Publik di Kabupaten Aceh Utara Profil dan Kinerja Organisasi Publik di Kabupaten Aceh Utara

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PADA BAGIAN UMUM DAN PROTOKOL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan tidak adanya batas-batas negara (

PROFIL DAN KINERJA ORGANISASI PUBLIK DI KABUPATEN ACEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

reformasi yang didasarkan pada Ketetapan MPR Nomor/XV/MPR/1998 berarti pada ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 menjadi dasar pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,2002:2).

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

APA ITU DAERAH OTONOM?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

B. Maksud dan Tujuan Maksud

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara,

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. semua pihak. Keinginan untuk mewujudkan good government merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat tersebut menyebabkan inisiatif dan prakarsa daerah cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

transparansi, partisipasi, penegakan hukum, dan akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004 merupakan tonggak awal. pelaksanaan otonomi daerah dan proses awal terjadinya reformasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat saat itu. Pemimpin-pemimpin formal, bahkan

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan khususnya penyelenggaraan pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kinerja birokrasi pada era reformasi dan otonomi daerah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN)

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan aspirasi masyarakat yang sejalan dengan semangat demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,

BAB I PENDAHULUAN. tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era reformasi dalam perkembangan akuntansi sektor publik yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah menuntut adanya partisipasi masyarakat dan. transparansi anggaran sehingga akan memperkuat pengawasan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat mendasar sejak diterapkannya otonomi daerah. dalam hal pengelolaan keuangan daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang. perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Wujud otonomi daerah yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor

Transkripsi:

Publik di Kabupaten Aceh Utara Profil dan Kinerja Organisasi Publik di Kabupaten Aceh Utara Oleh : Rahmad Abstrak Pengukuran kinerja terhadap suatu organisasi publik merupakan suatu isu pada beberapa tahun terakhir ini, terutama setelah banyaknya keluhan dari para pengguna jasa yang menyatakan bahwa kinerja organisasi publik adalah sumber kelambanan, pungli dan in-efisiensi. Format kebijakan otonomi daerah yang ada pada saat ini menandai awal dari suatu perubahan fundamental dalam paradigma penyelenggaraan pemerintahan di negeri ini. Kalau pada pemerintahan orde baru, pembangunan menjadi misi terpenting pemerintah (developmentalism) dan pemerintah yang pada masa itu menjadikan dirinya sebagai pusat kendali proses pembangunan itu (sentralisasi di tingkat nasional), kini harus mereposisi diri sebagai pelayan dan pemberdaya masyarakat dan harus menyebarkan aktivitasnya ke berbagai pusat (plusentris) di tingkat lokal. Dengan kata lain arus baru kehidupan politik kita sekarang adalah realitas pergeseran kekuasaan dari pusat (sentral) menuju lokus-lokus daerah (desentral) dan berbasis pada kekuatan masyarakat sendiri (society). Dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah tersebut, perubahan paradigma sekaligus juga ikut melepaskan makna hegemoni paham teknokrasi yang masih terus kita rasakan sekarang ini. Sebuah pemerintahan yang membuat konsep otda sulit melepaskan orientasi pembangunannya, dan kepercayaannya kepada peran negara sebagai mesin pembangunan tersebut (pembangunan oleh negara). Dengan satu tawaran paradigma baru, maka otonomi daerah tidak semata-mata sebagai kesiapan kepastian aparatur daerah, atau menyangkut kesuburan ekonomi pemerintah semata (misalnya: tercermin dalam PAD), tetapi juga soal akses keterlibatan masyarakat, fasilitas perkembangan ekonomi swasta (tercermin dalam PDRB), penegakan asas good governance, (partisipasi, transparansi dan akuntabilitas) dalam penyelenggaraan pemerintahan, dan lain sebagainya. Perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini secara umum ingin melihat bagaimana kinerja di instansi dimaksud menjadi penting. Penulisan jurnal ini, penulis menggunakan metode Kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif, dalam arti setiap data yang dihimpun melalui observasi, wawancara dan diskusi terfokus terhadap data yang dibutuhkan untuk dideskripsikan dan dirangkum untuk melakukan penafsiran dengan mengacu pada fokus penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struk organisasi sangat berpengaruh pada hasil kinerja. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa bentuk struktur sebuah organisasi akan mempengaruhi kinerja, setiap pegawai yang menduduki jabatan pada sebuah struktur harus mempunya kualifikasi yang baik. Kata Kunci: Performance, good governance I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja terhadap suatu organisasi publik merupakan suatu isu pada beberapa tahun terakhir ini, terutama setelah banyaknya keluhan dari para pengguna jasa yang menyatakan bahwa kinerja organisasi publik adalah sumber kelambanan, pungli dan in-efisiensi (Dwiyanto,1995). Lebih lanjut Dwiyanto menjelaskan bahwa citra organisasi publik di negara berkembang, termasuk Indonesia dalam melayani kepentingan masyarakat pada umumnya amat buruk jika dibandingkan dengan organisasi swasta. Karenanya tidaklah mengherankan kalau organisasi swasta seringkali dijadikan sebagai VARIASI, ISSN: 2085- Volume 4 Nomor 12, Juni 2013 Hal - 1

alternatif pilihan kebijakan untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Berbicara masalah kinerja organisasi publik, terlebih setelah diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pemerintah daerah dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada hakekatnya penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas daerah secara aktif, meningkatkan peran dan fungsi DPRD. Format kebijakan otonomi daerah yang ada pada saat ini menandai awal dari suatu perubahan fundamental dalam paradigm penyelenggaraan pemerintahan di negeri ini. Kalau pada pemerintahan orde baru, pembangunan menjadi misi terpenting pemerintah (developmentalism) dan pemerintah yang pada masa itu menjadikan dirinya sebagai pusat kendali proses pembangunan itu (sentralisasi di tingkat nasional), kini harus mereposisi diri sebagai pelayan dan pemberdaya masyarakat dan harus menyebarkan aktivitasnya ke berbagai pusat (plusentris) di tingkat lokal. Dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah tersebut, perubahan paradigma sekaligus juga ikut melepaskan makna hegemoni paham teknokrasi yang masih terus kita rasakan sekarang ini. Sebuah pemerintahan yang membuat konsep otda sulit melepaskan orientasi pembangunannya, dan kepercayaannya kepada peran negara sebagai mesin pembangunan tersebut (pembangunan oleh negara). Dengan satu tawaran paradigma baru, maka otonomi daerah tidak semata-mata sebagai kesiapan kepastian aparatur daerah, atau menyangkut kesuburan ekonomi pemerintah semata. Sejak diberlakukannya Undang undang nomor 22 Tahun 1999 dan Undang undang nomor 25 tahun 1999, Bangsa Indonesia telah memulai proses perubahan mendasar dalam kehidupan ketatanegaraan yang akan mempengaruhi segala dimensi kehidupan bangsa, baik dimensi politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Apalagi setelah keluarnya PP nomor 84 tahun 2000 tentang pedoman organisasi perangkat daerah, maka pemerintah daerah di masing-masing wilayah membentuk berbagai macam organisasi perangkat daerah untuk melaksanakan otonomi dalam rangka kemajuan dan kesejahteraan rakyat, dunia usaha dan daerah itu sendiri. Sebagai tindak lanjut dari adanya kebijakan tersebut, Pemerintah Kabupaten Kabupaten Aceh Utara mengeluarkan kebijakan berupa Perda Kabupaten Aceh Utara Nomor 004 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Aceh Utara. Salah satu kantor yang dibentuk tersebut diantaranya adalah Kantor Lingkungan Hidup, yang susunan organisasi dan tata kerjanya diatur oleh Keputusan Bupati Aceh Utara berdasarkan Qanun Nomor 3 Tahun 2008.. B. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah: 1. Bagaimana kinerja Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara? II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Pengertian Kinerja Organisasi Organisasi merupakan suatu bentuk kerjasama sekelompok manusia atau orang di bidang tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Etzioni,1969). Lebih lanjut Etzioni, menjelaskan bahwa organisasi memiliki ciriciri : a) adanya pembagian kerja, kekuasaan dan tanggungjawab berkomunikasi, pembagian yang direncanakan untuk mempertinggi realisasi tujuan khusus, b) adanya satu atau lebih pusat kekuasaan yang mengawasi penyelenggaraan usaha-usaha bersama dalam organisasi dan pengawasan. Usaha tersebut untuk mencapai tujuan organisasi, pusat kekuasaan ini juga harus menunjuk secara terus menerus pelaksanaan organisasi dan menata kembali strukturnya untuk meningkatkan efisiensi. c) pengaturan personil misalnya orang-orang yang bekerja secara tidak memuaskan dapat dipindahkan VARIASI, ISSN: 2085- Volume 4 Nomor 12, Juni 2013 Hal - 2

dan kemudian mengangkat pegawai lain untuk melaksanakan tugasnya. Sementara itu, Atmosudirdjo (2007) mengatakan bahwa kinerja juga dapat berarti prestasi kerja, prestasi penyelenggaraan sesuatu (performance, how well you do a piece of work or activity). Faustino (2005) memberi batasan mengenai perfomansi adalah suatu cara mengukur kontribusikontribusi dari individu - individu anggota organisasi kepada organisasinya. B. Kinerja Organisasi Whittaker (2003) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas ( dalam LAN, 2000). Pengukuran kinerja mempunyai makna ganda, yaitu pengukuran kinerja sendiri dan evaluasi kinerja, di mana untuk melaksanakan kedua hal tersebut terlebih dahulu harus ditentukan tujuan dari suatu program secara jelas. Pengukuran kinerja merupakan jembatan antara perencanaan strategis dengan akuntabilitas, sehingga suatu pemerintah daerah dapat dikatakan berhasil jika terdapat bukti-bukti atau indikator-indikator atau ukuran-ukuran capaian yang mengarah pada pencapaian misi. Teknik dan metode yang digunakan dalam menganalisis kinerja kegiatan, yang pertama-tama dilakukan adalah dengan melihat sejauh mana adanya kesesuaian antara program dan kegiatannya. Program dan kegiatan merupakan program dan kegiatan sebagaimana yang tertuang dalam perencanaan strategis Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Sementara itu, Bernadin (2008) mengatakan bahwa sistem penilaian kinerja harus disusun dan diimplementasikan dengan suatu 1) prosedure formal standar;yang 2) berbasis pada analisis jabatan; dan 3) hasilnya didokumentasikan dengan baik; dengan 4) penilai yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang dapat dipertanggung jawabkan. III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Selain menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif, yang merupakan suatu metode yang berusaha untuk memahami suatu fenomena-fenomena yang terjadi, kemudian berusaha menganalisis dan menjelaskan fenomena-fenomena tersebut dengan gambaran-gambaran yang dapat memberikan penilaian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai instrumen atau alat penelitian (human instrument). Hal tersebut didasari atas pendapat Nasution (Sugiyono, 2007: 60) yang menyatakan bahwa: Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Selain bertindak human instrument, peneliti juga menentukan dan menggunakan teknik yang tepat dalam pengumpulan data yang membantu peneliti pada saat terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa metode; pengamatan terlibat (participant observation). Alasan penulis menggunakan pengamatan terlibat ini adalah penulis ingin membangun hubungan yang dekat dengan objek penelitian, sehingga data/informasi yang diperlukan dapat dikumpulkan secara detail. Pengamatan terlibat yang dilakukan penulis selama penelitian dilakukan dengan cara datang ke lokasi penelitian. Hasil dari observasi tentang penyelenggaraan tata kelola organisasi khusnya tentang kinerja organisasi. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara (interview) dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberi jawaban atas pertanyaan tersebut. Sugiyono (2007: 72) mengatakan : Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang yang ada di dalamnya. Dalam arti bahwa wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dari para informan yang akan menjelaskan dan menyatakan pelaksanaan penyelenggaraan tata kelola organisasi. Kajian dokumentasi pada penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara VARIASI, ISSN: 2085- Volume 4 Nomor 12, Juni 2013 Hal - 3

dengan cara mempelajari sejumlah dokumen, peraturan perundang-undangan, laporan, buku-buku ilmiah, arsip, foto, dan bahanbahan tertulis lainnya yang relevan dengan tema/topik penelitian. Penulis melakukan pengumpulan data dengan mempelajari dan membaca buku-buku serta sumber-sumber yang ada hubungannya dengan objek penelitian. Dokumentasi merupakan suatu pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumendokumen, baik dokumen tertulis maupun berupa gambar. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis, sehingga membentuk satu hasil kajian yang sistematis IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kinerja Organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara. Kinerja organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara, dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan dalam pengelolaan lingkungan hidup termasuk pertambangan sesuai dengan misi dan tujuan organisasi, maka dalam pembahasan ini akan mencoba menganalisis pencapaian kinerja Bagian Lingkungan Hidup yang kemudian berubah menjadi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara yang dilihat dari indikator: Akuntabilitas, dalam kaitannya dengan akuntabilitas ini akan dilihat dari tingkat konsistensi antara kebijakan dan kegiatan Kantor Lingkungan Hidup dengan aspirasi masyarakat, khususnya dalam pengelolaan lingkungan dan pertambangan, tingkat kemampuan meningkatkan prakarsa dan kepedulian aparatur dan masyarakat terhadap SDA dan Lingkungan, tingkat upaya rehabilitasi kerusakan sumber daya alam dan lingkungan. Akuntabilitas organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara, dapat dilihat pelaksanaan misi yang pertama yaitu menerapkan berbagai kebijakan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Kewenangan dalam pengelolaan lingkungan hidup termasuk pertambangan yang telah diberikan kepada dinas, telah dilaksanakan dengan menerapkan berbagai kebijakan antara lain: kebijakan eksternal berupa perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan hidup baik berupa kebijakan pusat maupun daerah (Propinsi), sedangkan kebijakan internal yaitu berupa kebijakan yang sasarannya melalui dinas itu sendiri antara lain: peraturan daerah dan Keputusan Bupati yang berhubungan dengan kebijakan tentang pengelolaan lingkungan hidup termasuk pertambangan. Keberhasilan pencapaian sasaran dan tujuan tidak terlepas pada dinas itu sendiri di dalam menetapkan satu cara melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan. Atas dasar itu semua di dalam pencapaian sasaran dan tujuan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara telah menetapkan enam kebijakan sebagai landasan di dalam menentukan arah tercapainya sasaran dan tujuan secara tepat dan kemudian kebijakan tersebut dituangkan dalam rencana strategis yang secara global dapat mencerminkan semua aktivitas/kegiatan seperti yang diamanatkan dalam keputusan Bupati Aceh Utara sesuai Qanun Kabupaten Aceh Utara Nomor 9 Tahun 2005 pelaksanaan kewenangan di bidang Lingkungan Hidup serta kebersihan dan Pertamanan terjadi penggabungan organisasi antara Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan Badan pengendalian Dampak Lingkungan menjadi Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Utara, yang selanjutnya berdasarkan Qanun Kabupaten Aceh Utara No.3 tahun 2008 menjadi Kantor Lingkungan Hidup, dan telah sesuai dengan cakupan bidang tugas yang menjadi garapan pada masing-masing bagian dalam organisasi, sehingga dengan penetapan kebijakan yang ada pada dinas dapat menetapkan sasaran. Responsibility, responsibilitas Organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara, dapat dilihat dari pelaksanaan misi yang kelima yaitu meningkatkan pembinaan setiap kegiatan usaha melalui integrasi lingkungan hidup, dengan tujuan menjadikan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. Adapun sasaranya adalah tercapainya penerapan pengelolaan lingkungan pada setiap kegiatan usaha. Untuk mencapai sasaran dan tujuan dibuat kebijakan memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan, dengan program pengembangan kegiatan ekonomi yang memanfaatkan SDA secara optimal dan ramah lingkungan. Adapun kegiatannya adalah mensosialisasikan VARIASI, ISSN: 2085- Volume 4 Nomor 12, Juni 2013 Hal - 4

teknologi ramah lingkungan kepada masyarakat. Responsivitas, dalam kaitannya dengan responsivitas ini merupakan kemampuan organisasi dalam mengenali kebutuhan masyarakat dalam memberikan pelayanan, yang akan dilihat dari tingkat kepekaan terhadap keluhan masyarakat dalam pelayanan perijinan, tingkat usaha untuk membina kegiatan para pengusaha / penambang. Responsivitas Organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara, jika dilihat dari aspek tingkat kepekaan organisasi terhadap keluhan masyarakat terhadap pelayanan perijinan, maka sebagaimana telah diuraikan pada awal bahasan, bahwa Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara salah satu fungsinya adalah pemberian bimbingan dan pembinaan serta mempersiapkan ijin pengelolaan lingkungan termasuk pertambangan. B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara Penelitian ini memfokuskan pada dua variabel internal di dalam organisasi yang diduga kuat mempengaruhi kinerja organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara, yakni struktur organisasi, sumber daya manusia, dan finansial, yang akan dibahas secara berurutan berikut; 1. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan unsur yang sangat penting, karena struktur organisasi akan menjelaskan bagaimana kedudukan, tugas dan fungsi dialokasikan di dalam organisasi. Struktur organisasi ini dapat dilihat dari tingkat pendelegasian wewenang yang ada dalam organisasi, tingkat pemanfaatan pegawai yang sesuai dengan spesialisasi, dan tingkat pengendalian pegawai dalam pelaksanaan tugas, yang akan dicoba diuraikan secara berurutan. Apabila Struktur organisasi dilihat dari tingkat pendelegasian wewenang yang ada dalam organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara akan nampak ketika tugas pokok dan fungsi serta kewenangan dinas dibagi habis kepada pejabat-pejabat yang ada di dalam organisasi. Tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Kantor Lingkungan Hidup, merupakan tugas dan kegiatan yang biasanya dilaksanakan oleh Bagian Lingkungan Hidup dan sebagian lagi merupakan tugas Bagian Ekonomi sekretariat daerah sebelum keluarnya Qanun Nomor 22 tahun 2010. 2. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi, karena manusia adalah aktor utama setiap organisasi dimana dan apapun bentuknya. Sumber daya manusia ini dapat dilihat dari tersedianya pegawai baik secara kuantitas dan kualitas, tingkat pendidikan yang dimiliki pegawai, dan tingkat kemampuan teknis yang dimiliki pegawai, yang akan dicoba diuraikan secara berurutan. Sumber daya manusia yang dilihat dari tersedianya pegawai secara kuantitas dan kualitas yang ada dalam organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara berjumlah 20 orang termasuk 8 orang merupakan pejabat struktural. Sesuai dengan volume tugas yang diemban oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara, maka dengan 7 jabatan struktural yang ada serta jabatan fungsional yang belum terisi, berdasarkan analisa kebutuhan pegawai, secara keseluruhan Kantor Lingkungan Hidup membutuhkan personil sebanyak 25 orang dengan komposisi latar belakang pendidikan yang mempunyai keahlian geologi/pertambangan, lingkungan hidup, elektro dan disiplin ilmu yang lainnya. 3. Finansial Adanya Finansial, dalam suatu organisasi, selain faktor SDM dan sarana fisik lainya, dukungan anggaran memegang peranan penting dalam kegiatan organisasi. Tujuan yang telah dirumuskan dengan strategi dan program sebaik apapun harus diikuti dengan dukungan anggaran yang memadai. Finansial di dalam penelitian ini akan dilihat dari tingkat pengalokasian anggaran untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, dan tingkat ketersediaan anggaran biaya operasional untuk kegiatan pembinaan terhadap pegawai dan masyarakat, yang akan diuraikan secara berurutan. VARIASI, ISSN: 2085- Volume 4 Nomor 12, Juni 2013 Hal - 5

Berdasarkan pengamatan dan data yang ada, mengenai anggaran rutin yang ada kurang menunjang terhadap pelaksaan tugas pokok dan fungsi, tetapi kekurangan tersebut dapat dibantu oleh adanya anggaran pembangunan, dimana untuk tahun anggaran 2012 ada kebijakan dari Bupati yang menambah jumlah kegiatan serta menambah besarnya alokasi anggaran pembangunan serta adanya biaya operasional. V. KESIMPULAN 1. Penelitian ini menemukan bahwa Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara merupakan pengembangan dari Bagian Lingkungan Hidup yang ada di Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Utara. Hasil studi memperlihatkan bahwa kinerjanya belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek. 2. Hasil Kinerja Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara yang dilihat dari tiga indikator tersebut, dipengaruhi variabel internal organisasi, Pertama, variabel struktur organisasi, yakni struktur organisasi yang ada belum menampung seluruh kegiatan yang harus dilaksanakan sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendelegasian wewenang, Kedua, variabel sumber daya manusia, yakni kurangnya sumber daya manusia baik kuantitas maupun kualitas, tingkat pendidikan pegawai yang belum sesuai dengan tugas dan Ketiga, variabel finansial, yakni angaran yang tersedia untuk melaksanakan tugas dan fungsi belum memadai dan kecilnya biaya operasional untuk menunjang pencapaian misi dan tujuan organisasi. Amstrong, Michael, Menjadi Manajer yang lebih baik lagi, Binarupa Aksara, Jakarta, 1988. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 2006. Dwiyanto, Agus, Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik, Makalah Seminar Kinerja Organisasi Sektor Publik Kebijakan dan Persiapannya, Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fisipol UGM, Yogyakarta. 2009. Etzioni, Amitai, Organisasi-Organisasi Modern, terjemahan Suryatim, UI Press, Jakarta. 1966. Flippo, Edwin B, Manajemen Personalia, edisi keenam, Erlangga Jakarta. 1987. Gibson, Ivancevich dan Donnely, Organisasi dan Manajemen, Erlangga Jakarta. 1989. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta, 2002. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Peraturan Pemerintah Nomor 84 tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Qanun Kabupaten Aceh Utara Nomor 9 Tahun 2005 tentang kewenangan Bidang Lingkungan Hidup. Penulis: Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Almuslim DAFTAR PUSTAKA VARIASI, ISSN: 2085- Volume 4 Nomor 12, Juni 2013 Hal - 6