang dianggap paling sesuai menurut stakeholder di daerah untuk diterapkan dalam REDD+ adalah PNPM Mandiri. Skor untuk kriteria transparansi, akuntabilitas, keadilan, kemudahan, kemanfaatan dan demokratis memiliki nilai baik untuk mekanisme ini. Sedangkan transfer fiskal pusatdaerah memiliki nilai yang paling kecil dimana untuk kriteria keadilan, kemudahan dan demokratis memiliki nilai kurang. Beberapa skema tersebut dalam implementasinya dapat dikombinasikan dengan memenuhi kriteria transparan, berkeadilan, kemudahan, kemanfaatan dan demokratis. Prinsip transparan menjamin bahwa setiap pihak yang terlibat dan berkepentingan mendapatkan informasi yang sama (symmetric information). Transparan mengukur tingkat keterbukaan dalam melakukan segala kegiatan organisasi, melibatkan stakeholder semenjak awal dalam berbagai proses dengan akses informasi yang baik, serta penatalaksanaan (governance) kelembagaan. Transparansi merupakan instrumen penting dalam membangun kepercayaan sehingga situasi kondusif lebih mudah diciptakan dan resolusi konflik lebih mudah dilakukan. Prinsip berikutnya dalam distribusi pembayaran harus efektif dan berkeadilan, di mana semua stakeholder yang terlibat memperoleh manfaat sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya. Dengan demikian perlu adanya aturan main yang jelas untuk memastikan manfaat dan risiko yang proporsional dan adil dari para stakeholder. Selain keadilan alokasi manfaat dari REDD+, juga perlu adanya keadilan prosedural di mana semua individu ataupun stakeholder memperoleh perlakuan yang sama serta keadilan interaksional dalam kaitan penerimaan perlakuan interpersonal yang wajar. Mekanisme distribusi pembayaran harus efisien dan mudah, sehingga bersifat insentif dalam kegiatan Evaluasi Kinerja Alternatif Mekanisme Distribusi Insentif REDD+ 7

jasa karbon. Untuk itu kelembagaan atau organisasi yang dibangun perlu lebih sederhana baik dalam proses maupun strukturnya. Kemanfaatan berarti adanya keberlanjutan jangka panjang dalam hal kelestarian alam, kesejahteraan dan mutu hidup masyarakat. Prinsip demokratis merupakan suatu keharusan di mana kegiatan mampu menampung aspirasi dan kepentingan pihak yang terlibat. Dengan mendapatkan kesempatan yang sama dalam negosiasi dan kesepakatan bagi setiap stakeholder akan menghasilkan kesepakatan yang akomodatif. Tingkat demokratis selain mempertimbangkan pengakuan terhadap hak-hak dasar baik individu maupun kelompok, juga mengukur hak untuk memeperoleh informasi dan mengeluarkan pendapat yang setara. Prinsip demokratis merupakan faktor utama bagi penerimaan (acceptability) oleh para stakeholder. Rekomendasi Untuk memastikan bahwa mekanisme distribusi insentif manfaat REDD+ dapat diterapkan, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: 1. Pemilihan opsi mekanisme harus memperhatikan siapa penerima manfaat dari REDD+. Dengan kata lain, penerima manfaat yang berbeda memerlukan opsi yang berbeda agar tujuan distribusi manfaat tercapai. Karena tidak setiap opsi diatas dapat diterapkan untuk setiap penerima manfaat. Bisa saja dalam suatu daerah mekanisme yang diterapkan merupakan kombinasi dari transfer fiskal pusat-daerah untuk pemerintah dan mekanisme PNPM untuk masyarakatnya. 2. Dalam implementasinya, beberapa skema tersebut dapat dikombinasikan dengan memenuhi kriteria transparan, berkeadilan, kemudahan, kemanfaatan dan demokratis INFORMASI LEBIH LANJUT: Untuk bahan bacaan yang lebih lengkap mengenai transfer fiskal pusat-daerah silakan lihat IRAWAN, S., TACCONI, L. & RING, I. 2011. Designing Intergovernmental Fiscal Transfers for Conservation: The case of REDD+ revenue distribution to local governments in Indonesia Working Paper #3. Canberra: Asia Pacific Network for Environmental Governance, The Australian National University. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor Telp.: 0251 8633944; Fax: 0251 8634924; Email: publikasipuspijak@yahoo.co.id; Website: www.puspijak.org 8 Opsi Mekanisme Distribusi Insentif untuk REDD+