Penanganan Barang Bukti Forensik Digital

dokumen-dokumen yang mirip
Presentasi Data Forensik. (dr. Handayani DU, M.Sc. SpF.)

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

PERAN PENYIDIK AHLI DAN BUKTI DIGITAL DI PERSIDANGAN

DEFINISI DAN PENJELASAN DARI BUKTI DIGITAL. Disusun untuk memenuhi tugas ke I, MK. Digital Evidence (Dosen Pengampu : Yudi Prayudi, S.Si, M.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. 1. teknologi informasi disebut dengan Cyber Crime. Cyber Crime adalah jenis

Tujuan IT Forensics. IT forensic Bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta obyektif dari sebuah insiden / pelanggaran keamanan sistem informasi.

An Introduction to COMPUTER FORENSICS. Oleh: Ahmad Syauqi Ahsan

Computer Forensic. Part 1. Abdul Aziz

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Mengenal Digital Forensik

TEKNIK AKUISISI VIRTUALISASI SERVER MENGGUNAKAN METODE LIVE FORENSIC. Abstrak

Analisis Forensik WhatsApp Artefak pada Platform Android

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memberi dampak positif dengan meningkatnya kinerja dan efektivitas kerja pada

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesepuluh, Penelusuran Aset Penelusuran Aset. Modul E-Learning 3

HUKUM PEMBUKTIAN KEJAHATAN TI

TUGAS KEAMANAN JARINGAN KOMPUTER Computer Forensik

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

METODOLOGI COMPUTER FORENSIK. Disusun untuk memenuhi tugas ke III, MK. Digital Evidence (Dosen Pengampu : Yudi Prayudi, S.Si, M.

TUGAS KEAMANAN JARINGAN KOMPUTER. Computer Forensik

ANALISIS INVESTIGATION SIMCARD CLONING TERHADAP SMS BANKING (STUDI KASUS PENGGUNA TELKOMSEL DENGAN LAYANAN BNI SMS BANKING)

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Analisis Forensik Recovery dengan Kemanan Kode Pola pada Smartphone Andoid

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk penanganan korban, saksi, dan pelaku akan diurusi oleh pihak Reserse.

AGUS JULIANSYAH

PERTEMUAN 11: BUKTI AUDIT INVESTIGASI

10. Mobile Device Forensics Part 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABUTANKETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAAN (BAP) DAN TERDAKWA

NASKAH PUBLIKASI KEDUDUKAN ALAT BUKTI DIGITAL DALAM PEMBUKTIAN CYBER CRIME DI PENGADILAN

SKRIPSI RIDHO ADYA PANGESTU

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

Penerapan Integrated Digital Forensic Investigation Framework v2 (IDFIF) pada Proses Investigasi Smartphone

Metode Autentikasi melalui Saluran Komunikasi yang Tidak Aman

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

ANALISIS LIVE FORENSICS UNTUK PERBANDINGAN APLIKASI INSTANT MESSENGER PADA SISTEM OPERASI WINDOWS 10

STUDI ANALISIS LAI PADA SIMCARD DALAM MENENTUKAN LETAK GEOGRAFIS DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN PYTHON NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS MOBILE FORENSIC DENGAN MENGGUNAKAN METODE HYBRID EVIDENCE INVESTIGATION PADA SMARTPHONE

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PROSES PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN DALAM TRANSFER ILMU KEMAHIRAN DUNIA PRAKTIK. Oleh: Lise Yolanda, SH. 1. Abstraksi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Judul Mata Kuliah : Audit Investigasi Semester : 3 Sks : 3

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENGGUNAAN ALAT PENDETEKSI KEBOHONGAN (LIE DETECTOR) PADA PROSES PERADILAN PIDANA

BAB I BERKAS PENYIDIKAN

Pelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan

Digital Forensik. Apa dan Bagaimana. Asrizal

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERANAN LABORATORIUM FORENSIK POLRI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (STUDI KASUS DI LABORATORIUM FORENSIK

informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN PENANGGULANGAN NARKOTIKA NO JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN KEBIJAKAN

BAB III PENGGUNAAN LIE DETECTOR SEBAGAI ALAT PENDUKUNG DALAM PENGUNGKAPAN PERKARA PIDANA PADA TAHAP PENYIDIKAN

BAB IV.METODE PENELITIAN

Pendahuluan Forensik TI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Ta

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TENTANG PENANGKAPAN

BAB III PENUTUP. 1. Kendala Polda DIY dalam penanganan tindak pidana penipuan : pidana penipuan melalui internet dan minimnya perangkat hukum.

BAB III PEMBUKTIAN DALAM TINDAK PIDANA CYBERCRIME DI INDONESIA. A. Teori Pembuktian dalam Perkara Pidana

Jurnal Masyarakat Informatika (Jumanji) Volume 01 Nomor 01 Oktober 2017 Model Enkripsi XML Pada Output DFXML untuk Pengamanan Metadata Bukti Digital

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

SEKILAS MENGENAI FORENSIK DIGITAL. Budi Rahardjo 1 Kata kunci: forensik, keamanan, teknologi informasi

ANALISIS FORENSIK KOMPUTER PADA TIMESTAMPS SISTEM BERKAS NTFS

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1961 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum.

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana.

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

Menuju Sistem Peradilan Pidana yang Menjauhkan Korban dari Viktimisasi Melalui RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/KEPMEN-KP/SJ/2014 TENTANG

PERTEMUAN 13: TAHAPAN AUDIT INVESTIGASI

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

Teknik Live Forensics Pada Aktivitas Zeus Malware Untuk Mendukung Investigasi Malware Forensics

BAB V PENUTUP. pertanggungjawaban pidana, dapat disimpulkan bahwa:

BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENYADAPAN DATA PRIBADI PENGGUNA INTERNET MELALUI MONITORING AKTIVITAS KOMPUTER DIHUBUNGKAN DENGAN

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

APLIKASI SISTEM INFORMASI TINDAK PELANGGARAN HUKUM BERBASIS WEB DAN SMS GATEWAY

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN OPERASIONAL PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan untuk mencari kebenaran dengan mengkaji dan menelaah beberapa

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

Transkripsi:

Penanganan Barang Bukti Forensik Digital Tugas Mata Kuliah Manajemen Investigasi Tindak Kriminal Dosen : Yudi Prayudi, S.Si, M.Kom Disusun Oleh MUSLIM HERI KISWANTO 13917221 Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik Industri Jurusan Magister Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 2014

2 Penanganan Bukti Forensik Digital I. PENDAHULUAN Digital Forensik merupakan bidang ilmu baru dalam dunia komputer yang berkembang pesat akhir-akhir ini dengan ditunjukannya berita-berita yang mengulas tentang kejahatan di bidang komputer serta semakin banyaknya bukubuku yang mengupas mengenai digital forensik, sehingga semakin menambah refrensi pengetahuan bagi peneliti-peneliti muda. Dengan lahirnya Undang-undang Informasi Transaksi Elektronik nomor 11 Tahun 2008, maka semakin membuat bidang ilmu ini menjadi perangkat wajib untuk membongkar kejahatan yang melibatkan dunia komputer, karena pada umumnya kejahatan komputer ini meninggalkan jejak digital, maka perlu adanya seorang ahli komputer forensik yang akan mengamankan barang bukti digital atau biasa disebut digital evidence. Komputer Forensik tentu memerlukan suatu standart operational procedure dalam mengambil bukti-bukti digital agar tidak terkontaminasi pada saat data di ambil dari digital evidence sehingga sangat memudahkan para ahli komputer forensik untuk melakukan pemulihan sistem pasca kerusakan. II. PEMBAHASAN A. Pengertian Forensika Digital Ada beberapa definisi yang bisa dijadikan acuan tentang apa sebenarnya Digital Forensik. Sebagaimana dikemukakan oleh Marcella: Digital Forensik adalah aktivitas yang berhubungan dengan pemeliharaan, identifikasi, pengambilan/penyaringan, dan dokumentasi bukti digital dalam kejahatan komputer 1. Istilah ini relatif baru dalam bidang komputer dan teknologi, tapi telah muncul diluar term teknologi (berhubungan dengan investigasi bukti-bukti intelijen dalam penegakan hukum dan militer) sejak pertengahan tahun 1980-an. 1 Marcella, Albert J., and Robert S. Greenfiled, Cyber Forensics a field manual for collecting, examining, and preserving evidence of computer crimes, by CRC Press LLC, United States of America

3 Menurut Casey: Digital Forensik adalah karakteristik bukti yang mempunyai kesesuaian dalam mendukung pembuktian fakta dan mengungkap kejadian berdasarkan bukti statistik yang meyakinkan 2. Sedangkan menurut Budhisantoso: Digital Forensik adalah kombinasi disiplin ilmu hukum dan pengetahuan komputer dalam mengumpulkan dan menganalisa data dari sistem komputer, jaringan, komunikasi nirkabel, dan perangkat penyimpanan sehingga dapat dibawa sebagai barang bukti di dalam penegakan hukum 3. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Digital Forensik adalah penggunaan teknik analisis dan investigasi untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, memeriksa dan menyimpan bukti/informasi yang secara magnetis tersimpan/disandikan pada komputer atau media penyimpanan digital. B. Penanganan Forensika Digital Para ahli dalam bidang forensik, khususnya forensik digital mempunyai standar dalam proses penanganan barang bukti. Hal tersebut dilakukan supaya dalam proses penyidikan, dimana data yang didapatkan berasal dari sumber aslinya, supaya tidak adanya manipulasi baik isi, bentuk, maupun kualitas dari data digital tersebut. Maka beberapa aturan dalam proses penanganan barang bukti. Proses penanganan data digital dalam forensik di antaranya: 4 1. Penanganan Awal di Lokasi TKP a. Persiapan Sebelum ke TKP untuk melaksanakan penggeledahan kasus yang berkaitan dengan barang bukti eletronik, maka analisis forensic dan investigator terlebih dulu hal-hal atau peralatan yang nantinya dibutuhkan selama proses penggeledahan di TK. b. Preserving (memelihara dan mengamankan data) Merupakan serangkaian aktifitas yang dilakukan oleh penyidik yang sudah ahli, untuk menjamin agar data-data yang dikumpulkan tidak berubah. c. Collecting (mengumpulkan data) 2 Eoghan Casey, Digital Evidence and Computer Crime, 2nd ed., hal. 20 3 Budi Rahardjo, Hukum dan Dunia Cyber, PT. Indosic, Jakarta, 2003 4 Sukriadi Shafar, Prinsip Dan Prosedur Dasar Penanganan Bukti Digital Dalam Computer Crime Dan Compute Related Crime, UII Yogyakarta, 2014

4 Merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan data-data sebanyak mungkin yang relevan untuk mendukung proses penyidikan dalam rangka pencarian barang bukti d. Confirming (menetapkan data) Merupakan serangkaian kegiatan untuk menetapkan data-data yang berhubungan dengan kasus yang terjadi. e. Identifying (mengenali data) Merupakan serangkaian kegiatan untuk melakukan proses identifikasi terhadap data-data yang sudah ada agar memastikan bahwa data tersebut memang unik dan asli sesuai dengan yang terdapat pada tempat kejadian perkara. Untuk data digital, misalnya melakukan identifikasi dengan teknik hashing (membuat sidik jari digital terhadap barang bukti) 2. Penanganan di Laboratorium a. Administrasi Penerimaan Pada tahapan ini, barang bukti komputer yang masuk dan diterima petugas laboratorium, yang dalam hal ini analisis forensic harus dicatat secara detail dalam di dalam log book, disamping di formulir penerimaan. Berikut data yang harus dicatat: 5 Nama lembaga pengirim barang bukti eletronik Nama petugas pengirim barang bukti eletronik, termasuk identitasnya secara lengkap. Tanggal penerimaan. Jumlah barang bukti eletronik yang diterima, dilengkapi dengan sfesipikasi teknisnya seperti merek, model, dan serial/product number serta ukuran (size). System hashing, yaitu suatu sistem pengecekan otentikasi isi dari suatu file (baik image/evidence file maupun file logical) dengan menggunakan algoritma matematika seperti MD5, SHA1, dan lain-lain. 5 Al-Azhar, M.N. (2012). Digital Forensic: Panduan Praktis Investigasi Komputer. Salemba Infotek, Jakarta

5 b. Ivestigation (pemeriksaan) Pada tahapan ini, terhadap image file dilakukan pemeriksaan secara komprehensif dengan maksud untuk mendapatkan data digital yang sesuai dengan investigasi, ini artinya analisis forensik harus mendapatkan gambaran fakta kasus yang lengkap dari investigator, sehingga apa yang dicari dan akhirnya ditemukan oleh analisis forensik adalah sama (matching) seperti yang diharapkan oleh investigator untuk pengembanagan investigasinya. Setelah mendapatkan gambaran fakta kasusnya, kemudian analisis forensik melakukan pencarian (searching) terhadap image file untuk mendapatkan file atau data yang diinginkan. c. Analyzing (meneliti data) Setelah mendapatkan file atau data digital yang diinginkan dari proses pemeriksaan diatas, selanjutnya data tersebut dianalisis secara detail dan komprehensif untuk dapat membuktikan kejahatan apa yang terjadi dan kaitannya pelaku dengan kejahatan tersebut. Hasil analisis terhadap data digital tadi selanjutnya disebut sebagai barang bukti digital yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmiahan dan hokum di depan pengadilan. d. Recording (mencatat data) Melakukan pencatatan terhadap data-data hasil temuan dan hasil analisis sehingga nantinya data tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau dapat direkonstruksi ulang (jika diperlukan) atas temuan barang bukti tersebut. 3. Penanganan Laporan (Reporting) a. Laporan (report) Setelah diperoleh barang bukti digital dari proses pemeriksaan dana analisis di atas yang sesuai dengan ivestigasi, selanjutnya data mengenai barang bukti digital tersebut dimasukkan ke dalam laporan teknis. b. Pembungkusan dan penyegelan Pembungkusan dan penyegelan barang bukti : memuat proses pembungkusang dan penyegelan barang bukti yang telah dianalisis secara digital forensic untuk diserahkan kepada pihak lembaga yang telah mengirimnya.

6 c. Administrasi Penyerahan Laporan Selanjutnya laporan hasil pemeriksaan secara digital forensic berikut barang bukti eletroniknya diserahkan kembali kepada investigator atau lembaga pengirimnya. 4. Presenting (mempresentasikan data) Kegiatan yang dilakukan penyidik untuk membeberkan hasil temuannya kepada piha kberwajib atau di pengadilan. Biasanya presentasi data dilakukan oleh seorang ahli forensik untuk menjelaskan hal-hal yang susah dipahami oleh kalangan umum, sehingga data-tersebut dapat membantu proses penyidikan untuk menemukan tersangka. 6 Presentasi ini ini secara umum dibagi menjadi beberapa bagian penjelasan, sebagai berikut: a. Judul: Memuat judul pemeriksaan yang dilengkapi dengan nomor pemeriksaan di laboratorium. b. Pendahuluan: Memuat nama-nama analisis forensik yang melakukan pemeriksaan dan analisis secara digital forensik terhadap barang bukti eletronik. Di samping itu, bab ini juga memuat tanggal/waktu pemeriksaan. c. Barang Bukti: Memuat jumlah dan jenis barang bukti eletronik yang diterima untuk dilakukan pemeriksaan dan analisis. Ini juga termasuk data tentang spesifikasi teknis dan barang bukti tersebut seperti merek, model, serial/product number, serta ukuran kapasitas dari media penyimpanan seperti harddisk dan flashdisk. Nomor IMEI (International Mobile Equipment Identity) untuk jenis barang bukti berupa handphone/smartphone, dan nomor ICCID (Integrated Circuit Card ID) untuk barang bukti berupa simcard yang merupakan data administrasi yang berasal dari provider seluler. d. Maksud Pemeriksaan: Memuat nama lembaga pengirim barang bukti eletronik berikut surat tertulis yang berisikan maksud permintaan untuk pemeriksaan dana analisis barang bukti tersebut secara digital forensik. Makdsud permintaan ini harus dimintakan kembali penjelasan secara detail 6 Jack wiles, Anthony Reyes, Jesse Varsalone. (2007). The Best Damn Cybercrime and Digital Forensics Book Period. United States Of America.Syngress Publishing,Inc., Pg:67

7 oleh analisi forensic kepada investigator, sekaligus analisis forensic meminta investigator untuk memaparkan secara singkat dan jelas fakta fakta kasus yang diinvestigasi. e. Prosedur Pemeriksaan: Menjelaskan tahapan tahapan yang dilakukan selama proses pemeriksaan dan analisis barang bukti tersebut secara digital forensic. Sebaiknya penjelesan panjang mengenai tahapan tersebut yang akan ditulis dalam laporan, diringkas menjadi SOP (Standard Operating Procedure) yang baku dan lengkap. Misalnya DFAT (Digital Forensic Analyst Team) PUSLABFOR BARESKRIM POLRI memiliki sejumlah SOP, antara lain: SOP 1 tentang prosedur analisa forensik digital SOP 2 tantang komitmen jam kerja SOP 3 tentang pelaporan forensik digital SOP 4 tentang menerima barang bukti elektronik dan/atau digital SOP 5 tentang penyerahan kembali barang bukti elektronik dan/atau digital SOP 6 tentang triage forensik (penanganan awal barang bukti komputer di TKP) SOP 7 tentang akuisisi langsung SOP 8 tentang akuisisi harddisk, flashdisk dan memory card SOP 9 tentang analisa harddisk, flashdisk dan memory card SOP 10 tentang akuisisi ponsel dan simcard SOP 11 tentang analisa ponsel dan simcard SOP 12 tentang analisa forensik audio SOP 13 tentang analisa forensik video SOP 14 tentang analisa gambar digital SOP 15 tentang analisa forensik jaringan f. Kendala: Menjelaskan masalah dalam kasus tersebut dan kendala hukum untuk memeriksa bukti yang tersedia. Jaksa harus memastikan bahwa ahli memahami bagaimana aturan bukti dan prosedur mempengaruhi diterimanya, discoverability, dan kegunaan dari pengamatan ahli dan kesimpulan.

8 g. Hasil Pemeriksaan: Memuat data digital yang berhasil di-recovery dari image file yang kemudian di analisis lebih detail dan dikonfirmasi dengan investigator untuk memastikan sesuai dengan investigasi yang sedang berlangsung. h. Kesimpulan: Memuat ringkasan yang disarikan dari hasi pemeriksaan diatas. i. Penutup: Menjelaskan bahwa proses pemeriksaan dan analisis dilakukan dengan sebenar-benarnya tanpa ada rekayasa dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hasil pemeriksaan untuk tiap-tiap barang bukti tersebut dalam suatu laporan teknis. Bentuk dari laporan tersebut adalah Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Laboratoris Kriminalistik yang bersifat pro justisia sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti hukum yang syah di pengadilan. Dikarenakan sifatnya resmi, maka BAP tersebut dapat dikeluarkan jika ada permintaan secara tertulis dari satuan kerja yang menyerahkan barang bukti elektronik untuk diperiksa, di mana surat tersebut ditujukan kepada Kepala Puslabfor (Pusat Laboratorium Forensik). Karena BAP tersebut pada akhirnya akan dibawa ke persidangan/pengadilan, maka gaya bahasa yang digunakan dalam laporan harus sesederhana mungkin tanpa menghilangkan makna esensialnya. Hal ini dimaksudkan agar majelis hakim, jaksa penuntut umum dan/atau penasihat hukum terdakwa dapat memahami secara benar proses dan hasil pemeriksaan/analisa digital forensik. Mereka bukan seorang ahli digital forensik yang bisa memahami tentang digital forensik secara menyeluruh. III. KESIMPULAN Digital Forensik merupakan teknik ilmiah yang meneliti perangkat digital dalam membantu pengungkapan berbagai macam kasus kejahatan. Tahapantahapan yang dilakukan pada Digital Forensik meliputi: 1. Penanganan di awal TKP 2. Penanganan di Laboratorium 3. Pembuatan Laporan

9 4. Presentasi di pengadilan