BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi dan kenyataaan. Mereka dalam menggunakan proses pikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan serta mengevaluasinya secara akurat. Jika ego diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realitas dapat terganggu (Saleh, 2009). Manusia bereaksi secara keseluruhan yakni secara holistik, atau dikatakan juga secara somato- psiko- sosial. Gejala- gejala patologik dominan yang berasal dari unsur psiko disebut gangguan jiwa. Hal tersebut tidak berarti bahwa unsur lainnya tidak terganggu. Berdasarkan konseptual model keperawatan menurut Freud dan Erickson yang dikenal dengan teori psychoanalytical, menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego (akal) tidak berfugsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan ego untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, dan agama akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (Yosep, 2007). Ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan 1
impuls dan stimulus eksternal disebut dengan gangguan persepsi. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal, seperti: ucapan orang, objek atau pemikiran. Persepsi melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensoris dari pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Gangguan ini dapat bersifat ringan, berat, sementara atau lama (Saleh, 2009). Gangguan persepsi sensori ditandai oleh adanya halusinasi. Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas (Videbeck, 2008). Karakteristik perilaku yang dapat ditunjukkan klien dengan kondisi halusinasi berupa : berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan kadang tidak masuk akal, tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata, menarik diri dan menghindar dari orang lain, disorientasi, perasaan curiga, takut, gelisah, bingung, ekspresi wajah tegang dan mudah tersinggung, menunjukkan perilaku merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan) Townsend (1998). Penyebab halusinasi secara spesifik belum diketahui, namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis, psikologis, sosial budaya, dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan, biologis, pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping (Stuart, 2007). Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga, dan 2
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Seorang perawat jiwa dituntut untuk mampu memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan dapat mempertanggung jawabkan asuhan keperawatan yang diberikannya secara ilmiah (Yosep, 2007). Berdasarkan hasil pengamatan dan pencarian data oleh penulis, jumlah pasien yang dirawat diruang VI (Gatot Kaca) RSJ Dr. Amino Gondohutomo didapatkan dari 15 pasien, yang mengalami gangguan persepsi sensori : halusinasi sebanyak 8 orang. Rata-rata halusinasi dialami oleh pasien usia antara 20-40 tahun dengan permasalahan umumnya adalah masalah perekonomian keluarga misal klien tidak bekerja dan masalah rumah tangga karena pendapatan kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari maka terjadi konflik antara klien dengan keluarganya. Dalam hal memberikan asuhan keperawatan klien dengan halusinasi, peran fungsi dan tanggung jawab perawat psikiatri adalah meningkatkan derajat kesehatan jiwa, agar klien mampu mengontrol halusinasinya sehingga klien tidak terbawa dalam halusinasinya terus menerus. Misalnya dengan mengusir atau menolak halusinasi jika halusinasi itu muncul, melaporkan pada perawat atau seseorang yang biasa diajak ngobrol, melakukan kegiatan yang bermanfaat dan mengkonsumsi obat secara teratur dan membimbing klien untuk kembali ke realita. 3
Dari gambaran diatas, penulis tertarik untuk mengangkat judul Asuhan keperawatan klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondhohutomo Semarang. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah: 1. Tujuan Umum Untuk memberikan gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah utama halusinasi. 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan halusinasi. b. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada klien dengan halusinasi. c. Dapat menyusun perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah halusinasi pada klien. d. Mendiskripsikan implementasi pada pasien dengan halusinasi. e. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan. f. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi. 4
C. Metode Penulisan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dengan menggambarkan masalah yang terjadi pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Wawancara Yaitu melakukan tanya jawab langsung ke pasien, perawat dan dokter serta tim kesehatan lainnya. 2. Observasi partisipasi pasif Yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan secara langsung sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dengan timbulnya perubahan klinis. 3. Studi kepustakaan Mempelajari literatur yang berhubungan dengan halusinasi. 4. Studi dokumentasi Pengumpulan data dengan mempelajari catatan medis pasien dan hasil pemeriksaan pasien. D. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. 5
Bab II berisi tentang konsep dasar yang meliputi pengertian, rentang respon neurobiologis, pengkajian, faktor predisposisi, faktor presipitasi, jenis jenis halusinasi, tingkat intensitas halusinasi, tanda dan gejala, mekanisme koping, masalah keperawatan, pohon masalah keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, strategi pelaksanaan. Bab III berisi tentang tinjauan kasus yang membahas kasus pasien meliputi pengkajian, analisa data, masalah keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi. Bab IV berisi tentang pembahasan kasus yang bertujuan untuk menemukan kesenjangan antara teori dan fakta yang ada mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi. Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran-saran tentang kasus yang dibahas dan dapat menjadi pemikiran selanjutnya. Daftar Pustaka. 6